Berita Ragam

15 Dongeng Pendek untuk Anak SD yang Menghibur dan Punya Pesan Moral, Didik si Kecil Jadi Lebih Baik!

16 menit

Dongeng pendek untuk anak SD ini penuh dengan nilai-nilai moral dan mengajarkan kebaikan. Simak cerita selengkapnya di sini.

Membaca dongeng merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak, terutama anak SD.

Dongeng tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat mengajarkan moral kehidupan dan mendidik melalui cerita-cerita anak pendek yang baik.

Melalui dongeng, anak-anak dapat belajar tentang berbagai macam nilai-nilai positif seperti kejujuran, kebaikan, keberanian, dan keadilan.

Selain itu, dongeng mampu membantu anak-anak mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka.

Apa itu Dongeng Pendek?

Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi.

Biasanya, dongeng mengandung unsur fantasi, seperti hewan yang bisa bicara, tokoh yang memiliki kekuatan super, atau kejadian yang mustahil.

Dongeng pendek sering diceritakan untuk hiburan, tetapi sebenarnya dongeng juga memiliki banyak manfaat untuk anak-anak.

Menurut buku 30 Dongeng Seru Lima Benua karya Fajriatun Nurhidayati, dongeng adalah salah satu cerita rakyat (folktale) yang cukup beragam cakupannya serta berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat, atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia.

Istilah dongeng sendiri dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi atau fantasi.

Dongeng pendek merupakan hiburan bagi anak yang menyenangkan sekaligus memberikan manfaat positif karena memiliki nilai moral tinggi.

Cerita dongeng pendek sendiri sering menjadi sarana pendidikan karakter bagi anak-anak sejak zaman nenek moyang.

15 Dongeng Pendek untuk Anak SD yang Penuh Pesan Moral

1. Dongeng Anak Pendek Gembala dan Serigala

contoh dongeng pendek anak sd

Sumber gambar cerita dongeng pendek : Buku Pada Suatu Hari karya Deni Chandra, dkk.

Dongeng pendek untuk anak SD ini mengisahkan seorang yang bekerja pada anak gembala yang bekerja pada saudagar kaya. Tugas anak ini adalah merawat serta menjaga seluruh domba majikannya.

Selama menjalani tugasnya, majikan anak tersebut selalu berpesan padanya apabila terdapat serigala yang mendekat, ia bisa berteriak meminta to- long kepada orang-orang desa setempat.

Memiliki rutinitas yang hanya menggembalakan domba di tepi hutan setiap hari rupanya membuat anak itu merasa bosan. Sampai akhirnya terbesit dipikiran sang anak gembala untuk melakukan tin- dakan tak terduga.

Sang anak tiba-tiba berteriak, “Tolong! Ada serigala di sini, to- long!” Mendengar teriakan anak tersebut, warga desa banyak yang da- tang menghampiri dan berniat menolong anak tersebut dari serangan serigala.

Namun sesampainya di dekat sang anak, ternyata anak gem- bala hanya bercanda dan melakukannya karena bosan. Melihat sang anak tertawa, warga pun kesal lalu kembali pulang.

Tak hanya dilakukan sekali, selang beberapa hari kemudian anak gembala kembali melakukan kegiatan yang sama dengan berteriak me- minta tolong. Lagi-lagi warga tertipu dan kesal karena si anak gembala hanya tertawa melihat kekesalan warga yang berniat menolongnya.

Sampai pada suatu sore, datanglah segerombolan serigala dan lang- sung memangsa domba yang digembalakannya. Merasa terancam dan ketakutan, si anak langsung berteriak meminta tolong.

Namun naas- nya, kali ini tidak ada warga yang datang karena sudah tidak percaya dengannya.

Para serigala pun berhasil memangsa banyak domba dan mem- bawa masuk domba-domba yang ia jaga ke dalam hutan. Kejadian ter- sebut tentu membuat si anak gembala menyesal dan tak akan mengu- langi perbuatannya lagi.

Dari dongeng pendek di atas, pesan moral yang bisa diambil ada- lah untuk tidak berbohong. Sebab sekali saja berbohong, maka tidak akan ada orang yang mau mempercayaimu lagi. Jadi kesimpulannya cerita di atas mengajarkan anak tentang kejujuran kepada sesama.

2. Dongeng Pendek Kehidupan para Binatang Pintar

cerita dongeng pendek anak sd binatang pintar

cerita dongeng pendek anak sd binatang pintar

Dongeng pendek untuk anak SD selanjutnya adalah tentang binatang yang pintar dan memiliki persaingan yang tinggi.

Kehidupan Binatang yang Pintar

Di suatu hutan hiduplah 5 ekor binatang, 2 ekor gajah kembar yang diberi nama Ella dan Elli yang terkenal karena pintar matematika. Seekor kancil yang terkenal pintar namun licik namanya Meo.

Burung kakak tua yang cerdik dan baik dengan nama Itang. Dan Iyan seekor rusa yang punya kemampuan lari kencang.

Mereka bersekolah di sekolah yang sama bahkan satu kelas. Sering bermain bersama setelah pulang sekolah. Mereka hidup dengan rukun walaupun terkadang Meo sering berbuat curang dan licik saat bermain.

Suatu hari mereka berangkat sekolah seperti biasanya. Rumah Ella dan Elli kebetulan melewati rumah Iyan. Jadi mereka bertiga selalu berangkat bersama. Hari itu Ella dan Elli seperti biasa mengetuk pintu Iyan.

Ella&Elli: (tok tok tok) “Assalamualaikum Iyan.”

Ibu Iyan: (membuka pintu) “Waalaikumsalam, eh Ella dan Elli. Kebetulan hari ini Iyan tidak bisa sekolah, Iyan hari ini sakit badannya panas.”

Ella: “Oh baiklah jika seperti itu Bu, kami berangkat dulu ya, Bu. Salam untuk Iyan, semoga Iyan cepat sembuh ya, Bu.”

Ibu Iyan: “Terima kasih banyak ya Ella dan Elli, ibu titip surat untuk ibu guru. Tolong berikan kepada ibu guru ya!”

