Dinilai mempunyai sejumlah masalah, pakar tata kota kritik proyek Masjid Al Jabbar. Simak berita lengkapnya di bawah ini!
Polemik proyek Masjid Al Jabbar masih berlanjut.
Setelah mendapatkan banyak komentar dari warganet, kali ini, kritikan dari seorang pakar tata kota asal Institut Teknologi Bandung (ITB), Frans Ari Prasetyo.
Frans menilai proyek tersebut cukup bermasalah dalam beberapa sisi.
Dihimpun dari laman ayobandung.com, baca beritanya sampai tuntas di sini!
Proyek Masjid Al Jabbar Bermasalah di Beberapa Aspek
Frans Ari Prasetyo menyebutkan, ada sejumlah masalah terkait proyek Masjid Al Jabbar yang menelan dana hingga Rp1 triliun.
Menurutnya, proyek ini bermasalah dari beberapa aspek seperti perencanaan, penganggaran, hingga pemanfaatan ruang atau lingkungan.
Frans menilai, pembangunan masjid tersebut hanya terlihat megah dari sisi tampilan saja.
Sayangnya, masjid yang dirancang oleh Ridwan Kamil itu tidak dilengkapi dengan perencanaan yang matang mengenai aksesibilitas.
Infrastruktur jalan ke lokasi gagal ditangkap sebagai penunjang yang penting dalam sebuah pembangunan.
Maka, tak heran jika di kemudian hari, muncul masalah baru berupa kemacetan di sekitar lokasi Masjid Al Jabbar.
Padahal, sebelum adanya masjid tersebut, masyarakat tidak pernah merasakan masalah ini.
“Ini imbas dari kekacauan perencanaan. Warga sekitar yang terkena imbasnya. Dulu, tidak pernah punya kendala, tiba-tiba ada macet. Harusnya pembangunan masjid sebesar itu sudah mempertimbangkan potensi kemacetan dengan membuat jalan terlebih dahulu,” ujar Frans, seperti yang dikutip dari laman ayobandung.com, Rabu (11/01/2022).
Kacau dari Sisi Perencanaan, Pemanfaatan Lingkungan dan Anggaran
Tak hanya mengkritik proyek Masjid Al Jabbar saja, Frans juga memberi komentarnya terkait rencana pembukaan gerbang tol Padaleunyi.
Rencana ini sendiri akan dilakukan sebagai solusi kemacetan yang terjadi di sekitar area masjid.
Menurutnya, langkah tersebut tak semudah yang dibayangkan, apalagi pembangunannya sudah terlanjur rampung.
“Tol itu berbayar. Jadi, enggak bisa setiap orang akses. Masyarakat kecil tetap dipaksa macet-macetan. Jika perencanaannya matang sejak dulu, buka akses jalan tol dan perlebar jalan arteri. Jangan bangunan dulu, macet kemudian,” pungkas Frans.
Frans juga menilai, proyek infrastruktur di kawasan Gedebage bakal memperparah potensi banjir serta hilangnya lahan pertanian dan keberagaman hayati di wilayah tersebut.
“Kawasan Gedebage sejak dulu adalah sawah. Jika terus dibangun, lahan pangan akan hilang. Satwa yang tinggal di sana bisa punah. Fungsi pengendalian banjir secara alami juga akan pusnah,” tambahnya.
Pakar tata kota ini merasa alokasi anggaran juga tak kalah problematik.
Pasalnya, angka Rp1 triliun terlalu besar porsinya jika dibandingkan nilai APBD Jabar yang hanya sebesar Rp46 triliun.
Nominal sebesar itu akan sangat berguna untuk mengatasi sejumlah persoalan seperti kemiskinan, pengangguran, kemacetan, hingga kepemilikan toilet pribadi.
“Saya tekankan bahwa saya bukan anti masjid, tetapi ada pos anggaran lain yang sangat penting,” ujar Frans.
***
Semoga pembahasan kritik terhadap Masjid Al Jabbar di atas dapat bermanfaat bagi Property People, ya!
Simak terus artikel seputar infrastruktur hanya di Berita 99.co Indonesia.
Yuk, baca berita terbaru lainnya dengan mengikuti laman Google News kami.
Sedang mencari hunian idaman di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan?
Apartemen Emerald Bintaro layak jadi pertimbangan.
Akses situs properti www.99.co/id dan rumah123.com untuk cek ketersediaan rumah minimalis, karena kami selalu #AdaBuatKamu.