Siapa sangka jika ternyata petinju legendaris dunia, Muhammad Ali, pernah naik becak berkeliling Jakarta. Kala itu, ia mengatakan jika Indonesia merupakan negara yang unik. Simak kisahnya di sini!
Peristiwa Muhammad Ali naik becak berlangsung pada tahun 1973 ketika ia hendak bertanding melawan petinju Belanda, Rudi Lubbers.
Dalam laga non-gelar yang dihelat di Indonesia itu, antusiasme masyarakat sangat tinggi.
Melansir berbagai sumber, tiket pertandingan sebanyak 35 ribu lembar dengan cepat ludes terjual.
Padahal, ketika itu harga tiket sangat mahal, yakni menyentuh Rp1000 hingga Rp27.500.
Sebagai petinju fenomenal, ternyata Ali sangat menikmati kunjungannya ke Indonesia.
Petinju yang memiliki nama asli Cassius Clay tersebut sempat berekreasi dengan menaiki becak mengelilingi Jakarta.
Dalam banyak foto yang beredar, terlihat ia dikerumuni banyak orang.
Kedatangannya ke Indonesia kala itu tak lepas dari peran promotor Raden Sumantri.
Terkesan dengan Penduduk Indonesia
Impresi Ali kepada masyarakat Indonesia pun sangat positif.
Menurutnya, warga sangat bersahabat dan selalu melontarkan senyuman.
“Sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat,” katanya.
Dalam pertandingan melawan Rudi Lubbers, sebenarnya kondisi Muhammad Ali tidak terlalu ideal.
Hal ini dikarenakan ia hanya memiliki waktu 10 hari persiapan.
Kendati demikian, ia mengungkapkan bakal menumbangkan lawannya itu hanya dengan 5 ronde saja.
Pada kenyataannya, meski menang, Ali harus bersusah payah sampai ronde 12 dan hanya menang angka.
Muhammad Ali Menjadi Mualaf
Lahir di Kentucky, Amerika Serikat pada 17 Januari 1942, Ali memulai kariernya di dunia tinju sejak berumur 12 tahun.
Seiring perjalanannya, banyak yang ia alami termasuk perihal keyakinannya pada Tuhan.
Pada tahun 1964, ia mengungkapkan telah memeluk agama Islam.
Pengumuman tersebut ia kemukakan setelah mengalahkan Sonny Liston yang membuat Ali didapuk sebagai juara tinju kelas berat.
Tak ayal, perpindahan agama yang dijalani Ali pun membuat pro kontra para penggemar dan sejumlah pihak.
Pada tahun yang sama, pemimpin Nation of Islam, Elijah Muhammad telah mengganti nama Clay menjadi Muhammad Ali.
Maka, sejak saat itu pula ia meninggal nama tersebut dan publik mulai mengenalnya dengan nama Muhammad Ali.
“Cassius Clay adalah nama budak. Saya tidak memilihnya dan saya tidak menginginkannya,” kata Ali.
“Saya adalah Muhammad Ali, itu berarti dicintai Tuhan dan saya ingin orang menggunakan nama itu ketika berbicara dengan saya,” tambahnya.
***
Semoga ulasannya bermanfaat, Sahabat 99.
Simak terus informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari rumah dijual di Tangerang Selatan?
Cek saja selengkapnya di www.99.co/id.