Ella& Elli: “Baik Ibu, kami berangkat dulu. Assalamualaikum.”

Ibu Iyan: “Waalaikumsalam, hati-hati!”

Ella dan Elli kembali melanjutkan perjalanannya karena takut jika datang terlambat mereka pasti dihukum, jadi mereka harus tepat waktu. Sesampainya di ruang kelas mereka disambut hangat oleh teman- temannya. Tak lama ibu guru masuk ke kelas dan mereka langsung memberi salam dan berdoa sebelum belajar.

Ibu Guru: “Anak-anak ibu akan menyampaikan sesuatu. Seminggu lagi kita akan ada lomba lari antar kelas. Yang mau mendaftar seba- gai perwakilan kelas kita boleh cantumkan nama di formulir.”

Itang: “Iyan, Bu, Iyan kan larinya jago.” Siswa/siswi “Iya Bu betul.”

Hal itu serentak membuat Meo tidak terima karena dia merasa dialah yang paling cepat lari di kelas itu. Lalu ia pun mengajukan diri pada ibu guru.

Meo: “Jangan Iyan, Bu! Iyan sekarang saja tidak hadir karena sakit, lemah!” (dengan nada sombong)

Elli: “Tapi kan satu bulan itu lama, Iyan juga sudah sembuh pasti bisa latihan kembali untuk berlomba. Lagian mengapa kamu berbicara seperti itu. Iyan adalah teman kita. Memangnya kamu tidak pernah sakit?”

Meo: “Tidak, buktinya hari ini aku baik-baik saja, berangkat ke sekolah.”

Itang: “Sudah-sudah jangan bertengkar. Tidak apa-apa jika di kelas kita ada dua orang yang pandai berlari, kan nanti bisa dipilih ibu guru. Tidak perlu bertengkar kita itu teman harus hidup rukun dan saling menghargai.”

Ella: “Betul yang dikatakan Itang, sebaiknya kita berdoa agar Iyan teman kita itu cepat sembuh dan berangkat sekolah lagi.”

Ibu guru yang mendengarkan pertengkaran Elli dan Meo pun tersenyum karena merasa bangga anak-anaknya pandai berpendapat dan peduli terhadap satu sama lain.

Ibu Guru: “Sudah anak-anak tidak perlu bertengkar. Kita berdoa semoga Iyan cepat sembuh dan beraktivitas kembali. Untuk perwakil-an yang akan mewakili boleh lebih dari satu, ya! Jadi Meo dan Iyan bisa mengikuti lomba lari bersama-sama dan saling menyemangati. Ayo saling meminta maaf dan memaafkan!”

Meo: “Saya minta maaf ya teman-teman karena saya tidak peduli pada kalian.”

Semua murid: “Iya Meo, sama-sama.”

Akhirnya mereka kembali hidup rukun dan masalah mengenai lomba lari tersebut terselesaikan. Meo dan Iyan juga jadi perwakilan kelas mereka dan menjadi juara.

3. Dongeng Pendek Semut dan Belalang

dongeng pendek anak sd semut dan belalang

gambar dongeng pendek anak SD semut dan belalang

Pada suatu musim panas yang begitu terik dan melelahkan. Terdapat seekor belalang yang tengah bersantai dan melihat sekumpulan semut tengah bekerja mengumpulkan makanan.

Ia mencari dan mengangkut bahan makanan yang ia temukan untuk dikumpulkan dan disimpan di dalam sebuah lubang yang ada di salah satu pohon. Meski panas yang terik dan hujan yang turun membasahi tubuhnya, para semut ini tetap bekerja dengan giat.

Tujuannya adalah untuk mempersiapkan musim dingin nanti, sehingga para semut ini memiliki persediaan makanan yang cukup untuk bertahan hidup.

Melihat hal ini si belalang justru tertawa menegur semut, “Semut, kenapa kalian begitu rajin mengumpulkan makanan tanpa henti?” Semut-semut itu kemudian menjawab bahwa mereka tak ingin mati kelaparan saat musim dingin nanti.

Jawaban semut rupanya membuat belalang tertawa karena menurutnya, musim dingin masih sangat lama. Sambil menikmati daun-daun yang tengah disantapnya, belalang ini hanya menggeleng heran karena para semut yang begitu rajin me- ngumpulkan makanan.

Sepanjang musim panas dan musim-musim selanjutnya, belalang rupanya tetap berleha-leha dan tidak mengumpulkan persediaan makanan yang nantinya akan sulit ia cari saat sudah memasuki musim di- ngin.

Sampai akhirnya musim dingin pun tiba dan berlangsung lebih lama dari musim dingin sebelumnya.

Merasa menyesali perbuatannya, belalang yang hampir mati karena tidak memiliki cadangan makanan apa pun langsung menghampiri tempat peristirahatan semut dan meminta makanan kepada mereka.

Meski sempat mengabaikan belalang, namun para semut yang ba- ik hati tidak tega melihat belalang kelaparan itu akhirnya mau berbagi makanan dengannya. Dari dongeng ini, mama bisa memberi tahu pada anak bahwa hiduplah dengan giat dan tidak bermalas-malasan.

Sesuatu yang dikerjakan sedikit demi sedikit dan terus menerus tentu akan membuahkan hasil memuaskan, dibanding jika menunda pekerjaan karena merasa masih cukup waktu. Semut dan Belalang.

4. Dongeng Pendek untuk Anak SD yang Rindu Pohon Ketapang

dongeng pendek anak sd rindu teman

Sumber gambar dongeng pendek anak SD yang rindu teman

Aku merindukan pohon ketapang di halaman sekolah. Ingin rasanya ke sana untuk bermain bersama teman- temanku. Namun apa daya, itu tidak mungkin.

Di bawah pohon ketapang halaman sekolah biasanya aku akan bermain sentil batu atau sekadar duduk-duduk sambal membaca buku. Kalau hari sedang baik dan ibuku memberi bekal, aku akan membaginya di sana Bersama teman-teman. Namun, kini gara-gara virus korona menyerang, aku tidak lagi bisa bermain di bawah pohon ketapang. Aku kini hanya di rumah. Belajr pun hanya lewat HP. Bosan rasanya.

