Berita Berita Properti

Tahapan dan Tradisi Membangun Rumah dalam Adat Jawa agar Membawa Berkah

3 menit

Meski zaman telah berubah, tradisi membangun rumah dalam adat Jawa masih tetap dipertahankan sebagian masyarakat. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa tahapan yang dilakukan saat mendirikan rumah agar membawa berkah.

Tak sedikit masyarakat Jawa yang percaya bahwa membangun rumah harus diperhitungkan dengan matang.

Bahkan, hal tersebut telah diwariskan sejak dulu melalui sejumlah kitab primbon Jawa.

Mengenai hal tersebut, saya pun berbincang dengan konsultan Kejawen Dewi Sundari dalam program Tanya Pakar dari 99.co.

Tujuannya, untuk menggali lebih dalam apa saja tradisi membangun rumah dalam adat Jawa yang masih dilakukan hingga kini.

Menurut dia, jika mengacu pada primbon Jawa, maka semua proses dalam membangun rumah memang ada hitungannya.

Alasannya, agar semua yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan dapat mewakili doa serta harapan pemilik rumah.

Lalu, apa saja tradisi membangun rumah dalam adat Jawa?

Bagaimana tahapan mendirikan rumah berdasarkan adat Jawa?

Tradisi Membangun Rumah dalam Adat Jawa

tradisi membangun rumah dalam adat jawa

Sumber: YouTube/Budi Santoso

Di tengah kemajuan zaman, konsultan Kejawen Dewi Sundari mengatakan bahwa sebagian masyarakat Jawa masih memegang tradisi membangun rumah berdasarkan adat Jawa.

Alasan utama masyarakat Jawa masih mengikuti tradisi adalah untuk mengharapkan kebaikan dari niat baiknya tersebut.

“Namanya rumah ‘kan ditempati bersama keluarga untuk jangka panjang. Tentunya kita berharap rumah ini akan membawa kebaikan, keharmonisan, dan keberuntungan bagi si empunya rumah. Supaya ke depannya nanti nyaman dan kerasan,” katanya pada Berita.99.co.

Selain itu, pemilik rumah juga berharap agar proses pembangunannya lancar tanpa mengalami suatu kendala.

Dewi mengatakan, sebagian masyarakat melakukan perhitungan mulai dari memilih desa untuk ditinggali, kapan rumah mulai dibangun, hingga arah rumah menurut primbon Jawa.

Perhitungan pasang atap, bagaimana membuat pintu, kapan memasang pintu, serta lokasi sumur juga tak lepas dari perhitungan.

Menurut dia, saat ini hitungan Jawa yang masih dipergunakan dalam membangun rumah biasanya terkait dengan hitungan menggali pondasi dan ketika hendak menaikkan atau memasang atap.

“Namun, tentu saja, tidak semua hitungan ini bisa diterapkan secara praktis di zaman sekarang,” kata perempuan asal Jepara, Jawa Tengah tersebut.

Contohnya ketika menghitung untuk menentukan letak sumur.

Menurut primbon Jawa, sumur sebaiknya digali sekian meter dari depan rumah tinggal sesuai dengan perhitungan.

“Sedangkan saat ini, lahan yang tersedia cenderung terbatas. Jadi, orang membuat sumur berdasarkan lokasi mana yang masih bisa digali, atau bahkan tidak punya sumur sama sekali, karena menggunakan aliran air dari PDAM,” tuturnya.

Tahapan Membangun Rumah dalam Adat Jawa

tahapan membangun rumah dalam adat jawa

Konsultan Kejawen Dewi Sundari/dok. pribadi

Berdasarkan primbon Jawa, ada sejumlah tahapan membangun rumah yang mesti diperhatikan.

Menurut Dewi, tahapan yang dilakukan masyarakat Jawa sebelum membangun rumah terdiri dari beberapa hal.

Dewi Sundari merujuk pada Kitab Primbon Betaljemur Adammakna oleh Kangjeng Pangeran Harya Tjakraningrat.

Betaljemur Adammakna merupakan kitab primbon Jawa yang terkenal dan sering jadi pedoman masyarakat Jawa termasuk dalam mendirikan rumah.



Dalam Kitab Primbon Betaljemur Adammakna, Dewi mengatakan bahwa bahasan membangun rumah dimulai dari nomor 167 (Memilih Tempat Tinggal) sampai nomor 199 (Agar Air Sumur Enak).

Setidaknya terdapat puluhan bahasan terkait tahapan membangun rumah berdasarkan kitab tersebut.

