Berita Ragam

Jika Soeharto Tidak Lengser, Ibu Kota Negara Baru Berada di Kabupaten Bogor. Apa Alasannya?

2 menit

Apabila Soeharto tidak lengser, ia rupanya memilih Jonggol yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor sebagai ibu kota negara yang baru. Apa alasan dipilihnya kawasan ini?

Sejak zaman Orde Baru, Jakarta adalah kota yang padat penduduk. Kondisi ini kemudian melahirkan ide pemindahan ibu kota negara.

Jika Jokowi memilih lahan kosong di Kalimantan Timur yang kini disebut Nusantara dan Soekarno memilih Palangkaraya, Presiden Soeharto rupanya memilih Jonggol yang terletak di Kabupaten Bogor.

Melansir laman cnbcindonesia.com, dalam persiapan sebagai ibu kota, Jonggol hendak dijadikan kota terlebih dahulu.

Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 1/1997 tertanggal 15 Januari 1997 tentang Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri yang dirilis Presiden Soeharto.

Untuk lebih jelasnya, simak ulasannya di bawah ini!

Kenapa Soeharto Memilih Jonggol sebagai Ibu Kota Negara Baru?

Kota Mandiri dengan Fasilitas Lengkap

Dalam Keppres pengembangan kawasan Jonggol, nantinya area tersebut akan dijadikan wilayah perkotaan.

Di dalamnya, ada kawasan permukiman, industri, kawasan perdagangan, kawasan pendidikan, pusat kota, dan pemerintahan.

Selain itu, di sekitarnya akan pula ada kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, waduk, dan bendungan.

Demi mewujudkan niatan Presiden RI tersebut, akan dibentuk Tim Pengarah Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri dan Badan Pengendali Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bogor juga dilibatkan dalam rencana tersebut.

Dinilai sebagai Kawasan yang Berkembang

ibu kota negara baru

Alasan lainnya adalah karena Jonggol berada di kawasan yang berkembang.

Secara geografis, Jonggol dekat dengan kawasan Jabotabek yang sudah sangat berkembang pada masa Orde Baru.

Daerah Jonggol bisa diakses dari Jakarta lewat jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi).

Beberapa perumahan juga sudah muncul di sekitar Cibubur kala itu.



Pembangunan kawasan seluas 30 hektare tersebut akan diserahkan kepada pihak swasta.

Pihak swasta yang kemudian digandeng adalah PT Bukit Jonggol Asri, yang terkait dengan Bambang Trihatmodjo, anak ketiga daripada Presiden Soeharto.

“Di proyek Bukit Jonggol Asri City Mandiri, ada keterlibatan putra presiden dan kehadiran satu perusahaan milik Grup Salim yang bertindak sebagai salah satu pemegang saham,” tulis Haryo Winarso dan An An Kartiwa dalam buku Perjuangan Keadilan Agraria (2019:152).

Ribuan hektare tanah di sana tidak memakai izin lokasi berkat rekomendasi Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional pada 1998.

Hingga 1997, PT Bukit Jonggol Asri telah berhasil menempati areal seluas 12.818 hektare dengan rincian

  • 8.918 hektare hutan,
  • 2.100 hektare perkebunan, dan
  • 1.800 hektar lahan rakyat di Bogor.

Jonggol Tak Jadi Dipilih sebagai Ibu Kota Negara karena Lengsernya Soeharto

Ketika proyek itu mulai berjalan, pada akhir tahun 1997, krisis moneter sedang menjangkiti Indonesia.

Gerakan anti-Soeharto atau disebut juga Reformasi kemudian menguat menjelang Mei 1998.

Tekanan keras dari bawah kemudian membuat elite Indonesia kemudian menyarankan Presiden Soeharto untuk mundur.

Pada 21 Mei 1998, dengan disiarkan langsung di televisi, Soeharto secara resmi mengundurkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia.

Rencana menjadikan Jonggol sebagai kota Mandiri dan ibukota negara pun kandas.

***

Itulah alasan mengapa Jonggol dipilih Presiden Soeharto sebagai ibu kota negara baru.

Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk Sahabat 99!

Simak juga artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Sedang mencari hunian impian di Jakarta Barat?

Temukan beragam pilihan perumahan seperti di Citra Garden City hanya di 99.co/id dan Rumah123.com, karena kami memang #AdaBuatKamu.



Nita Hidayati

Penulis konten
Follow Me:

Related Posts