Sudah empat bulan ini aku di rumah. Kadang-kadang aku minta izin ibu untuk pergi ke sekolah, sekadar melihat pohon ketapang itu. Namun, ibu melarangnya. Terkadang aku juga sering menyelinap dari belakang rumah ingin ke sekolah. Namun, saat sudah di depan rumah, ada banyak pecalang yang berjaga. Akhirnya akupun masuk kembali.

Aku membawa bibit pohon ketapang ke halaman rumah. Aku menanamnya dekat pohon mangga. Setiap kali aku kangen sekolah, aku pasti duduk di sebelah bibit itu sambil membaca. Entah kenapa setelah duduk di sana aku semakin mudah mengeri pelajaran. Kerinduanku dengan sekolah terjawab dengan adanya pohon ketapang. Aku membayangkan pohon ketapang yang aku tanam itu adalah pohon ketapang yang ada di sekolah. Aku belajar di sebelahnya, bermain di sebelahnya, dan makan di sebelahnya.

Seminggu kemudian entah mengapa badanku sakit. Seluruh tubuhku rasanya ngilu. Ibu marah-marah karena aku selalu bermain di bawah terik matahari. “Kamu tidak boleh lagi bermain di sebelah pohon ketapang. Di sana panas.” Kata ibu.

Aku menuruti kata ibu untuk istirahat dulu di dalam rumah. Aku hanya pergi ke halaman saat pagi. Keadaan sudah sedikit membaik. Aku ingin melihat pohon ketapang kesayanganku. Lebih dua mingngu tidak melihat pohon itu, serasa aku sudah jauh dari sekolah.

Saat aku ke halaman, mataku tidak melihat pohon itu. “Pohon itu sudah ibu cabut.” Ungkapnya sambal kembali ke dapur.

“Kenapa ibu mencabutnya?”

“Agar kamu tidak bermain di sana. Nanti sakit,” kata ibu. “Tapi itu pohon kesayanganku.”

“Pilih mana, sakit apa pohon itu?” ibu tidak mau kalah.

Aku diam. Ibu ada benarnya. Lama-lama, aku pun merelakan keinginanku untuk tidak pergi ke sekolah. Kesehatan yang utama. Seperti pohon ketapang itu, saat sudah sehat kembali, aku akan menanamnya. Saat dunia sudah membaik, aku akan pergi ke sekolah lagi.

5. Dongeng Kancil dan Buaya

dongeng pendek kancil dan buaya

Sumber gambar dongeng pendek anak SD : Buku dongeng anak dunia karya Shaff Banta

Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah seekor Kancil yang selalu cerdik dan bijaksana. Di sungai dekat hutan itu, tinggal seekor Buaya yang dikenal karena sifatnya yang serakah dan licik. Kancil dan Buaya, meskipun berbeda sifatnya, sering berpapasan saat mencari makan di tepi sungai yang sama.

Suatu hari, Buaya yang rakus merencanakan untuk menangkap Kancil, yang menjadi incarannya sejak lama. Ia bersembunyi di dalam air dengan hanya matanya yang menonjol di permukaan, menunggu Kancil untuk datang minum.

Kancil yang cerdik merasa ada yang mencurigakan dan memutuskan untuk berhati-hati. Saat ia mendekati sungai, ia melihat mata Buaya menonjol di atas air dan menyadari bahaya yang mengintainya.

Kancil dengan cepat berpura-pura tidak tahu apa-apa dan bertanya dengan polos kepada mata Buaya, “Apa yang kamu lakukan di sana, teman?” Buaya yang serakah dengan licik menjawab, “Aku hanya menunggu burung-burung yang terjatuh ke dalam sungai.

Mereka biasanya enak untuk dimakan.” Kancil, yang tidak ingin bertengkar dengan Buaya, tersenyum dan berkata, “Aku tidak tahu itu, tapi aku segera pergi saja. Terima kasih atas informasinya, Buaya.” Dengan hati-hati, Kancil melangkah mundur dan menyelamatkan diri dari rencana Buaya yang jahat.

Kancil, dengan kecerdikannya, berhasil menghindari bahaya yang mengancamnya. Ia belajar bahwa terkadang lebih baik menggunakan kepandaian daripada berhadapan dengan kekuatan fisik yang jauh lebih besar.

Sambil pergi, Kancil menjauhkan diri dari sungai dengan senyuman kemenangan dan hati yang lega, sementara Buaya terus menunggu burung-burung yang tak pernah jatuh ke dalam sungai.

6. Dongeng Pendek Semut dan Merpati

Dongeng pendek anak sd Semut dan Merpati

Sumber gambar dongeng pendek anak SD : Buku dongeng anak pendek dunia karya Shaff Banta

Dahulu kala, di sebuah hutan yang indah, hiduplah sekelompok semut yang rajin dan bekerja keras. Salah satu semut yang paling berbudi adalah Semut Pintar. Suatu hari, hujan deras turun di hutan, dan sungai kecil di dekat sarang semut mulai meluap.

Sarang mereka hampir terendam, dan mereka berjuang keras untuk menyelamatkan makanan dan sarang mereka. Semut Pintar, yang selalu cerdik, hampir tenggelam dalam usaha menyelamatkan makanan mereka.

Namun, pada saat yang genting itu, seorang Merpati yang baik hati terbang di atas hutan dan melihat Semut Pintar dalam bahaya.

Merpati dengan cepat mendarat dan membantu Semut Pintar naik ke punggungnya, menyelamatkannya dari tenggelam. Semut Pintar sangat berterima kasih dan berjanji untuk membalas budi kepada Merpati suatu hari nanti.

Beberapa waktu kemudian, di hutan itu muncul seorang pemburu yang jahat dengan senapan di tangannya, berniat untuk menangkap Merpati yang baik hati. Ketika Semut

Pintar mengetahui ancaman itu, ia tidak lupa janjinya untuk membalas budi. Dengan cepat, ia dan teman-temannya berkerumun di sekitar kaki pemburu dan mulai menggigitnya dengan gigi mereka yang kecil namun tajam.

