Rumah adat NTT ini benar-benar ada di atas awan, lo! Bagaimana bisa? seperti apa rasanya tinggal di sana? Yuk, simak penjelasannya lewat artikel ini.
Property People, rumah di atas tanah itu sudah pasti.
Rumah di atas bukit atau gunung? Tentu sudah biasa.
Tapi, bagaimana kalau rumah itu di atas awan? Mungkin kamu kira hal ini mengada-ada.
Tapi nyatanya, rumah di atas awan itu beneran ada!
Ia bernama Wae Rebo, sebuah desa kecil di Satar Lenda, Kecamatan Satarmase Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 1200 Mdpl, Wae Rebo pantas dijuluki negeri di atas awan.
Kabut tebal bisa langsung menyelimuti seluruh wilayah Wae Rebo bahkan dalam hitungan detik.
Tak cuma menyimpan keindahan alam yang tak tertandingi, Wae Rebo juga terkenal dengan rumah berarsitektur unik bernama Mbaru Niang.
Sayangnya, rumat adat khas Manggarai ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat modern.
Sekarang, hanya ada 7 rumah Mbaru Niang yang tersisa di Wae Rebo.
Karena keunikan dan kelangkaannya, ia mendapat penghargaan dari UNESCO Asia-Pacific Awards sebagai Cultural Heritage Conservation pada tahun 2012 silam.
Mbaru Niang mengalahkan rumah unik lainnya dari seluruh dunia yang tak kalah berkualitas.
Penjelasan Rumah Adat NTT Mbaru Niang
Desain Mbaru Niang sendiri sepintas mirip dengan rumah hanoi di Papua.
Bedanya, bentuk atap lebih kerucut dan menjuntai hingga menyentuh lantai.
Kerangka atap menggunakan bambu atau kayu kentil berukuran 1 cm.
Kayu diikat secara horizontal sehingga membentuk lingkaran di setiap level rumah.
Buat penutup atap, para penduduk menggunakan daun lontar.
Sedangkan penutup lantai menggunakan papan kayu ajang.
Susunan Mbaru Niang terdiri dari beberapa bilang batang kayu uwu yang ditanam sedalam 2 meter.
Pondasi dibungkus dengan plastik dan ijuk agar tak bersentuhan langsung dengan tanah Wae Rebo yang lembap.
Sebagai catatan, penduduk Wae Rebo hanya mengikat balok dan kerangka bangunan dengan rotan.
Salah satu yang penting dalam kerangka rumah Mbaru Niang adalah tiang utama atau ngando setinggi 15 meter.
Tiang berbahan kayu warok itu terletak di tengah struktur bangunan dan berfungsi sebagai penyeimbang.
Keseimbangan memang sangat penting bagi masyarakat Wae Rebo.
Karena itu, mereka menyakini adanya pola lingkaran terpusat.
Pola ini tercermin pada compang, batu-batu tua berbentuk lingkaran yang berada di tengah hunian.
Compang bagi penduduk asli merupakan pusat kehidupan.
Ia dipercaya mampu menjaga keutuhan kampung rumah adat di NTT secara berkala.
Compang juga merupakan simbol penghormatan kepada Tuhan dan juga leluhur mereka.
Pola lingkaran terpusat ini juga, yang akhirnya mereka terapkan pada rumah adat Mbaru Niang.
Denah Rumah Mbaru Niang yang Penuh Makna
Terdiri dari 5 lantai, setiap lantai Mbaru Niang mempunyai fungsi tersendiri.
Lantai pertama adalah lutur atau tenda, merupakan ruang utama dan juga dapur.
Lantai kedua, lobo, adalah loteng yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan barang sehari-hari.
Ketiga, lentar, digunakan untuk menyimpan benih tanaman seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan.
Lantai keempat, lempa rea, disiapkan untuk menyimpan stok makanan apabila terjadi kemarau panjang.
Terakhir, lantai kelima atau hekang kode, diperuntukkan sebagai tempat persembahan bagi para leluhur.
Jika berkunjung ke Wae Rebo, kamu dapat menyaksikan seluruh bagian rumah secara nyata.
Bagaimana? Tertarik mengunjungi rumah adat unik di atas awan ini?
***
Semoga bermanfaat, Property People.
Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu, karena kami selalu #AdaBuatKamu.
Cek sebelum kehabisan!