Berita Ragam

Mitos Bercermin di Kaca Pecah. Apakah Benar Pembawa Sial? Begini Faktanya!

3 menit

Pasti kamu sering mendengar bahwa pecahnya kaca di rumah bisa jadi pertanda sial, ‘kan? Nah, sebenarnya dari mana sih asal-usul mitos tersebut? Yuk, kita kupas fakta di balik mitos bercermin di kaca pecah!

Mitos kucing hitam, nomor 13, dan kaca pecah dapat membawa sial merupakan desas-desus yang sudah beredar sejak zaman dahulu kala.

Mitos pembawa sial lainnya yang sering kita dengar adalah membuka payung di dalam ruangan atau berjalan di bawah tangga.

Tidak hanya itu, sekali-kali, kamu pasti pernah mengetuk meja sebanyak tiga kali ketika mendengar orang lain berkata buruk tentang masa depanmu.

Ternyata, mitos-mitos di atas tidak datang dengan begitu saja, terutama mitos bercermin di kaca pecah yang tidak hanya dipercaya oleh sekelompok orang saja, tapi hampir oleh semua orang.

Lalu, bagaimana awal mulanya, dan mengapa mitos ini sangat populer dan dipercayai banyak orang?

Mari kita teliti satu-satu!

Awal Mula Mitos Kaca Pecah

mitos kaca pecah

Sejak zaman dahulu kala, cermin dipercayai sebagai jendela jiwa manusia, sebuah media di mana setiap orang dapat melihat cerminan diri mereka masing-masing.

Pada era Ratu Victoria, bayi di bawah umur satu tahun dilarang bercermin.

Alasannya adalah karena jiwa seorang bayi dianggap belum tumbuh sempurna dan dapat berakibat buruk pada masa depannya.

Dalam legenda populer di Romania, vampir tidak dapat melihat dirinya sendiri pada cermin karena ia sudah mati dan tidak memiliki jiwa.

Inilah mengapa memecahkan kaca atau bercermin pada kaca pecah dianggap membawa sial karena dipercaya dapat melukai jiwa manusia.

Akan tetapi, mitos kaca pecah pertama kali berhembus pada zaman kerajaan Yunani kuno dimana seni Catoptromacy atau terawang cermin amat populer.

Pada zaman itu, cermin merupakan benda sakral.

Para shaman kerajaan menggunakannya untuk menerawang masa depan para raja yang berkuasa melalui cermin.

Mereka percaya bahwa cermin merupakan hadiah langsung dari dewa dan dewi, sehingga memecahkan cermin merupakan pelanggaran yang sangat besar.

Mitos-Mitos Kaca Pecah di Berbagai Tradisi dan Negara

mitos kaca pecah

Menurut bangsa Yunani, memecahkan kaca dapat membawa sial sepanjang tujuh tahun.

Sementara rayat Roma kuno percaya bahwa bercermin pada kaca pecah dapat memperburuk kesehatan seseorang.

Kedua takhayul di atas datang dari kepercayaan yang sama, yaitu sifat mereka yang menjunjung tinggi para dewa-dewi zaman dahulu kala.



Berbeda dengan kepercayaan rakyat Eropa, negeri-negeri di Asia, terutama Tiongkok percaya bahwa kaca pecah tidak hanya dapat membawa sial di kehidupan ini, namun kehidupan berikutnya.

Selain itu, mereka juga percaya bahwa bercermin pada kaca pecah dapat menjebak jiwa seorang manusia, membuatnya berkeliaran tanpa tanpa jati diri.

Di Indonesia, mitos kaca pecah selalu disangkut-pautkan pada musibah yang akan melanda, entah itu pada keluarga, teman dekat, atau diri sendiri.

Versi lain mengatakan bahwa seorang gadis perawan yang bercermin pada kaca pecah akan terlihat pucat saat malam pertama pernikahannya.

Mitos Bercermin di Kaca Pecah

Lain dengan kaca pecah biasa, orang yang bercermin di kaca pecah konon bisa mendapatkan kesialan sampai teror kematian.

Melansir twowaymirrors.com, ini merupakan sebuah mitos yang datang dari negeri Eropa.

Orang-orang Eropa zaman dulu percaya bahwa kaca yang pecah merupakan undangan bagi segala macam kesialan, apalagi bercermin di depannya.

Itulah mengapa, di berbagai budaya barat, kaca yang pecah akan ditutupi kain hitam jika belum sempat diganti dengan yang baru.

Selain itu, bercermin di kaca pecah juga bisa mendatangkan penyakit.

Kaum Romania percaya, penyakitnya pun mistis, seperti kudis yang tidak bisa disembuhkan, batuk berdarah, atau rontok rambut.

Fakta di Balik Mitos

mitos kaca pecah

Menurut ilmu psikologi, sumber sebuah mitos datang dari sugesti dan persepsi banyak orang tentang suatu tradisi atau kepercayaan di lingkungan sekitar.

Kepercayaan ini berawal dari satu orang atau kelompok dan beredar dari mulut ke mulut, lalu didukung oleh banyaknya kebetulan yang terjadi setelah mitos tersebar.

Hal ini pun menimbulkan takhayul yang terlihat hampir nyata dan kemudian dipercaya banyak orang.

Dokter Miriam Biddelman, seorang psikoterapis dari New York, berkata bahwa kebanyakan orang berpikir bahwa nasib buruk akan selalu membuntuti nasib baik atau nasib baik akan datang setelah nasib buruk.

Padahal sebenarnya, sebuah benda hanya akan mempengaruhi seseorang apabila orang tersebut menghendakinya

Coba saja kita ambil benda-benda pembawa hoki sebagai contohnya.

Orang-orang yang kebetulan beruntung dan mendapatkan nasib baik setelah membawa atau memiliki benda ini sebenarnya memiliki mindset positif.

Pasalnya, mereka merasa memiliki dukungan mental bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Sama halnya dengan mitos kaca pecah pembawa sial.

Apabila kita berpikir negatif, tentu saja hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana cara kita menjalani hidup sehari-hari.

***

Semoga bermanfaat artikelnya ya, Sahabat 99!

Jangan lupa untuk pantau terus informasi penting lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.

Sedang mencari rumah dijual di Pamulang?

Temukan pilihannya hanya di 99.co/id.



Samala Mahadi

Editor 99 Group
Lulusan Sastra Inggris Maranatha Christian University, Samala adalah seorang editor di 99 Group dari tahun 2021. Berpengalaman menulis di bidang properti, lifestyle, dan fashion. Hobi termasuk menulis dan segala hal berbau literatur dan Paleontologi.

Related Posts