Cerita Kita

Kisah Pemilik Rumah Ndalem Moelyosudarmo Pertahankan Hunian Pemberian Nenek. Kental dengan Arsitektur Jawa!

3 menit

Ketika kebanyakan milenial berlomba-lomba membeli hunian modern minimalis, Fitri justru merasa cukup dengan rumah lawas peninggalan simbah-nya. Baginya, bangunan dengan arsitektur khas Jawa tersebut adalah definisi dari sebuah rumah ideal.

Ndalem Moelyosudarmo merupakan sebuah rumah khas Jawa yang berlokasi di Klaten, Jawa Tengah.

Fitri mewarisinya dari sang ayah, yang sebelumnya mendapatkan rumah ini dari ibu angkatnya, simbah (nenek) Moelyosudarmo.

Desainnya jauh dari kata modern minimalis seperti hunian-hunian masa kini.

Dengan teguh, Fitri memutuskan untuk tetap mempertahankan bangunan apa adanya.

Ia hanya memperbaiki beberapa bagian untuk memperkuat pondasi rumah saja.

Yuk, simak kisah Fitri melestarikan arsitektur khas Jawa di rumahnya pada artikel berikut ini!

Rumah Lawas dengan Arsitektur Khas Jawa

potret rumah jawa tradisional

Berlokasi di Desa Puluhan, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, rumah Ndalem Moelyosudarmo sudah berdiri sejak tahun 1800-an.

“Tahun pastinya saya (sebenarnya) kurang jelas, ya, karena ini dari mbah buyut turun-temurun. Sekitar tahun 1800-an akhir, mba,” jelas Fitri dalam wawancaranya bersama reporter 99.co Indonesia, Kamis (16/12/2021).

Berarti, setidaknya rumah tinggal miliknya ini sudah berdiri selama satu abad.

Bangunannya berdiri di atas lahan seluas 850 meter persegi dan bersebelahan dengan rumah keluarganya yang lain, yakni Ndalem Darmowitono.

Pada rumah ini, elemen arsitektur khas Jawa masih melekat erat pada Ndalem Moelyosudarmo.

Kamu bisa melihat atap limasan di bagian atas rumah yang tersusun dari bentuk trapesium serta segitiga sama kaki.

Lalu, bangunan rumahnya terbagi menjadi pendopo, rumah utama, serta pawon (dapur).

“Ada tiga bangunan ya, yang kepisah-pisah. Ada pendopo, bangunan utama, sama pawon atau dapur. Dulu pendopo itu jadi gudang sama simbah, jadi akses masuk dari dapur,” jelas Fitri.

Tidak hanya itu, banyak perabot hingga dekorasi tradisional di setiap sudut bangunan.

Ada tungku kayu bakar di dapur, perabot jati, topi anyaman bambu, hingga kendi dari gerabah.

Sempat Terlantar Selama Beberapa Tahun

rumah lawas dengan arsitektur khas jawa

Ndalem Moelyosudarmo sebenarnya sempat terlantar selama beberapa tahun.

Tepatnya setelah simbah Moelyosudarmo meninggal di tahun 2009.

Kondisi bangunan mulai berantakan.

Lalu, sekitar tahun 2017, ketika ayah Fitri meninggal, barulah rumah mulai dirawat kembali.

“Setelah ayah juga meninggal, saya beres-beres rumah. Nemu sertifikat (rumah) ini ternyata sudah atas nama bapak. Akhirnya kita uruslah sebagai ahli waris,” cerita Fitri.

Setelah itu Fitri meminta izin pada saudaranya yang lain untuk merapihkan kondisi rumah.

renovasi rumah dengan arsitektur khas jawa

Namun, ia memutuskan untuk mempertahankan arsitektur khas Jawa pada bangunan.

Fitri tidak berniat untuk mengubahnya menjadi modern, melainkan hanya memperbaiki strukturnya.



“Mungkin nanti kalau saya punya rezeki lebih ada yang ingin saya perbaiki (lagi) dan saya manfaatkan lahannya biar lebih fungsional. Tapi untuk sekarang ya biar seperti ini dulu aja,” katanya.

Kesan modern hanya ia masukkan dalam aspek interior.

Ia menggunakan pernak-pernik colorful agar suasana rumah tidak suram.

“Ini (hanya) saya tata ulang biar engga terlalu suram, tapi enggak ada konsep khusus. Saya pasangkan sesuai selera dan bujet saja,” jelasnya sambil tertawa.

Mempertahankan Kenangan Masa Kecil

pawon di rumah khas jawa

Keputusan Fitri untuk mempertahankan arsitektur khas Jawa pada bangunan sebenarnya didasari alasan sederhana.

Ia ingin mempertahankan kenangan indah yang ada di setiap sudutnya.

“Kenangan sih, ya mba alasannya. Karena saya punya kenangan indah di sini dan pengen berbagi kenangan itu ke orang lain. Betapa indahnya dan nyamannya tempat ini,” jelasnya.

Fitri masih ingat betul segala kenangan bersama keluarganya di rumah lawas khas Jawa tersebut.

Ndalem Moelyosudarmo adalah tujuan mereka untuk mudik setiap libur panjang.

Kala itu simbah Moelyosudarmo masih hidup dan kerap menghabiskan waktu di pawon.

Simbah itu sebagian besar waktunya di dapur. Enggak bisa diem, bikin apa aja. Terus masaknya ‘kan dulu pakai tungku ya, kita seneng ikut niup pakai semprong sampai mukanya item. Ngobrol sama simbah,” katanya,

Makanya bagi Fitri, area dapur adalah tempat paling berkesan karena menyimpan banyak memori.

Ndalem Moelyosudarmo adalah Rumah Ideal

interior ndalem moelyosudarmo

Bagi Fitri, Ndalem Moelyosudarmo adalah definisi dari sebuah rumah ideal.

“Rumah ideal menurut saya yang pasti nyaman buat kita ya  . Nyaman, fungsional. Saya sih ngerasa ini sudah lebih dari cukup untuk saya,” katanya.

Pasalnya, bangunan dengan arsitektur khas Jawa tersebut bisa untuk menampung keluarga besarnya.

Namun, ia tidak memungkiri adanya keinginan untuk memiliki rumah yang lebih modern.

“Cuma balik lagi fungsinya buat apa? Kalau memang sebagai aset disewakan it’s okay. Tetapi kalau untuk rumah tinggal ini (Ndalem Moelyosudarmo) sudah mencerminkan rumah ideal saya,” tegasnya.

Ia bahkan berencana untuk tinggal di Ndalem Moelyosudarmo ketika mencapai usia pensiun nanti.

“Karena ngerasain ngerenovasi dari nol, pastikan ada rasa attach sama rumah ini,” jelasnya lebih lanjut.

***

Semoga informasinya bermanfaat, Sahabat 99.

Simak artikel menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.

Kunjungi 99.co/id dan temukan hunian impianmu!

Ada banyak pilihan hunian menarik, seperti perumahan Margahurip Banjaran di Bandung.

**Sumber foto: instagram.com/ndalem_moelyosudarmo



Hanifah

Hanifah adalah seorang penulis di 99 Group sejak tahun 2020. Lulusan Jurnalistik UNPAD ini fokus menulis tentang properti, gaya hidup, marketing, hingga teknologi. Di waktu senggang, ia senang menghabiskan waktu untuk kegiatan crafting dan membaca.
Follow Me:

Related Posts