Pemburu itu merasa kesakitan dan terganggu sehingga tidak bisa menembak Merpati. Dengan keberanian dan kecerdikannya, semut-semut itu berhasil mengusir pemburu yang jahat.

Merpati sangat bersyukur kepada Semut Pintar dan teman-temannya yang telah membalas budi dengan menyelamatkannya dari bahaya.

Mereka belajar bahwa bantuan yang diberikan dengan tulus akan selalu diberi balasan, dan bahwa persahabatan sejati melampaui batas-batas fisik dan ukuran.

Sejak saat itu, semut dan Merpati menjadi teman yang lebih erat dan saling mendukung satu sama lain dalam kebaikan dan kesulitan.

7. Gagak yang Sabar

Dongeng Pendek Anak SD Tentang Gagak yang Sabar

Sumber gambar Dongeng Pendek Anak SD Tentang Gagak yang Sabar : Buku dongeng anak dunia karya Shaff Banta

Dongeng anak pendek ini menceritakan tentang gagak yang sabar.

Suatu hari di padang gurun yang panas terik, hiduplah seekor gagak yang kehausan. Ia telah terbang jauh-jauh mencari air tetapi belum menemukan sumber air apapun.

Sang gagak merasa putus asa dan letih, tetapi ia memutuskan untuk tidak menyerah. Ia tahu bahwa kehidupan sangat berharga dan bahwa ia harus tetap mencari air untuk bertahan hidup.

Dengan hati yang lapar dan tenggorokan yang kering, sang gagak melanjutkan perjalanan panjangnya. Ia terus terbang dari satu tempat ke tempat lain, mencari tanda-tanda air. Setelah beberapa waktu, dengan keberuntungan, ia melihat tumpukan batu besar yang bisa menghalangi matahari terik.

Di balik batu-batu itu, ia menemukan genangan air kecil yang tersisa dari hujan semalam. Dengan penuh sukacita, sang gagak segera minum air yang menyegarkan dirinya dan merasa bersyukur atas ketekunan dan kesabarannya.

Kisah gagak ini mengajarkan kita bahwa kesabaran dan tekad yang kuat dapat mengatasi bahkan situasi yang paling sulit.

Sang gagak tidak menyerah meskipun kehausan dan panas yang melanda, dan akhirnya ia diberi hadiah dengan menemukan air yang sangat ia butuhkan.



Cerita ini menjadi pengingat bahwa kita harus terus berjuang dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan hidup, karena kemungkinan keberuntungan selalu ada di ujung perjuangan.

8. Kupu-Kupu dan Lebah

Pada suatu hari yang cerah, Kupu-Kupu sedang asyik bermain dan berterbangan di taman bunga. Tiba-tiba, dia melihat Lebah yang sedang sibuk mengumpulkan madu dari bunga ke bunga. Kupu-Kupu merasa heran melihat Lebah yang tidak pernah berhenti bekerja.

Kupu-Kupu bertanya kepada Lebah, “Kenapa kamu selalu sibuk bekerja, Lebah? Aku lebih suka bermain dan bersantai di atas bunga.”

Lebah menjawab, “Aku mengumpulkan madu untuk persediaan makanan di musim dingin. Jika aku tidak bekerja sekarang, aku tidak akan memiliki cukup makanan untuk bertahan hidup nanti.”

Kupu-Kupu tidak mengerti mengapa Lebah harus bekerja keras untuk mengumpulkan madu. Dia merasa kasihan kepada Lebah yang tidak memiliki waktu untuk bermain dan bersenang-senang.

Kupu-Kupu berkata kepada Lebah, “Aku tidak ingin bekerja keras seperti kamu. Aku lebih suka hidup bebas dan bersenang-senang tanpa harus memikirkan musim dingin.”

Lebah tidak marah kepada Kupu-Kupu. Dia hanya tersenyum dan berkata, “Setiap orang memiliki cara hidup yang berbeda. Yang terpenting adalah kita bahagia dengan apa yang kita lakukan.”

Kupu-Kupu merenungkan perkataan Lebah. Dia mulai berpikir bahwa mungkin ada baiknya dia juga bekerja keras untuk mempersiapkan diri di masa depan.

9. Anak yang Berbakti

Zaman dahulu, di sebuah desa, ada seorang anak bernama Tono. Ayahnya orang miskin. Setiap hari, ia pergi bersama ayahnya ke hutan untuk memotong kayu, mengeringkan kayu tersebut, dan menjualnya ke pasar.

Pada suatu hari, ia dan ayahnya pergi ke sebuah hutan yang jauh dan belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.

“Apa kau sudah pernah ke sini, Ton?” tanya ayah kepada Tono ketika mereka berada dalam perjalanan. “Belum, Yah!” jawab Tono.

Lalu mereka pun terus melakukan perjalanan hingga masuk sampai ke tengah hutan itu.

Di sana, ayahnya memotong kayu di satu tempat, sedangkan Tono memotong di tempat lain.

Setiap kali selesai memotong, Tono selalu memanggil ayahnya, untuk memastikan apakah ayahnya ada atau tidak.

“Ayah!” panggil Tono.

“Ya, Ayah di sini,” jawab ayah dengan suara keras. Itu berarti bahwa ayahnya masih berada dekat dengannya.

Menjelang siang hari, ayah Tono merasa haus. Ia ingin keluar dari hutan itu untuk mencari air minum. Lalu ia tancapkan kapak yang biasa digunakan untuk

10. Anak Monyet yang Malang

Cerita pendek anak ini berkisah tentang anak monyet yang malang karena tidak mendengarkan nasihat ibunya.

Anak Monyet yang Malang

Dulu, Monyet kecil ini selalu tersenyum… Hingga suatu ketika cerita ini dimulai, Si Monyet mulai berubah, dan hidupnya tak lagi sempurna…

Di sebuah rimba yang jauh dari hiruk pikuk kota, tinggalah seekor Ibu Monyet dengan anaknya. Ibu Monyet tidak memiliki tangan kanan. Oleh karena itu, Ibu Monyet tak bisa memanjat.

