Banjir Jakarta yang selalu terjadi setiap tahun pasti menjadi momok menakutkan bagi masyarakat setempat. Pasalnya, bencana alam tersebut turut menimbulkan kerugian hingga memakan korban yang tidak sedikit.
Tak hanya itu, banjir juga menjadi berbagai sumber penyakit karena berbaurnya air selokan dengan air banjir.
Selain korban warga yang harus mengungsi karena rumahnya terendam serta mengalami dampak lainnya, banjir di ibu kota juga kerap menjadi komoditas politik.
Tak aneh jika Gubernur DKI dan Presiden RI seperti Anies Baswedan dan Jokowi juga menjadi sasaran empuk yang disalahkan atas bencana tersebut.
Nah, kira-kira banjir Jakarta yang setiap tahun selalu terjadi ini salah siapa ya?
Upaya Penanganan Banjir oleh Presiden
Melansir dari bisnis.com, tak dipungkiri Jokowi memang selalu menjadi bulan-bulanan hujatan karena pernah menyampaikan keyakinan bahwa banjir di ibu kota lebih mudah ditangani jika dirinya menjadi Presiden.
Hal itu memang masuk secara logika, sebab penanganan banjir Jakarta harus ditangani lintaspementahan. Mulai dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah.
Namun, kebijakan tersebut tak selamanya berjalan mulus dalam praktiknya.
Pasalnya, sejak zaman Ahok memimpin Jakarta, penanganan banjir Jakarta dan pembicaraan dengan pemerintah daerah di sepanjang Sungai Ciliwung tak otomatis berjalan mulus dan rampung dalam satu pertemuan.
Hal itu mencerminkan bahwa banjir Jakarta tak hanya harus ditangani Pemprov DKI, melainkan butuh kerja sama dengan pemerintah daerah lain di sepanjang aliran sungai Ciliwung, mulai Pemkot Bogor, Kabupaten Bogor, serta Depok.
Penyebab Banjir Jakarta
1. Curah Hujan Tinggi
Melansir dari merdeka.com, salah satu penyebab banjir di Jakarta dan sekitarnya yang utama adalah hujan yang ekstrem.
Curah hujan tinggi pada pertengahan Januari tahun 2013 saja tercatat mencapai rekor curah hujan hingga 250-300 mm, melebihi kondisi Banjir Jakarta 2002 yang mencapai 200 mm seperti yang dikutip dari Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol 14, No.1.
Kemudian, Peneliti Sains Atmosfer dengan Bidang Kepakaran Klimatologi dan Perubahan Iklim di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Erma Yulihastin menyebutkan hujan ekstrem dini hari pada 7 Juni 2020 juga memicu banjir besar di ibu kota.
2. Drainase yang Buruk
Mengutip dari kompas.com, menurut Pakar Tata Kelola Air dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali menilai banjir ibu kota disebabkan sistem drainase yang buruk.
“Itu terlihat ada sistem drainase kita yang tidak berfungsi dengan baik untuk mengantisipasi curah hujan yang relatif tinggi ini,” kata Firdaus dalam tayangan Kompas TV.
Dengan begitu, Firdaus berharap Pemprov DKI seharusnya sudah mampu mengantisipasi banjir dengan membenahi sistem drainase kota.
Sejarah Banjir Jakarta
Jika menelusuri sejarah banjir Jakarta, sejarah mencatat banjir sudah mengakrabi Jakarta sejak awal pendirian kota ini oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Awalnya pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen meminta Simon Stevin merancang sebuah kota di muara Sungai Ciliwung yang sering kebanjiran sebagaimana Kota Amsterdam di Belanda dikutip dari Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca.
Keberadaan 13 aliran sungai yang melintasi ibu kota menjadikan kota itu memiliki dataran banjir yang banyak tersebar di wilayah itu.
Pada awal perencanaan kota ini, dimaksudkan untuk membangun kota menyerupai kota-kota yang ada di Belanda, sehingga banyak dibangun kanal.
Dengan demikian, potensi terjadinya banjir setiap tahun memang sangat tinggi.
Banjir yang terjadi di Batavia pada saat itu telah menyebabkan kota tersebut lumpuh.
***
Semoga ulasannya bermanfaat ya, Sahabat 99!
Jangan lupa untuk pantau terus informasi penting lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.
Bagi kamu yang tertarik tinggal di perumahan seperti Roseville BSD City, langsung saja kunjungi 99.co/id.