Kamu sudah tahu alasan mengapa Soekarno lengser dari kekuasaannya? Jika belum, simak ulasan lengkapnya menurut sejarah berikut ini, yuk!
Hingga kini, peristiwa lengsernya Soekarno masih menyisakan sejumlah tanda tanya.
Ada yang mengatakan bahwa ia sendiri yang meminta kekuasannya diserahkan pada Soeharto.
Versi lainnya, presiden pertama Indonesia ini konon dilengserkan dengan sengaja dari posisinya.
Kira-kira manakah cerita yang benar?
Yuk, simak ulasan lengkap mengenai alasan mengapa Soekarno lengser di sini!
Mengapa Soekarno Lengser dari Masa Orde Lama?
Faktanya, sejarawan Anhar Gonggong membenarkan pandangan bahwa presiden Soekarno bukan lengser dengan sukarela.
Menurutnya, bung Karno kala itu kalah dari orang-orang yang tidak suka dengan konsep nasionalisme, agama, serta komunis.
Konsep tersebut merupakan panduan yang proklamator kemerdekaan tersebut gunakan untuk memimpin negara.
Salah satu sosok paling berpengaruh yang terlibat dalam peristiwa ini adalah Jenderal Soeharto.
“Kalau ada yang mengatakan dilengserkan memang betul, yang melengserkan ya, mertua Prabowo (Soeharto),” kata Anhar dilansir dari cnnindonesia.com, Jumat (29/4/2022).
Adanya pihak yang tidak setuju dengan sistem kepemimpinan Jokowi berujung pada peristiwa G30S/PKI.
Kala itu, terjadi pembunuhan sejumlah perwira tinggi militer Indonesia yang dikaitkan dengan gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Upaya pelengseran Soekarno ini kemudian berlanjut ke sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
“Tetap (berlangsung) lewat MPRS yang Bung Karno bentuk sendiri. Setelah beliau bersedia untuk lengser, anggota MPR, DPR, seperti orang PKI, PNI, berganti semua jadi pendukung Soeharto,” jelasnya lebih lanjut.
Artinya, memang benar ada upaya pelengseran, tetapi pada akhirnya Soekarno sendiri setuju untuk turun dari jabatannya.
Terbitnya Supersemar Menandai Berakhirnya Orde Lama
Sejatinya, fase beralihnya masa orde lama ke orde baru berlangsung secara perlahan tapi pasti.
Pada awalnya, terbit surat perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar berisi mandat agar Soeharto naik sebagai pemimpin untuk menjamin jalannya pemerintahan.
Berpegang pada mandat ini, Soeharto kemudian membubarkan PKI pada 12 Maret 1966.
Dua hari kemudian ia menangkap 15 menteri loyalis Soekarno.
Hal inilah yang mendorong Soekarno untuk mengumumkan kabinet baru bentukan Soeharto di tanggal 27 Maret 1966.
Setelahnya, barulah berlangsung sidang-sidang MPRS yang hasilnya cenderung mendukung Soeharto.
Pada fase inilah Soekarno sudah tidak lagi menjadi pemimpin, melainkan hanya tukang teken dokumen.
Bahkan, di masa-masa akhir usia Soekarno, ia “diasingkan” di Wisma Yaso.
Kabarnya, Soeharto tidak memperbolehkan siapapun menjenguk Soekarno pada masa itu.
Hanya ada dua pengecualian, yakni untuk sang putri Rahmawati dan dokter Kepresidenan Mahar Mardjono.
***
Semoga informasi ini dapat bermanfaat, Sahabat 99!
Jangan lupa baca artikel terkini lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Kamu tertarik untuk tinggal di kawasan Kota Taman Sunggal?
Temukan penawaran terbaik hanya di situs properti 99.co/id dan Rumah123.com, karena kami selalu #AdaBuatKamu.