Paslon Prabowo-Gibran, Anies-Muhamin, dan Ganjar-Mahfud kompak menebar berbagai janji manis apabila terpilih di Pilpres 2024. Apa janji ekonomi yang ditawarkan masing-masing paslon? Simak selengkapnya dalam artikel ini!
Prabowo-Gibran memberikan delapan “janji cepat” terkait perekonomian Indonesia, di antaranya menaikkan upah aparatur sipil negara (ASN) dengan rentang gaji tinggi, memberi bantuan langsung tunai (BLT), dan bagi-bagi makan siang serta susu gratis di sekolah maupun pesantren.
Pasangan Anies-Muhaimin diketahui memiliki setidaknya 14 visi misi terkait perekonomian yang mencakup pertumbuhan ekonomi ditargetkan naik ke 5,5-6,5 persen, pengangguran terbuka turun ke 3,5-4 persen di 2029, dan tingkat kemiskinan dapat ditekan hingga 4-5 persen di akhir periode.
Terkait perekonomian Indonesia, Ganjar-Mahfud tak mau kalah dengan 21 poin janji. Janji tersebut meliputi target pengurangan kemiskinan 2,5 persen, menciptakan 17 juta lapangan kerja baru, hingga mematok target tinggi rata-rata pertumbuhan ekonomi di level 7 persen.
Melansir dari cnndinonedia.com, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai banyak sekali janji ekonomi paslon capres dan cawapres di Pemilu 2024 yang bisa dikupas.
Janji Ekonomi Paslon Capres dan Cawapres 2024 di Mata Pengamat Ekonomi
Terkait janji ekonomi masing-masing paslon, Faisal memberikan satu perhatian khusus pada target ambisius penurunan kemiskinan.
Hal yang menjadi sorotan baginya adalah target penurunan kemiskinan yang tinggi untuk jangka waktu lima tahun.
Berdasarkan rata-rata yang ia hitung, tiap calon pengganti Presiden Joko Widodo ingin menurunkan 1 persen angka kemiskinan per tahun.
Padahal, rezim sebelumnya pun sangat sulit menurunkan 1 persen angka kemiskinan.
Ia menilai bahwa hal ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mereduksi tingkat kemiskinan di Indonesia, bahkan ketika program bansos dan sejenisnya digalakkan.
“Apa strategisnya untuk mencapai target yang lebih ambisius tersebut? Misal, paslon Ganjar-Mahfud itu sampai 2,5 persen [target] penurunan angka kemiskinannya. Luar biasa menurut saya dibandingkan dengan kondisi sekarang. Berarti itu [butuh] ekstra, ekstra, dan ekstra [upaya] luar biasa,” tuturnya, dikutip dari cnnindonesia.
Menurutnya, kemiskinan bukan cuma berbicara soal statistik. Ia menekankan pentingnya calon pemimpin bangsa melihat akar permasalahan yang sesungguhnya ada di masyarakat kelas bawah.
Maka dari itu, ia berharap masing-masing paslon tidak sekadar fokus menebar janji bansos, sebab bansos tidak akan pernah mengobati kemiskinan rakyat Indonesia.
“Kalau hanya secara statistik, mengentaskan kemiskinan bisa dengan bansos, tapi apakah itu mengobati permasalahan kemiskinan? Menurut saya tidak. Semestinya [bansos] itu pelengkap atau penunjang, bukan intinya [pengentasan kemiskinan],” tegas Faisal.
“Sehingga bantuan yang sifatnya bagi-bagi uang dan semacam itu, walau dibutuhkan, tapi bukan tulang punggung program yang betul-betul menjadi kunci dalam mengatasi akar permasalahan [kemiskinan],” tambahnya.
Faisal mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan bisa dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat di garis kemiskinan.
Ada beberapa faktor krusial yang perlu diperhatikan, yakni akses terhadap pekerjaan, pendapatan, serta berbagai sumber daya lain.
***
Semoga bermanfaat, ya.
Simak informasi lainnya hanya di www.99updates.id.
Ikuti Google News Berita 99.co untuk mendapatkan update terbaru.
Kalau sedang mencari hunian, cek rekomendasi terbaiknya di www.99.co/id.
Tak perlu pusing mencari hunian, bersama 99.co jadi #SegampangItu!
**gambar cover: setneg.go.id