Tempat tinggal tidak layak secara langsung bisa memberikan dampak negatif pada para penghuninya. Lantas, apa dampak tersembunyi dari rumah tidak layak huni? Temukan jawabannya dalam artikel ini!
Menurut World Health Organization (WHO), rumah seharusnya dapat menjadi tempat untuk memelihara kesehatan fisik dan mental penghuninya.
Hal ini sejalan dengan indikator kelayakan rumah yang dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Berdasarkan Pasal 24 huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011, terdapat empat indikator yang menjadi penentu kelayakan sebuah rumah.
Indikator tersebut meliputi ketahanan dan keselamatan bangunan, kecukupan luas tempat tinggal, akses sanitasi layak, dan akses air minum layak.
Selain empat indikator tersebut, rumah layak huni juga harus memenuhi syarat kesehatan yang terdiri dari pencahayaan dan sirkulasi udara.
Apabila sebuah tempat tinggal tidak mampu memenuhi standar kelayakan yang telah disebutkan di atas, ini akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental penghuninya.
Lantas, apa saja dampak tersembunyi dari rumah tidak layak huni?
Mengancam Kesehatan Fisik dan Mental
Ahli kesehatan masyarakat lulusan University of Antwerp, Reynaldi Ikhsan Kosasih, menjelaskan bahwa rumah tidak layak huni bisa menimbulkan dampak tertentu.
Misalnya, dalam hal ketahanan dan keselamatan bangunan yang kurang memadai dapat meningkatkan risiko bencana non-alam, seperti kebakaran yang dapat dengan mudah menyebar ke seluruh lingkungan.
Menurut Reynaldi, rumah layak huni seharusnya memiliki luas ruang minimal 7,2 meter persegi per orang dan tinggi ruang minimal 2,8 meter.
Jika kecukupan ruang tidak terpenuhi, privasi pun akan terancam dan ini dapat memberikan dampak pada kesejahteraan psikologis, menurunkan kualitas hidup hingga membuat seseorang merasa pesimis dan stres.
Selain indikator di atas, Reynaldi juga menyebutkan bahwa kehadiran fasilitas MCK, septic tank, tempat sampah, saluran pembuangan air kotor dan limbah, serta akses ke air minum yang berkualitas juga menjadi standar rumah layak huni.
“Sanitasi yang buruk dan air terkontaminasi dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk diare, tipes, hepatitis A, dan penyakit kulit. Apalagi air ini juga sering digunakan untuk keperluan memasak, mencuci, menyikat gigi, dan mandi. Ketika air terkontaminasi, dampak negatifnya dapat sangat signifikan,” tutur Reynaldi pada redaksi 99 Group.
Tak hanya itu, aspek pencahayaan serta sirkulasi udara di dalam rumah juga wajib memenuhi standar.
Ventilasi udara yang buruk ini dapat mengakibatkan kelembapan berlebih di dalam rumah, pertumbuhan jamur, bahkan masalah tikus.
Permasalahan tersebut kemudian dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti ISPA, asma pada anak, hingga masalah overheating yang berakibat pada peningkatkan risiko penyakit serangan jantung dan stroke pada lansia.
Jembatan Menuju Jurang Kemiskinan
Rumah yang tidak memenuhi indikator-indikator standar layak huni juga dapat membawa dampak ekonomi yang signifikan, seperti yang diungkapkan oleh Putu Rusta Adijaya, seorang ekonom dari The Indonesian Institute.
Pertama, masyarakat akan hidup dalam ketakutan akan kemungkinan robohnya rumah mereka.
Kedua, jika luas rumah tidak sesuai standar, penghuni akan merasa tidak nyaman, anak-anak sulit untuk bermain atau belajar, dan anggota keluarga lain juga akan kesulitan bekerja atau berwirausaha.
Ketiga, jika indikator sanitasi, air bersih, pencahayaan, dan sirkulasi udara tidak terpenuhi, masyarakat akan rentan terkena penyakit.
Dampaknya, pendapatan justru digunakan untuk berobat, sehingga akan semakin sulit untuk memutar pendapatan tersebut.
Sejatinya, rumah layak huni dapat memberikan manfaat yang lebih besar, bukan hanya menjadi tempat tinggal saja, melainkan juga dapat menghasilkan efek ekonomi berantai.
Seperti terciptanya peluang untuk mengembangkan sistem transportasi yang lebih terintegrasi dan mendorong pertumbunan aktivitas ekonomi dengan didirikannya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar kawasan.
Pembangunan rumah layak huni juga bisa meningkatkan mobilitas ekonomi.
Apabila akses masyarakat terhadap hunian layak terbatas ini dapat memberikan dampak serius pada penurunan tingkat perekonomian suatu wilayah.
Kelompok yang tidak memiliki akses memadai terhadap hunian layak cenderung memilih untuk membangun permukiman ilegal.
Secara tidak langsung, hal tersebut dapat menurunkan citra kota serta kualitas hidup masyarakatnya.
Terjadinya Kriminalitas dan Kerusuhan
Minimnya akses rumah layak huni juga membawa dampak negatif yang signifikan secara sosial.
Menurut pemaparan pakar sosiologi dari Universitas Widya Mataram, Puji Qomariyah, karakteristik lingkungan tempat seseorang tinggal dapat berpengaruh pada perilaku sosial.
Berdasarkan teori agresivitas, semakin baik lingkungan tempat masyarakat tinggal, semakin besar kemungkinan orang yang tinggal di dalamnya berperilaku baik dan begitu pun sebaliknya.
Rumah seharusnya memenuhi berbagai fungsi sosial keluarga, seperti sosialisasi, afeksi, reproduksi, ekonomi, dan kesejahteraan.
Namun, ketika rumah tidak memenuhi standar minimal, orang dalam rumah tersebut akan mencari ruang di luar rumah atau di jalanan.
Dalam situasi ini, penyakit sosial seperti konflik rumah tangga, KDRT, dan perilaku anak-anak yang agresif bisa meningkat.
Tak hanya itu, dampak rumah layak huni juga bisa menyebabkan ketidaksetaraan dan strata sosial dalam masyarakat.
Orang miskin cenderung bersosialisasi dengan orang miskin dan mereka akan cenderung merasa inferior di lingkungan tempat tinggalnya.
Selain itu, dampaknya terasa dalam hal akses dan hak istimewa.
Akses terhadap berbagai informasi dan pendidikan menjadi lebih mudah didapatkan oleh mereka yang memiliki rumah layak huni lantaran akses transportasi yang lebih memadai.
Masalah tersebut berpotensi mengarah pada kerusuhan dan gejolak sosial yang lebih besar. Bahkan, menurut puji, kerusuhan di Indonesia lebih banyak disebabkan karena kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan.
Pembahasan tersebut adalah rangkuman dari Laporan Khusus 99 Magazine edisi 10: Rumah Layak Huni: Hak Asasi Masyarakat Indonesia yang Masih Belum Terpenuhi.
Tim redaksi 99 Group membedah secara komprehensif mengenai dampak rumah tidak layak huni beserta solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.
Untuk mengetahui informasi selengkapnya, sila unduh 99 Magazine edisi 10 pada tautan berikut:
Link download: https://bit.ly/99MagazineEdisi10
***
Semoga pembahasan di atas bermanfaat, Property People!
Temukan informasi lainnya seputar kabar properti hanya di Berita.99.co
Untuk mendapatkan berita terupdate, sekarang kamu bisa mengikui Google News kami, lo.
Jika sedang mencari hunian nyaman kamu bisa menemukannya di laman www.99.co/id dan jangan lewatkan berbagai kemudahan karena semuanya #segampangitu.