Pernah suatu ketika Ibu Monyet berusaha memanjat menggunakan sebelah tangan, namun usahanya selalu gagal. Ia selalu terjatuh dan terjatuh lagi. Tak bisa memanjat, tak lantas membuat Ibu Monyet putus asa.

Ia selalu memiliki banyak cara agar berhasil mendapatkan makanan untuk diri sendiri juga anaknya yang masih kecil.

Terkadang Ibu Monyet menapak dengan sangat hati- hati dari dahan satu ke dahan lainnya, terkadang pula Ibu Monyet melompat-lompat kecil hingga tangan kirinya berhasil mencapai ranting yang terdapat banyak buah.

Tentunya hal itu dilakukan pada pohon yang tidak terlalu tinggi. Hal itu dilakukan Ibu Monyet selama bertahun-tahun dan tanpa terasa kini sang anak Monyet telah semakin besar.

Ia telah pandai memanjat pohon sendiri dan mencari makanannya sendiri. Ibu Monyet pun bangga melihat anaknya kini tumbuh dengan sehat.

“Mau ke mana, Nak?” Tanya Ibu Monyet di suatu pagi.

Anak Monyet mendengus. Ia mulai bosan selalu ditanya hendak ke mana. “Yang pasti mau mencari makanan bu, memangnya mau ke mana lagi.”

“Jangan terlalu jauh, nanti tersesat.” Ibu Monyet memperingatkan.

“Tidak akan tersesat ibu. Kalaupun nanti lupa jalan pulang, saya bisa memanjat pohon yang paling tinggi untuk menemukan gubuk kecil ini.” Jawab anak Monyet kasar. Ibu Monyet terdiam.

Memang benar gubuk tempat mereka berteduh sangatlah kecil. Namun bukankah itu sudah cukup untuk mereka tinggal berdua?

“Toh, nanti juga saya akan bagi hasil pencarian buah pisangnya dengan ibu.” Sambung anak Monyet kemudian.

Perlahan senyum Ibu Monyet mulai terlihat. Perasaannya menghangat. Ia senang jika anaknya masih mengingat ibunya. “Tidak perlu repot nak, ibu bisa mencari sendiri, yang terpenting kamu pulang dengan selamat ibu sudah senang.”

“Halah, ibu pasti senang jika kubawakan makanan. Ibu kan tidak punya tangan, pasti repot untuk mencari buah-buahan yang paling segar. Kebiasaan ibu kan mengambil buah yang sudah jatuh.”

“Buah yang baru saja jatuh dari pohonnya nak.” Ralat Ibu Monyet.

Anak Monyet pun terdiam. Ibu Monyet teringat sesuatu, ia meminta sang anak menunggu sebentar selagi dirinya mengambil sesuatu dari dalam gubuk.

“Ini!” Ibu Monyet menyerahkan segenggam biji jagung pada anaknya. “Gunakan ini agar kamu tidak tersesat!” perintah Ibu Monyet.

Anak Monyet mengambil malas-malasan dan tak lama pun ia berangkat tanpa mengucapkan lagi sepatah atau dua patah kata sebagai salam perpisahan
sementara.

Tepat dilangkahnya yang ke-20, ia melihat kawanan anak Monyet tengah bermain. Berlarian, memanjat dari satu pohon ke pohon lainnya.

Si anak Monyet tiba-tiba memiliki kemauan untuk bergabung bersama mereka. Anak Monyet pun lupa akan tujuan awalnya mencari buah-buahan yang segar, terutama buah pisang.

Tak hanya itu, anak Monyet juga lupa menabur biji-biji jagung di jalan yang ia lalui sesuai perintah ibunya.

Rupanya, kecepatan anak Monyet memanjat tak sehebat dan setangkas para kawanan itu. Si anak Monyet telah tertinggal jauh, bahkan sekawanan Monyet itupun kini tak terlihat.

Anak Monyet kecewa. Ia menggaruk kepalannya dengan kesal.

Krukkkk, krukkk…
Bunyi itu berasal dari perut anak Monyet yang mulai merasakan lapar. Pantas saja, anak

Monyet telah memanjat sedemikian jauhnya. Ketika ia berbalik alangkah terkejutnya anak Monyet ketika di belakangnya terdapat seekor harimau yang sedang mengeratkan gigi- gigi tajamnya. Terdengar erangan dari harimau itu.

Anak Monyet mulai panik. Sebelumnya ia tak pernah berhadapan dengan makhluk buas seorang diri. Ketakutan mulai menyelimuti, tubuh anak Monyet bergetar hebat. Alih-alih mendapatkan makanan, yang ada anak Monyet menjadi santapan harimau hutan.

Harimau telah bersiap menerkamnya, spontan anak Monyet melompat ke dahan tertinggi dan mulai melompat dari pohon satu ke pohon lainnya.

Pontang- panting ia melarikan diri, di bawah pohon sana harimau masih setia mengikuti. Jika anak Monyet nantinya terjatuh, sudah pasti harimau langsung menerkamnya.

Di tengah ketakutan itu, anak Monyet tiba-tiba teringat sang ibu. Jika ada ibunya, ia tak akan setakut ini. Meskipun Ibu Monyet tak memiliki tangan kanan, tetapi ia cerdas. Pasti Ibu Monyet memiliki banyak akan untuk mengelabuhi harimau kelaparan tadi.

Seiring dengan pikirannya tentang sang ibu, anak Monyet memiliki ide untuk berbalik saja dan memutuskan untuk pulang. Harimau pasti akan bingung jika ia tiba-tiba berbalik arah.

Biji-biji jagung yang menjadi bekal dari sang ibu terjatuh. Anak Monyet berhenti di dahan pohon tertinggi. la melihat ke kanan dan ke kiri. Hutan yang ini berbeda dari hutan tempatnya tinggal.

