Dibangun dengan cara tradisional yang tidak memerlukan paku dan lem, bangunan Horyuji Temple Tower masih berdiri kokoh hingga sekarang. Simak informasi lengkapnya mengenai bangunan tanpa paku di Jepang di sini!
Mendirikan bangunan di zaman dahulu pastinya sulit dan penuh dengan tantangan.
Di Indonesia, belum tersedianya bahan-bahan modern seperti, paku, semen, dan pengikat lainnya, tetap saja mampu mendirikan bangunan yang luar biasa seperti Candi Borobudur.
Sedangkan di Jepang, sebelum ada lem kayu dan sekrup yang rumit, para pengrajinnya menggunakan serangkaian sambungan yang saling terkait untuk menghubungkan kayu dengan struktur dan balok.
Ada banyak metode sambungan yang saling terkait dalam pengerjaan kayu saat ini, tetapi secara umum, semuanya memerlukan beberapa bentuk lampiran tambahan.
Lem kayu secara tradisional digunakan untuk membuat balok laminar dan koneksi lainnya.
Teknik Tradisional Bangunan Tanpa Paku di Jepang
Sistem sambungan yang saling terkait menggunakan irisan yang dipalu menjadi slot terbuka yang meninggalkan desain cantik pada kayu.
Metode ini memang membutuhkan banyak konsentrasi dan tingkat kedetilan cukup tinggi.
Bila kayu digabungkan pada slot yang terbuka, jika perhitungan tukang sudah bagus tidak akan ada lahan untuk kayu bergeser.
Mereka sangat merekat layaknya dipakaikan lem kayu, padahal tidak sama sekali.
Metode tradisional untuk bangunan tanpa kayu di Jepang ini sudah ada contohnya…
Seperti Horyuji Temple Tower di Jepang yang sudah berdiri sejak ribuan tahun silam.
Teknik-teknik bangunan telah berkembang sedikit berkat revolusi industri modern, tetapi masih ada kelompok-kelompok yang mengabadikan metode-metode konstruksi kuno yang indah.
Bangunan tanpa paku dan juga lem kayu akan bertahan lama karena didesain untuk tidak melawan alam.
Mereka didesain untuk menjadi satu dengan alam, yang artinya tidak melawan terpaan angin atau menahan guncangan gempa, tapi malah mengikuti gerakannya.
Baca Juga:
7 Desain Rumah Minimalis 2 Lantai Khas Jepang. Pas Untuk Ukuran Kecil!
Tamaguchi Residence di Kota Sakai, Jepang
Dilansir dari Detik Travel, ada salah satu rumah yang tetap berdiri kokoh walaupun umurnya sudah lebih dari 400 tahun.
Letaknya berada di kota Sakai, Jepang bernama Tamaguchi Residence yang dibangun tahun 1615 pada masa kekaisaran Edo.
Dulu, pemiliknya adalah seorang pemimpin daerah atau ‘shoya’ bernama Tamaguchi.
Lokasinya berada di 1-2-31 Nishikino-cho Higashi, Sakar ku, Sakai, sekitar 30 menit perjalanan dari bandara Osaka.
Luas rumah yang biasa digunakan untuk perkumpulan warga Jepang itu sekitar 832,95 m2.
Terdiri dari ruang utama, taman, tiga kamar dan dapur.
Sejak pertama berdiri, bangunan itu sudah tiga kali direnovasi.
Pertama pada tahun 1775, untuk membangun tempat persediaan makanan. Lalu, tahun 1800 membangun ruangan lain di bagian utara.
Terakhir, renovasi untuk mengganti atap yang bocor tahun 1970.
Menurut cerita Hisanori Kato, pemandu rombongan di sana rumah itu bisa bertahan selama ini karena strukturnya yang sangat kuat.
Kayu-kayu penyangganya diambil dari bahan kualitas terbaik.
“Dan uniknya mereka tidak memakai paku atau tali untuk menyambungkannya. Jadi hanya saling tumpu saja,” kata pria yang fasih berbahasa Indonesia ini.
Kini, rumah tersebut sudah diserahkan dari keluarga Tamaguchi ke pemerintah Sakai untuk dijadikan museum.
Setiap hari ribuan turis mendatangi bangunan itu. Tiket masuknya 200 Yen (sekitar Rp 25.000).
Museum ini buka mulai pukul 10.00 hingga 16.00 waktu Sakai.
Khusus orang tua di atas 65 tahun dan anak-anak di bawah 15 tahun, tak dipungut biaya apa pun alias gratis.
Baca Juga:
7 Desain Rumah Minimalis Jepang Dengan Tampilan Luar yang Menipu
Wow, teknik membangun yang menarik sekali ya, Sahabat 99!
Kamu juga ingin membuat rumah dengan teknik seperti ini?
Selalu kunjungi Blog 99.co Indonesia untuk mendapatkan informasi menarik seputar dunia properti.
Temukan pula hunian dengan harga terjangkau dalam situs 99.co/id .