Dalam membangun rumah, banyak yang menganggap peran arsitek menjadi begitu esensial. Hal itu didasarkan pada minimnya pengetahuan kita terhadap ilmu arsitektur.
Meski begitu, dewasa ini, sumber daya dan ilmu pengetahuan tentang rancang bangunan dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja.
Inspirasi mengenai desain hunian dengan beragam gaya sudah tersedia di berbagai platform.
Dengan kondisi tersebut, tentu siapa pun bisa mengeksplor dan merancang sendiri rumah impiannya berdasarkan desain dan penataan yang diinginkan.
Seperti Amelisa, seorang warga Bandung ini dengan apik merancang mandiri huniannya menggunakan aplikasi desain rumah yang bisa diakses melalui gadget.
“Karena keterbatasan dana, kita tidak bisa memakai jasa arsitek dan kontraktor. Kita memakai aplikasi Live Home 3D yang ada di App Store untuk menentukan layout,” ungkap Amelisa, kepada Berita 99.co Indonesia, Selasa (1/10/2022).
Berbekal sedikit pengetahuan tentang penataan layouting dan bantuan keluarga yang expert di bidang konstruksi, Amelisa bisa dengan efektif membangun hunian pertamanya di tanah kaveling kawasan Bandung.
Putuskan Pindah ke Bandung
Tekad Amelisa untuk membangun rumah dimulai saat ia resign dari pekerjaan dan pindah ke Bandung agar bisa dekat dengan suaminya.
Ketika itu, rencana untuk punya hunian sendiri sudah ada, tetapi mereka hanya bisa menyewa rumah terlebih dahulu sambil hunting properti di Kota Kembang.
Setelah melakukan survei, ia menyadari perumahan yang dibangun developer untuk keperluan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) tampak tidak cocok dengan keyakinan.
Ia pun tak terlalu tertarik dengan pilihan rumah kredit, karena menurutnya, hunian yang ditawarkan developer terasa mahal.
“Kami gak sanggup memiliki beban cicilan 15-25 tahun. Jadi kami memutuskan untuk sabar menabung sambil mengontrak saja,” tuturnya.
Setelah penantian panjang, akhirnya Amelisa menemukan tanah kaveling yang tidak begitu jauh dari rumah kontrakan.
“Saat itu kita belum tahu akan dibangun kapan,” tambah Amelisa.
Ya, asa untuk membangun rumah di tanah yang ia beli masih belum terlihat karena tabungan yang sudah terkumpul masih belum cukup.
Lahan yang berdiri di tanah miring itu pun dibiarkan sambil Amelisa terus berikhtiar agar bujet membangun hunian bisa tercukupi.
Ketika sudah melewati dua tahun mengontrak dan ingin memperpanjang masa sewa, ternyata pemilik rumah tidak bisa melanjutkan karena hunian tersebut akan dipakai keluarganya.
“Kita males banget mau cari kontrakan lagi dan pindah berkali-kali karena barang kita lumayan banyak,” tambah Amelisa.
Akhirnya, Amelisa dan suami memutuskan bangun rumah di tanah yang sudah dipunya dengan tabungan yang telah mereka kumpulkan.
“Kami juga meminta perpanjang kontrakan beberapa bulan sampai rumah jadi.”
Proses Pembangunan Rumah
Merancang Bangunan Sendiri
Setelah mendapatkan lahan, tugas Amelisa selanjutnya adalah merancang hunian dengan desain yang diinginkan.
Ya, memiliki rumah yang sesuai dengan kepribadian pemiliknya tentu sangat memuaskan.
Untuk itu, tak jarang diperlukan bantuan dan jasa dari arsitektur profesional.
Namun demikian, hal itu tak dilakukan Amelisa karena bujet yang terkumpul terasa terbatas.
Amelisa dan suami memutuskan mendesain dan merancang keseluruhan bangunan sendiri, tanpa bantuan profesional.
“Mendesain sendiri, hunting dan beli material sendiri, mengontrol keuangan, memantau kerjaan tukang setiap hari, dan meminimalisir finishing sesuai kebutuhan bukan keinginan.”
Kendala Saat Proses Pembangunan Rumah
Tentunya, tiada impian yang mudah dicapai. Kendala saat membangun rumah tentu tak bisa terhindarkan.
Dalam kisah Amelisa, hambatan yang ia rasakan ada ketika melakukan proses layouting.