Entahlah, apa mungkin anak Monyet terlalu jauh meninggalkan rumahnya atau ia telah keluar dari hutannya dan menuju hutan lain, anak Monyet pun bingung.

Ketika melihat ke bawah, seekor harimau rupanya telah hilang. Ia mendesah lega, namun kelegaan itu tak berlangsung lama ketika menyadari dirinya tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.

Ia menyesal tak menghiraukan perintah ibunya. Padahal maksud sang ibu memintanya menabur biji-biji jagung itu sepanjang jalan adalah agar anak Monyet mudah menemukan jalan pulang.

Anak Monyet baru menyadari jika tempat ternyamannya adalah berada di dekat ibunya.

11. Kisah Timun Mas

Berikut adalah versi yang telah diubah dari cerita “Timun Mas” yang terkenal untuk anak-anak SD, dikutip dari buku Dongeng Nusantara, penerbit Bestari (2019).

Hiduplah seorang wanita tua bernama Mbok Rondo di sebuah desa di Jawa. Ia sudah lama mendambakan seorang anak.

“Alangkah bahagianya jika di hari tuaku ada anak yang membantu meringankan pekerjaanku,” pikirnya.

Suatu hari, saat sedang melamun di ladang, tiba-tiba bumi bergetar hebat.

Mbok Rondo terkejut saat muncul raksasa menakutkan di hadapannya.

Raksasa itu tertawa terbahak-bahak. “Mbok Rondo, aku bisa memberimu anak.

Akan tetapi dengan syarat, saat ia berumur 6 tahun, kau harus menyerahkannya padaku untuk kumakan!”

Mbok Rondo tidak tahu dari mana asal raksasa itu. Namun, karena sangat ingin memiliki anak, ia menyetujui persyaratan tersebut.

Raksasa itu lalu memberinya biji mentimun. “Tanamlah. Kelak, di dalam salah satu buah mentimun, kau akan menemukan seorang anak,” kata raksasa itu.

Mbok Rondo segera menanam biji mentimun tersebut. Salah satu buah mentimun tumbuh menjadi besar dan berwarna kuning keemasan.

Ketika memetik dan membelahnya, terlihat seorang bayi mungil yang lucu. Hati Mbok Rondo sangat gembira, dan ia memberi nama bayi itu Timun Mas.

Timun Mas tumbuh menjadi gadis cantik jelita yang sangat disayangi Mbok Rondo.

Suatu hari, raksasa itu datang untuk menagih janji. “Aku tahu, kau datang untuk mengambil Timun Mas.

Beri aku waktu dua tahun lagi. Jika kuberikan sekarang, ia belum cukup besar untuk disantap. Tubuhnya masih kecil,” kata Mbok Rondo.

“Benar juga. Baiklah, dua tahun lagi aku akan kembali. Jika kau berbohong, kau yang akan kumakan!” ancam raksasa itu.

Timun Mas, yang bersembunyi di kolong tempat tidur, sangat ketakutan mendengar percakapan tersebut.

Mbok Rondo kemudian mencari cara untuk menyelamatkan Timun Mas. Ia pergi ke seorang pertapa yang memberinya empat bungkusan kecil sebagai penangkal kejahatan raksasa.

Isinya adalah biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.

Dua tahun kemudian, raksasa itu datang lagi dan menagih janji. Mbok Rondo cepat-cepat menyuruh Timun Mas lari lewat pintu belakang sambil membawa bungkusan-bungkusan tersebut.

“Ho… ho… ho… walaupun lari ke ujung dunia, kau tetap akan kutangkap!” seru raksasa sambil mengejar Timun Mas. Karena terus berlari, Timun Mas kelelahan.

Dalam keadaan terdesak, ia membuka bungkusan pertama yang berisi biji mentimun dan menaburkannya.

Biji-biji itu tumbuh menjadi tanaman mentimun dengan buah-buah besar. Raksasa dengan rakus memakan buah-buah tersebut, lalu kembali mengejar Timun Mas.

Timun Mas segera membuka bungkusan kedua dan menaburkan jarum ke tanah. Jarum-jarum itu berubah menjadi hutan bambu lebat.

Meski terluka karena tertusuk bambu, raksasa masih bisa menerobosnya dan melanjutkan pengejaran.

Timun Mas kemudian melempar bungkusan ketiga berisi garam, yang seketika berubah menjadi lautan. Namun, raksasa itu tetap bisa melaluinya.

“Bocah kurang ajar! Awas kalau kutangkap, kutelan kau bulat-bulat!” teriak raksasa dengan marah. Timun Mas segera melempar bungkusan terakhir yang berisi terasi ke tubuh raksasa.

Tiba-tiba, terasi itu berubah menjadi lautan lumpur mendidih. Raksasa itu kepanasan dan akhirnya mati tenggelam. Timun Mas selamat dan hidup bahagia bersama Mbok Rondo.

12. Kancil dan Ikan Kecil

Kancil dan Ikan kecil ini merupakan dongeng pendek untuk anak SD yang dikutip dari buku Dongeng Kancil; Unik, Seru, & Mendidik, penerbit Saufa Kid’s (2016).

“Tolong, tolong!” terdengar teriakan.

Kancil segera mencari sumber suara tersebut dan mendapati bahwa suara itu berasal dari sebuah ember. Seekor ikan kecil berwarna kuning sedang memanggil Kancil.

“Kancil, tolong aku. Aku ditangkap oleh seorang anak laki-laki,” kata si Ikan.

Kancil melihat ke arah seorang anak laki-laki yang berdiri di bawah pohon mangga. Tidak jauh dari mereka, terdapat sungai yang mengalir tenang.

“Mengapa dia menangkapmu, Ikan?” tanya Kancil.

“Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja dia menangkapku dan memasukkanku ke ember ini,” keluh Ikan.

“Aku takut akan dimasukkan ke dalam akuarium. Aku tidak mau terkurung di sana,” lanjut Ikan.

Kancil kembali melihat ke arah anak laki-laki itu, lalu berkata, “Aku akan menolongmu. Namun, aku perlu memastikan dulu apakah benar anak itu memiliki niat buruk.”

