Berita Politik

Dinilai Sulit Bangun Koalisi Baru, Pengamat Sarankan Demokrat Merapat ke Prabowo

2 menit

Usai mengundurkan diri dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, para pengamat menilai bahwa Demkorat akan kesulitan untuk membentuk koalisi baru. Berikut penjelasan selengkapnya!

Dalam dunia politik, istilah koalisi merujuk pada bentuk kerjasama antara beberapa partai politik.

Kerja sama ini bertujuan untuk menggabungkan kekuatan mereka sehingga tercipta mayoritas suara yang dapat memenangkan pemilihan.

Nah, salah satu yang populer di Indonesia adalah Koalisi Perubahan untuk Persatuan dengan pentolan utama partai NasDem dan Demokrat.

Namun, beberapa waktu lalu, Demokrat menyatakan mundur dari koalisi tersebut.

Langkah ini tentu mengejutkan untuk semua pihak karena itu artinya, ada kemungkinan Demokrat akan membangun koalisi baru.

Namun, para pengamat menilai bahwa langkah yang lebih realistis adalah merapat ke kubu Prabowo.

Untuk lebih jelasnya, langsung saja simak ulasan di bawah ini, ya.

Demokrat Dinilai Akan Kesulitan Membentuk Koalisi Baru

koalisi demokrat prabowo

Sumber: mediaindonesia.com

Apabila ingin membentuk koalisi baru menjelang Pilpres 2024, partai Demokrat bisa merapat ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Namun, untuk melakukannya, pihak Demokrat harus melakukan perhitungan yang matang.

“Demokrat bisa membentuk poros baru. Tapi itu tidak akan mudah. Perlu perhitungan dan lobi-lobi yang matang dengan PPP dan PKS,” kata Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, dilansir dari republika.co.id, Jumat (08/09/2023).

Kerjasama Demokrat dengan PPP masih memungkinkan karena partai berlambang Ka’bah tersebut sedang merasa tidak dianggap penting oleh PDIP.



Pasalnya, PDIP dapat mengusung Ganjar Pranowo tanpa berkoalisi dengan partai lain.

Di sisi lain, Badan Pemenangan Pemilu PPP, yakni Sandiaga Salahudin Uno, terlihat masih berambisi untuk mengikuti kontestasi Pilpres.

Sementara PKS dinilai rentan hengkang menyusul Demokrat karena posisinya pun kurang dianggap oleh NasDem.

Namun, yang menjadi persoalan adalah belum tentu PPP berkenan untuk hanya mengisi posisi cawapres dan PKS mau hanya menjadi pelengkap dari koalisi baru.

Kesulitan untuk membangun poros baru ini pun diakui oleh Deputi Balitbang Partai Demokrat. Syahrial Nasution.

“Posisi kita saat ini sudah agaknya agak kurang memadai kalau bicara koalisi koalisi lain, walau opsi atau peluang itu ada,” kata Syahrial dilansir dari news.detik.com, Jumat (08/09/2023).

Berpeluang Besar untuk Merapat ke Prabowo

Melihat situasi saat ini, banyak pihak merasa bahwa opsi paling logis untuk Demokrat adalah merapat ke poros Prabowo atau Koalisi Indonesia Maju (KIM).

“Artinya di tempatnya Pak Prabowo dan Pak Ganjar, opsinya di situ. Agak sulit untuk kemudian berakselarasi dengan pembentukan koalisi baru di mana ada kerumitan-kerumitan dalam melaksanakan pembicaraan begitu,” jelas Syahrial lebih lanjut.

Dengan begitu, Demokrat akan tetap memiliki peluang untuk maju ke pemilu maupun mengamankan jatah kursi menteri.

Namun, jika memilih merapat ke Prabowo, Demokrat perlu mempertimbangkan hubungannya dengan PDIP, salah satu partai yang mengusung Menteri Pertahanan tersebut.

“Tinggal bagaimana menghangatkan lagi hubungan SBY (Ketua Majelis Tinggi Demokrat) dengan Megawati (ketua Umum PDIP). Dua tokoh ini diketahui masih belum akur sejak Pemilu 2004,” tegas Najmuddin.

***

Semoga informasi di atas bermanfaat untukmu, ya.

Temukan beragam informasi menarik lainnya hanya di Google News Berita 99.co Indonesia.

Kamu sedang mempertimbangkan untuk memiliki hunian?

Membeli rumah bisa #segampangitu di www.99.co/idlo!

Tak lupa, dapatkan artikel bermanfaat lainnya di laman www.99updates.id.



Hanifah

Hanifah adalah seorang penulis di 99 Group sejak tahun 2020. Lulusan Jurnalistik UNPAD ini fokus menulis tentang properti, gaya hidup, marketing, hingga teknologi. Di waktu senggang, ia senang menghabiskan waktu untuk kegiatan crafting dan membaca.
Follow Me:

Related Posts