Cerita Kita

Kisah Het Huis Bangun Rumah Japandi dengan Bujet Terbatas. Modal Minimal, Hasil Maksimal!

4 menit

Keterbatasan dana bukanlah sebuah halangan untuk membuat rumah impian. Dengan tekad yang kuat dan riset mendalam soal rumah, tentu siapa pun bisa membangun hunian yang sesuai dengan personalitas, meski bujet yang dimiliki terbatas. Dwica Novita, seorang ibu rumah tangga yang berhasil membangun Het Huis pun mengamini hal tersebut.

Setelah merasa cukup waktu tinggal di rumah orang tua untuk saling mengakrabkan diri, Dwica membulatkan tekad untuk hidup mandiri.

Dengan bekal rencana memiliki hunian sendiri, akhirnya ia sukses mewujudkan rumah pertama yang diberi nama Het Huis.

Kepada 99.co Indonesia, Dwica mengisahkan lika-liku perjuangan membangun rumah impiannya di Cimanggis, Depok dengan bujet minimal, yaitu sekitar Rp350 juta.

Bangun Rumah agar Lebih Mandiri

fasad rumah het huis

Sejak awal menikah, Dwica dan suami memang sudah berencana punya rumah sendiri.

Namun, mengingat harga rumah mahal dan dana yang terkumpul belum cukup, tinggal di rumah orang tua sang suami bisa jadi keputusan terbaik yang harus dipilih.

“Saat itu keluarga kami menawarkan untuk tinggal bersama,” ujar Dwica kepada 99.co Indonesia, Rabu (22/6/2021).

Nyaman tinggal di rumah orang tua pun membuat Dwica tidak begitu tertarik untuk mengontrak.

Menurutnya, lebih baik tinggal bersama orang tua dan lebih banyak menabung daripada harus bayar kontrakan.

“Kebetulan rumah orang tua lokasinya paling dekat dengan tempat kerja saya dan usaha suami. Akhirnya kami tinggal di rumah beliau,” tambahnya.

Namun, seiring tumbuh kembang anak yang kian hari kian besar, Dwica mulai mantap putuskan memiliki rumah karena ingin lebih mandiri dalam membesarkan sang buah hati.

“Rasanya kebutuhan akan ruang pribadi juga semakin banyak,” tutur Dwica.

Pengumpulan Bujet

menabung

Tepat ketika sang anak berumur satu tahun, Dwica dan keluarga kecilnya bulatkan hati membangun rumah.

Tentu keberhasilan mereka tak terlepas dari kedisplinan menabung dan mengurangi perilaku konsumtif sehingga bujet bangun rumah sudah mencukupi.

“Kami selalu memprioritaskan kebutuhan pokok dan sekunder. Untuk kebutuhan tersier kalau enggak penting-penting amat direm dulu,” kata Dwica.

Lalu, saat pandemi Covid-19 melanda yang mengharuskan masyarakat di rumah saja, Dwica pun semakin getol untuk menabung.

“Saat itu ‘kan gak bisa travelling dan hang out ke mal. Jadi dana hedon-nya bisa ditabung.”

Proses Memilih Lokasi

lokasi rumah

Setelah menyadari bahwa memiliki hunian adalah sebuah keharusan, Dwica mulai mempertimbangkan lokasi rumah yang akan dibangun.

Menurut Dwica, ia lebih memilih lahan yang berada di dekat tempat usaha sang suami.

“Kalau tinggalnya jauh dari toko ‘kan mesti ada cost transport sehari-hari. Untuk mengefisiensikan pengeluaran itu makanya harus cari yang dekat,” ungkap Dwica.

Tak ada impian yang tak bisa diwujudkan jika seseorang memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh.

Ya, setelah memberi tahu orang tua soal rencana membangun rumah, Dwica dan suami malah ditawari sebidang lahan untuk dibangun menjadi hunian.

“Kebetulan orang tua adalah warga lokal dan punya lahan kosong yang bisa dibangun,” tutur Dwica.

Langkah Pembangunan Rumah

1. Memilih Arsitek dan Kontraktor

membangun rumah het huis

Setelah mendapatkan lahan, tugas Dwica selanjutnya adalah merancang hunian dengan desain yang diinginkan.