“Terima kasih, Kancil. Aku berharap kamu bisa menolongku,” kata Ikan.

Kancil mendekati anak laki-laki itu dan melihat bahwa dia juga menangkap ikan-ikan kecil lainnya, yang dimasukkan ke dalam ember.

“Ke mana kalian, ikan-ikan kecil? Aku sangat lapar,” terdengar suara ikan besar dari dalam sungai.

“Oooh, ternyata anak itu menyelamatkan ikan-ikan kecil dari si ikan besar. Ikan kecil salah sangka,” kata Kancil.

Tak lama kemudian, ikan besar itu menghilang, dan anak laki-laki itu mengembalikan ikan-ikan kecil ke sungai.

“Sebentar lagi kamu akan bebas, Ikan. Ternyata anak itu hanya ingin menyelamatkan kamu dan teman-temanmu dari ikan besar yang lapar. Dia sedang mengembalikan kalian ke sungai,” bisik Kancil.

Ikan tersenyum senang. Ketakutannya tidak terbukti. Berkat pertolongan anak laki-laki tersebut, Ikan bisa hidup bebas dan berenang di sungai lagi.

13. Gajah Baik Hati

Dongeng pendek untuk anak SD ini dikutip dari buku Dongeng Terbaik Kancil dan Sahabat-sahabatnya, penerbit Noktah (2018).

Pernahkah kalian melihat gajah? Gajah memiliki tubuh yang sangat besar, bahkan lebih besar dari orang dewasa.

Selain badannya yang besar dan gemuk, gajah juga memiliki ciri khas lainnya, yaitu belalainya yang panjang dan telinganya yang lebar. Unik sekali, ya!

Suatu hari, Zebra melihat Gajah sedang minum sendirian di tepi kolam. Zebra adalah hewan yang mirip kuda dengan tubuh bergaris-garis hitam dan putih.

“Apa istimewanya Gajah? Badannya gemuk, hidungnya panjang sekali, kulitnya cokelat dan terlihat kotor. Lihat aku, tubuhku bersih dengan warna yang cantik dan unik,” kata Zebra dengan nada sombong.

Gajah mendengar ucapan Zebra, tetapi ia tidak memperdulikannya. Gajah sudah terbiasa dengan kesombongan Zebra. Merasa diabaikan, Zebra mendekati Gajah.

“Hai, Gajah! Bagaimana bisa kamu punya badan yang jelek seperti ini? Tidak ada hewan yang takut padamu meskipun tubuhmu besar,” kata Zebra.

Gajah hanya menoleh sebentar, lalu melanjutkan minum air. Sesekali, ia menyiramkan air ke tubuhnya. Zebra merasa kesal karena Gajah seolah tidak mendengar perkataannya, lalu ia berjalan menjauh.

Zebra bermain dengan teman-temannya. Setelah bermain cukup lama, Zebra merasa haus. Ia pergi ke tepi kolam, di mana Gajah masih asyik bermain air.

“Dasar Gajah! Lama sekali dia main air,” kata Zebra. Sesampainya di tepi kolam, Zebra bingung bagaimana caranya minum. Biasanya, ia minum dari kolam di seberang, tetapi air di kolam itu sekarang surut. Zebra hanya duduk di samping Gajah.

“Kamu ingin minum, Zebra?” tanya Gajah. Zebra menoleh dengan wajah sedih.

“Iya, Gajah. Aku tidak bisa mengambil air untuk minum,” jawab Zebra. Gajah lalu mengambil air dari kolam dengan belalainya dan menuangkannya ke lubang kecil di tanah.

“Minumlah jika kamu mau, Zebra,” kata Gajah. Zebra terkejut melihat kebaikan Gajah.

Ia menyadari bahwa selama ini ia telah bersikap jahat kepada Gajah. “Terima kasih, Gajah. Kamu begitu baik padaku. Maafkan aku yang selalu berkata jahat dan mengejekmu,” ucap Zebra.

Gajah mengangguk dan tersenyum. “Minumlah. Kamu pasti haus sekali,” ucap Gajah. Ia kembali bermain air dengan ceria. Sejak saat itu, Gajah dan Zebra menjadi teman akrab dan selalu bermain bersama di tepi kolam.

14. Pelangi Sehabis Hujan

Pelangi sehabis hujan ini merupakan dongeng pendek untuk anak SD yang menarik.

Dongeng ini dikutip dari buku Dongeng Terbaik Kancil dan Sahabat-sahabatnya, penerbit Noktah (2018).

Hujan hampir turun setiap hari. Sapi sedang asyik bermain di bawah hujan bersama Bebek dan Tupai. Mereka bermain sambil bernyanyi.

“Seru banget main hujan, padahal biasanya kamu malas mandi, Sapi!” kata Kera yang berteduh di bawah pohon beringin yang besar. Badan Kera terlindungi oleh pohon sehingga tidak basah.

“Kamu sendiri juga jarang mandi, Kera,” kata Sapi.

“Badanku sudah bersih, jadi tidak perlu mandi,” sahut Kera.

“Dasar Kera! Siapa bilang badanmu bersih, jorok banget,” kata Bebek.

“Iya, nanti badanmu bau,” ucap Tupai sambil memercikkan air hujan ke arah Kera. Kera segera menjauh.

“Ih, dingin! Aku tidak mau mandi,” kata Kera.

Kera memang terkenal sangat malas mandi. Ketika hujan turun, Kera selalu bersembunyi di bawah dedaunan lebar atau berdiam diri di rumahnya.

“Lagipula, kalau aku mandi, kasihan tanaman kekurangan air,” bela Kera.

“Ah, itu cuma alasanmu saja, Kera,” kata Tupai.

Sapi, Bebek, dan Tupai terus bermain air hujan. Ketika hujan semakin deras, mereka berhenti bermain dan pulang ke rumah masing-masing. Kera tertidur nyenyak di bawah pohon beringin, tidak menyadari bahwa teman-temannya telah pulang.

