Berita Ragam

Mengintip 5 Potret Lab “Cuci Otak” dr Terawan yang Kontroversial. Benarkah Berbahaya dan Bisa Bikin Kelumpuhan?

3 menit

Terapi cuci otak Digital Substraction Angiography (DSA) menjadi kontroversi sebab meski sudah diteliti, terapi ini belum pernah uji klinis. Lantas seperti apa potret lab “cuci otak” dr Terawan tersebut? Cek di sini!

Terapi cuci otak DSA kini banyak dibicarakan masyarakat dan menjadi kontroversi.

Pasalnya, meski sudah diteliti sebagai disertasi S3, terapi ini belum pernah uji klinis.

Dilansir dari health.detik.com, ada beberapa kelemahan dalam disertasi yang dinilai substansial, sehingga tidak bisa menggantikan uji klinis.

Kelemahan pertama adalah penggunaan heparin. Seharusnya, heparin dalam dosis kecil digunakan untuk menjaga ujung kateter tetap terbuka.

Dalam terapi “cuci otak’” mantan Menteri Kesehatan Dokter Terawan menggunakan heparin untuk merontokkan gumpalan darah pemicu strok.

Penasaran ingin tahu seperti apa penampakan lab cuci otak tersebut dan apakah metode ini berbahaya?

Langsung saja intip potret dan ulasannya di bawah ini!

Mengintip 5 Potret Lab “Cuci Otak” dr Terawan

1. Inovasi dr Terawan

dr terawan

Terapi cuci otak merupakan inovasi metode medis Terawan yang kala itu menjabat sebagai Kepala RSPAD Gatot Soebroto serta Dokter Kepresidenan Republik Indonesia.

Terawan mulai memperkenalkan inovasi itu sejak tahun 2004 dan mulai banyak peminat tahun 2010.

DSA yang dilakukan Terawan dianggap dapat melancarkan peredaran darah di kepala.

Cara ini diklaim berhasil menangani berbagai pasien yang mengalami strok.

Terawan mengklaim 40 ribu pasien telah mencoba pengobatannya.

2. Berlokasi di RSPAD

rspad

foto: pontas.id

Lab “cuci otak” tersebut berlokasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jalan Abdul Rahman Saleh Raya No. 24, Jakarta Pusat.

Rumah sakit tersebut memiliki bangunan yang megah dan besar dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi bagi Rumah Sakit TNI di seluruh penjuru Indonesia.

3. Lab dengan Riset yang Meragukan

lab cuci otak



Sebelumnya, banyak masyarakat Indonesia, baik dari kalangan pejabat hingga masyarakat biasa yang menikmati terapi ini.

Meski sempat digunakan oleh sejumlah kalangan, terapi cuci otak di lab tersebut dianggap memiliki kelemahan karena menggunakan heparin yang dapat memicu strok.

“Bekuan darah itu sudah mengeras di situ dan tidak mungkin kita cari di literatur mana pun bahwa heparin efektif merontokkan, melarutkan bekuan darah seperti itu,” ungkap Prof Rianto.

Kelemahan berikutnya adalah tidak ada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Tanpa ada kelompok kontrol, kesahihan riset diragukan.

4. Tidak Ada Uji Klinis

lab

Promotor riset Terawan di Unhas, Prof Irawan Yusuf, pada tahun 2018 menyebut riset Terawan tentang DSA sudah memenuhi standar penelitian untuk S3.

Namun untuk diterapkan pada pasien, masih harus melalui uji klinis.

5. Lab dr Terawan yang Kontroversi

dr terawan

Namun, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kemudian mempersoalkan metode terapi cuci otak yang menggunakan alat DSA Terawan yang belum teruji secara ilmiah.

Selain itu, Terawan juga melakukan publikasi dan promosi masif dengan klaim kesembuhan di media.

***

Demikian sejumlah potret dan penjelasan mengenai lab “cuci otak” dr Terawan.

Baca artikel menarik dan terbaru lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Ingin miliki rumah masa depan seperti di Cluster Griya Sakinah?

Temukan beragam pilihan rumah hanya di situs properti 99.co dan Rumah123.com yang selalu #AdaBuatKamu.

***sumber foto: detikhealth.com/Widiya Wiyanti



Nita Hidayati

Penulis konten
Follow Me:

Related Posts