Untuk itu, mereka memerlukan bantuan jasa arsitektur profesional dengan portofolio yang sesuai dengan selera serta menyanggupi bujet yang dikantongi saat itu.

“Kami mencari dan menemukan beberapa arsitek yang sesuai dengan selera. Dari sana, kami punya beberapa nama yang di-approach,” ujarnya.

Setelah didiskusikan matang-matang, arsitek dan kontraktor Sontang dipilih untuk membuat rancangan istana kecil mereka.



Menurut Dwica, pria yang memiliki akun Instagram @sontangmsiregar itu satu-satunya yang tanpa ragu menyanggupi permintaan mereka membangun rumah dengan dana yang minim.

“Kami sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan Pak Sontang,” katanya.

2. Mengusung Konsep Japandi

interior rumah het huis

Berbekal sketsa rumah buatan arsitek dan persiapan pembangunan yang matang, Dwica kemudian mulai membangun rumah impiannya pada November 2019.

Adapun desain Japandi merupakan konsep yang dihadirkan pada hunian mereka.

Saat ini, gaya arsitektur tersebut memang tengah diminati-orang-orang.

Japandi yang merupakan perpaduan antara Japanese dan Scandinavian style dalam desain interior bisa dibilang cukup baru, yang mulai dikenal sejak 2017 silam.

Meski merupakan hasil perpaduan dari gaya desain yang berbeda, Japandi justru memiliki nilai estetika dan keharmonisan yang tinggi.

Keselarasan itu terlihat dari penggunaan warna netral, seperti putih dan abu-abu yang dominan.

kamar het huis

Pengaplikasian warna netral tentu akan menghasilkan kesan minimalis sehingga nantinya dapat mendukung perpaduan warna pada corak perabot yang menggunakan warna gelap dan alami.

Kemudian, salah satu prinsip yang diusung gaya Japandi adalah wabi-sabi, yang berarti keindahan dalam ketidaksempurnaan.

Artinya, segala sesuatu yang tampak sederhana dan memiliki kekurangan justru memiliki nilai yang lebih baik. 

Oleh karena itu, Dwica tidak meletakkan banyak ornamen dan dekorasi di dalam rumah.

Minimnya dekorasi justru akan membuat rumah tampak semakin indah dan nyaman.

3. Tantangan yang Dihadapi Saat Membangun Rumah

pembangunan rumah het huis

Membangun hunian bukan hanya perkara teknis maupun arsitektural belaka.

Dalam kisah Het Huis, kelancaran pembangunan juga ditunjang dengan kesabaran yang besar.

Tentu, kesabaran terus diuji ketika melaksanakan proses pembangunan Het Huis yang dilakukan saat pandemi Covid-19 sedang tinggi-tingginya.

Mobilitasnya sangat terbatas. Apalagi diadakan penyekatan di mana-mana. Jadi untuk barang datang atau arsitek mau tengok proyek agak susah dan lumayan makan waktu,” ungkapnya.

Lalu, drama ditinggal tukang mudik juga menguras kesabaran Dwica.

Menurutnya, para tukang dirasa terlalu lama meninggalkan pekerjaan hingga pembangunan menjadi lebih molor.

“Padahal udah ngebet mau lebaran di rumah baru,” tambahnya.

Cara Mengatur Bujet Pembangunan

het huis

Soal bujet, Dwica menyebut uang yang dikeluarkan untuk membangun rumah dengan luas bangunan 58 m2 itu ada di kisaran Rp350 juta.

Dalam pengaturannya, Dwica mengaku bahwa mereka lebih menekan bujet dengan memilih furnitur dan perlengkapan yang mengutamakan fungsi.

Jadi tidak harus built in yang harganya mahal. Dalam arti, enggak banyak mau. Kalau semakin banyak mau, semakin banyak juga bujetnya,” ujarnya.

***

Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk Sahabat 99!

Baca artikel menarik dan terbaru lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Ingin miliki rumah impian di Depok?

Temukan beragam pilihan perumahan seperti di Citralake Sawangan Depok hanya di situs properti terpercaya 99.co/id dan Rumah123.com, karena kami memang #AdaBuatKamu.

***sumber foto: dokumentasi pribadi Het Huis



Gadis Saktika

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.
Follow Me:

Related Posts