“Wah, aku ditinggal sendiri,” kata Kera. Ia juga ingin pulang, tapi hujan masih deras. Akhirnya, Kera memutuskan untuk pulang dan menerjang hujan.

“Ah, menyebalkan! Badanku jadi basah,” keluh Kera. Namun, tiba-tiba Kera merasa tubuhnya segar dan tidak mengantuk lagi. Biasanya, Kera selalu merasa mengantuk, apalagi setelah kenyang.

“Segar juga ya air hujan ini. Pantas teman-teman senang main hujan,” kata Kera dengan gembira. Namun, hujan tiba-tiba berhenti.

“Saat aku mulai senang kena air hujan, hujannya malah berhenti,” kata Kera dengan sedih.

Ia berjalan pulang menyusuri jalanan yang basah. Kera menoleh ke arah langit dan melihat pelangi yang indah. “Hei, ada pelangi!” teriak Kera kegirangan. Langit cerah sehabis hujan, dan pelangi membuatnya semakin indah.

“Ibu… ibu, tadi aku mandi hujan. Badanku jadi segar. Aku jadi senang mandi. Dan, di luar ada pelangi,” kata Kera dengan riang.

“Syukurlah kamu sudah senang mandi. Jadi badanmu tidak bau lagi. Tapi, mandi hujan sesekali saja, ya,” kata ibu Kera.

15. Ulat dan Kupu-kupu

Contoh dongeng pendek untuk anak SD

Sumber: LDII Kediri

Contoh dongeng pendek untuk anak SD adalah ulat dan kupu-kupu dari buku Dongeng Lengkap Kancil, penerbit Laksana (2020).

Seekor ulat duduk termenung, memandangi burung-burung yang beterbangan di langit. “Alangkah indahnya mereka. Andai aku punya sayap. Tapi badanku ini jelek sekali,” gumam Ulat pelan.

“Hai, Ulat, apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Kancil yang baru pulang mencari makan.

“Lihatlah burung-burung itu, Kancil. Mereka sangat indah dan bisa terbang ke mana saja,” kata Ulat.

“Benar, mereka memang indah. Tapi kenapa kamu terlihat sedih?” tanya Kancil.

“Karena tubuhku jelek dan aku tidak bisa terbang seperti mereka,” jawab Ulat.

“Kata siapa kamu jelek? Kamu sangat cantik, bahkan aku pun kalah cantik,” ucap Kancil.

“Tentu saja kamu kalah cantik, Kancil. Kamu kan kancil jantan,” balas Ulat sambil cemberut, membuat Kancil tertawa.

“Begini saja, aku ajak kamu ke temanku yang tinggal di tepi sungai,” kata Kancil.

“Boleh,” jawab Ulat. Kancil kemudian berjalan menuju tepi sungai, dengan Ulat duduk di punggungnya. Mereka akhirnya tiba di sana.

“Wah, mereka cantik sekali! Siapa mereka?” tanya Ulat, terkagum-kagum melihat segerombolan binatang kecil bersayap warna-warni.

“Mereka adalah kupu-kupu. Kamu nanti bisa menjadi seperti mereka,” kata Kancil.

“Jangan bercanda, Kancil,” ucap Ulat tidak percaya.

“Aku tidak bercanda,” jawab Kancil sambil memanggil seekor kupu-kupu dan mengenalkannya kepada Ulat.

“Hai, Ulat. Aku Kupu-kupu. Mari, aku tunjukkan sesuatu,” ajak Kupu-kupu.

Mereka bertiga berjalan menuju pohon dengan daun-daun yang lebat dan hijau. Banyak ulat yang sedang makan daun-daun itu. Warna kulit ulat-ulat itu mirip dengan si Ulat.

“Beberapa hari lagi, ulat-ulat itu akan menjadi kepompong. Lihat, di sana sudah ada yang jadi kepompong. Tidak lama lagi, kepompong itu akan berubah menjadi kupu-kupu seperti aku,” jelas Kupu-kupu.

“Wah! Berarti aku bisa menjadi seperti kamu? Bisa terbang ke mana pun aku suka?” tanya Ulat dengan takjub.

“Benar sekali! Oleh karena itu, kamu harus makan banyak agar bisa menjadi kupu-kupu yang cantik,” jawab Kupu-kupu.

“Asyik! Aku akan menjadi kupu-kupu, Kancil!” seru Ulat dengan gembira. Kancil tersenyum senang melihat temannya yang tidak lagi bersedih.

 

***

Itulah kumpulan cerita pendek anak atau dongeng pendek untuk anak SD yang penuh pesan moral dan menyentuh dari berbagai referensi.

Simak artikel seputar contoh pantun anak-anak dan cerita seru lainnya di www.99updates.id.

Tak lupa, baca informasi terbaru dengan mengikuti Google News kami.

Sedang mencari rumah impian?

Cek berbagai rekomendasi terbaik di www.99.co/id karena beli hunian sekarang bisa #SegampangItu, lo!

**Referensi:

  • Basuki, Aura Aulia. 2022. Kumpulan Cerita Pendek Fabel Anak-Anak. Depok: Guepedia.
  • Chandra, Deni, 2023. Pada Suatu Hari. Riau: Langgam Pusaka.
  • Wati, Luh De Kencana Wati. 2021. Surat Cinta di Pagi Hari, Kumpulan Cerita Pendek. Denpasar: Surya Dewata.
  • Banta, Shaff. 2013. Dongeng Anak Dunia. Jakarta: WahyuMedia
  • Setiawan, Teguh. 2000. Kumpulan Dongeng Anak I. Jakarta: PT Musi Perkasa Utama.
  • Anan, Ardiyansyah. 2020. Kumpulan Cerita Dongeng untuk Anak Usia Dini. Depok: Guepedia.


Maskah Alghofar

Maskah adalah seorang content writer di 99 Group sejak tahun 2022. Lulusan Penerbitan PoliMedia Jakarta ini mengawali karir sebagai jurnalis online. Kini, Maskah rutin menulis tentang properti, gaya hidup, pendidikan, dan kesehatan.
Follow Me:

Related Posts