Lahan terbatas dan tanah yang miring merupakan faktor yang menyebabkan Amelisa mesti berputar otak ketika merancang tata letak rumahnya.
“Lalu, yang paling deg-degan itu mengontrol keuangan supaya cukup sampai selesai,” tambah Amelisa.
Meski begitu, ia tetap merasa senang dan bersyukur dalam menjalani setiap proses membangun rumahnya yang ia beri nama Gioia House.
“Alhamdulillah dalam waktu 3,5 bulan pembangunan, rumah sudah bisa ditempati.”
Gaya Arsitektur yang Diterapkan
Saat ingin membangun sebuah hunian, kita cenderung terbuai dengan pilihan desain yang tengah populer.
Padahal, membuat hunian dengan desain berbeda di tengah populernya suatu desain rumah tertentu bukanlah perkara sulit.
Mengusung Konsep Art Deco
Hal demikian dibuktikan oleh Amelisa yang membangun rumah tumbuh dengan desain art deco pada eksterior dan Skandinavia industrial di interior.
Art deco adalah salah satu gaya arsitektur yang populer di Eropa sejak 1920-1930.
Walau sudah ada sejak seabad lalu, arsitektur art deco ternyata masih digemari hingga sekarang.
Hal itu tak terlepas dari keunikan unsur artistik, estetika, dan kemewahannya.
Dalam konteks Gioia House, representasi art deco terletak pada atap datar dan bentuk melengkung di salah satu sisi bangunannya.
Unsur Skandinavian dan Industrial pada Interior Rumah
Lalu, desain Skandinavia dan industrial merupakan dua dari sekian banyak gaya arsitektur yang cukup populer saat ini.
Kombinasi konsep tersebut identik dengan penggunaan warna yang netral dan menghadirkan kreasi bentuk, konfigurasi, dan komposisi garis unik, sebagaimana tampak pada Gioia House.
Adapun elemen Skandinavian dihadirkan pada hampir keseluruhan interior.
Rumah yang didominasi warna netral dengan sentuhan wood sebagai point of attention pada Gioia House terasa sangat memukau.
Konsep Skandinavian yang dimunculkan itu tentu memiliki nilai estetika dan keharmonisan tinggi.
Keselarasan itu terlihat pada area foyer, living room, dining room dan bedroom.
Rumah ini juga memiliki sebuah struktur hidup berupa elemen sederhana yang diadaptasi dari gaya industrial.
Hal itu terlihat pada pengaplikasian semen ekspos pada meja dapur yang terkesan unfinished.
Tentang Pembiayaan Rumah
Soal bujet, Amelisa mengatakan bahwa uang yang dikeluarkan untuk membangun hunian dengan luas tanah 70 m2 dan luas bangunan 56 m2 itu adalah Rp184 juta
Biaya tersebut habis untuk pembelian material, finishing, dan upah tukang.
“Itu tidak termasuk untuk pembelian tanah dan furniture, ya,” tambahnya.
Tentunya, bujet yang dikeluarkan Amelisa dalam membangun rumahnya terhitung terjangkau daripada membeli rumah seken atau ambil KPR.
Keberhasilan Amelisa membangun rumahnya dengan bujet kurang dari Rp200 juta itu pun tak terlepas dari penekanan bujet.
“Untuk menekan bujet ini, pertama kita memakai jasa tukang borongan yang perhitungannya per meter bangunan,” tuturnya.
Selain itu, sambung Amelisa, ia juga mencari dan membeli material sendiri sehingga bisa dengan efektif memangkas kebutuhan yang tak perlu.
“Untuk pengerjaannya kita desain dan pantau sendiri setiap hari dan meminimalisir finishing sesuai kebutuhan bukan keinginan,” ujarnya.
***
Itulah lika-liku yang dialami Amelisa dalam membangun Gioia House.
Semoga, cerita di atas bisa menginspirasi kamu ya, Property People.
Yuk, simak kisah inspiratif tentang pembangunan rumah pertama lainnya hanya di Berita.99.co.
Untuk dapatkan update terkini dari Berita 99.co Indonesia, kamu bisa follow Google News, yuk!
Apakah kamu sedang mencari rumah modern di sekitar Bogor?
Bisa jadi Golden Hills adalah pilihan terbaikmu, lo.
Cek ragam pilihan terbaik di www.99.co/id dan rumah123.com, yuk!
Di sana, kamu bisa dapatkan promo menarik karena kami selalu #AdaBuatKamu.
***sumber foto: dokumen pribadi Gioia House