Siapa sangka ternyata tradisi beli baju baru jelang Lebaran sudah ada di Indonesia sejak abad 20-an? Simak sejarahnya di sini!
Menjelang Lebaran, sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia untuk membeli baju baru.
Siapa sangka, ternyata tradisi ini sudah ada sejak zaman penjajahan dulu, lo!
Penasaran asal usul tradisi unik yang satu ini?
Dilansir dari historia.id, simak sejarah tradisi beli baju baru jelang Lebaran di bawah ini!
Asal Usul Beli Baju Baru Jelang Lebaran
Tradisi Sejak Abad 20
Kebiasaan membeli baju baru jelang Lebaran ini sudah dicatat oleh pemerintahan Belanda sejak awal abad-20.
Tradisi ini tertulis di surat Snouck Hurgronje, penasihan pemerintahan Belanda, ke Direktur Pemerintahan Dalam Negeri tanggal 20 April 1904.
“Di mana-mana perayaan pesta ini disertai hidangan makan khusus, saling bertandang yang dilakukan oleh kaum kerabat dan kenalan, pembelian pakaian baru, serta berbagai bentuk hiburan yang menggembirakan,” tulis Snouck.
Kebiasaan ini marak terjadi di Batavia karena merupakan pusat kota atau ibu kota, sehingga pertokoan lebih mudah diakses.
Uniknya, tradisi ini dikritik oleh pejabat Belanda karena konon bisa menjadi sumber bencana ekonomi.
Hal ini karena para Bupati dan Pamongpraja pribumi memanfaatkan dana dari pemerintahan Belanda untuk membeli baju baru.
Selain itu, kebiasaan ini juga dianggap memperparah kesenjangan sosial antara konglomerat dan rakyat jelata.
Tradisi Baju Baru di Masa Kerajaan
Di sisi lain, ada pula buku yang menuliskan bahwa tradisi beli baju baru jelang Lebaran di Indonesia muncul sejak tahun 1596.
Menurut buku Sejarah Nasional Indonesia karya Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, tradisi ini ada sejak masa Kesultanan Banten.
Namun, hanya raja saja yang bisa membeli baju bagus untuk Idulfitri, sedangkan rakyat sering kali menjahit pakaian sendiri.
Dalam masa ini, petani bahkan rela beralih profesi menjadi penjahit selama masa-masa menjelang Lebaran.
Tak hanya terjadi di masa Kesultanan Banten, tradisi ini juga terjadi di masa Kerajaan Mataram Baru Yogyakarta.
Tersendat di Masa Penjajahan Jepang
Meski sudah berjalan sejak ratusan tahun yang lalu, tradisi ini sempat tersendat ketika masa penjajahan Jepang.
Di masa ini, rakyat memang memiliki uang untuk membeli baju, tetapi baju adalah hal yang sangat langka.
“Produksi terus digenjot untuk memenuhi keperluan militer Jepang, bahan pangan di pasar banyak menghilang, rakyat digerakkan untuk kerja paksa, bahkan pakaian disita,” terang Thomas J. Lindblad dalam buku Krisis Ekonomi dalam Sejarah Indonesia Abad ke-20.
Keadaan kemudian mulai membaik setelah Indonesia merdeka dan tradisi ini pun masih bertahan hingga saat ini.
***
Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk Sahabat 99!
Simak juga artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari perumahan impian di Tangerang Selatan?
Kunjungi 99.co/id dan Rumah123.com untuk temukan beragam pilihan perumahan seperti di Paradise Serpong City karena kami #AdaBuatKamu.