“(dalam poin) memilih tempat tingal (desa/kampung), poin ini menggunakan inisial nama orang yang bersangkutan, dalam huruf Jawa (hanacaraka) untuk menentukan apakah suatu desa itu cocok ditinggalinya atau tidak,” katanya.

Setelah itu, beberapa hal lainnya yaitu syarat mendirikan rumah, arah rumah, memulai pekerjaan, mendirikan atap di bulan tertentu, mendirikan rumah di waktu tertentu (mangsa), hingga membuat pondasi bagian belakang.

Ada pula perhitungan dalam tahapan membuat usuk atap, membuat kerangka rumah, hari untuk memasang pintu, membuat tangga, membuat pintu halaman, membuat sumur, hingga agar air sumur enak.

“Kalau dalam penerapannya sendiri, tradisi yang lazimnya masih dijalankan sampai sekarang adalah selamatan ketika mulai menggali pondasi (ndhudhuk tableg) dan menaikkan atap rumah (munggah mala/munggah molo),” tuturnya.

Selamatan Bangun Rumah

selamatan bangun rumah

Sumber: inibaru.id

Tahapan membangun rumah dalam adat Jawa juga tak lepas dari selamatan.

Selamatan bangun rumah ini bertujuan agar proses pembangunan dari pembuatan pondasi hingga selesai berjalan lancar dan berkah.

Untuk ndhudhuk tableg dan munggah molo, biasanya pemilik rumah akan mencari hari baik berdasarkan weton atau hari kelahirannya.

Kemudian, pemilik rumah juga menyediakan sejumlah ubarampe.

“Kalau untuk menggali pondasi, maka ubarampenya antara lain ingkung, nasi gurih, pisang raja, bubur merah putih,” kata Dewi.

Ingkung (dari kata jinakung) mewakili harapan dan doa untuk mengayomi, nasi gurih (sega gurih) mewakili rasa syukur dan permohonan atas keselamatan, dan pisang raja merupakan lambang keberhasilan yang bermartabat.

“Agar kita selalu ingat pada tujuan hidup, yang berguna bagi nusa dan bangsa. Bubur merah putih melambangkan keberanian dan kesucian, sekaligus penolak bala,” ujarnya.

Sementara itu, dalam hal selamatan memasang atap, pemilik menyediakan tebu, kelapa, seikat padi, jajan pasar, dan bendera merah putih.

Menurut Dewi, tebu mewakili tegaknya kebaikan, kelapa mewakili doa agar kuat dan bermanfaat bagi sesama, serta seikat padi melambangkan kemakmuran.

Kemudian, jajanan pasar mewakili rasa syukur dalam kebersamaan dan keberagaman.

Terakhir, bendera merah putih turut dipersyaratkan sebagai perwujudan nasionalisme sekaligus rasa syukur sebagai bangsa yang merdeka.

Syarat dan Pantangan Membangun Rumah Menurut Adat Jawa

Berkaitan dengan syarat membangun rumah menurut ada Jawa, benarkah ada amalan tertentu yang harus dipenuhi pemilik rumah?

Menurut Dewi Sundari, rupanya tidak ada amalan tertentu yang secara spesifik diperuntukkan bagi mereka yang hendak membangun rumah.

“Kecuali, bila lahan yang hendak dibangun ini dipercaya angker atau wingit, maka ada lelakunya yang terdiri dari puasa, dan berkeliling sambil menyebarkan garam,” tuturnya.

Terkait pantangan, Dewi menyebutkan bahwa Kitab Primbon Betaljemur Adammakna tidak menyinggung hal tersebut.

Jadi, tidak ada pantangan membangun rumah dalam adat Jawa.

Sementara itu, jika rumah telah selesai dibangun dan siap ditempati berdasarkan hitungan Jawa, pemilik rumah hendaknya melakukan syukuran.

“Selain sebagai suatu wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan, (syukuran) juga merupakan kesempatan untuk berbagi dengan sesama,” ujar Dewi.

***

Itulah tahapan dan tradisi membangun rumah menurut adat Jawa.

Semoga bermanfaat, ya!

Simak informasi yang tak kalah menarik lainnya di Berita.99.co.

Baca dan ikuti Google News untuk membaca artikel seputar properti.

Tak ketinggalan, cek rumah idamanmu dari sekarang hanya di www.99.co/id.

Temukan ragam hunian menarik karena jual beli di 99.co #segampangitu.

Sumber gambar cover: klikwarta.com



Ilham Budhiman

Content Editor
Lulusan Sastra Daerah Unpad yang pernah berkarier sebagai wartawan sejak 2017 dengan fokus liputan properti, infrastruktur, hukum, logistik, dan transportasi. Saat ini, fokus sebagai penulis artikel di 99 Group.
Follow Me:

Related Posts