Bandara Baru Yogyakarta (YIA) masih sepi peminat usai diresmikan Presiden Jokowi tahun lalu. Bahkan, bandara ini tercatat sebagai salah satu bandara yang menjadi beban utang PT Angkasa Pura I (Persero).
Sempat digadang-gadang sebagai proyek infrastruktur tercepat, Bandara Baru Yogyakarta justru belum menunjukkan “pergerakan” yang diharapkan.
Hal ini tentu saja membuat sejumlah masyarakat mempertanyakan kondisi bandara yang bisa saja senasib dengan beberapa bandara yang sepi seperti Kertajati di Majalengka, Jawa Barat.
Apalagi, Bandara Baru Yogyakarta juga disebut-sebut menjadi beban utang PT Angkasa Pura I (AP I).
“AP I ini memang kondisinya berat, dengan utang Rp35 triliun dan rate loss [kerugian rata-rata] per bulan Rp200 miliar,” tutur Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat dengan DPR, Minggu (5/12/2021).
“Kalau tidak direstrukturisasi, setelah pandemi utangnya bisa mencapai Rp38 triliun,” tambahnya.
Pandemi Covid-19 Jadi Alasan
Menurut Kartika Wirjoatmodjo atau yang kerap disapa Tiko, beban berat AP I disebabkan banyak bandara baru yang sepi penumpang karena Covid-19.
Oleh karena itu, biaya operasional membengkak sementara di sisi lain tidak diikuti oleh pemasukan yang seimbang.
Untuk kamu ketahui, Bandara Baru Yogyakarta menjadi bandara yang telah menyedot biaya pembangunan senilai Rp11,3 triliun.
Melansir kumparan.com, adapun traffic penumpang di Bandara Baru Yogyakarta selama Januari hingga November 2021 hanya 1,2 juta penumpang.
“Angka itu lebih tinggi 24 persen dibanding traffic penumpang pada 2020 yang sebesar 99.681 pergerakan penumpang,” kata Direktur Utama Angkasa Pura 1, Faik Fahmi.
Dengan kapasitas 20 juta penumpang per tahun, jumlah traffic tersebut tentu saja masih sangat jauh dari kapasitas.
Sementara di sisi lain, bandara di bawah AP I itu mempunyai total luas area mencapai 587 hektar dengan luas terminal sebesar 219 ribu meter persegi yang menjadikannya salah satu bandara terbesar di Indonesia.
Apa Kata Pengamat Penerbangan?
Menilik kondisi tersebut, pengamat penerbangan Arista Atmaji memberikan pandangannya.
Ia mengaku tak heran dengan situasi yang dialami YIA yang baru diresmikan Jokowi pada 2020 lalu.
Menurutnya, dalam jangka panjang, YIA akan memberi keuntungan.
“Itu kalau secara teori dagang, teori ekonomi engga bisa airport segede itu nggak bisa bakalan balik [modal] dalam waktu dua tahun, apalagi plus pandemi, taruhlah pandemi dia dua tahun enggak bisa ngapa-ngapain,” ucap Arista seperti dikutip Kumparan.com.
“Itu mah balik paling enggak nanti 7 tahun itu baru BEP, saya perkirakan kalau menurut perhitungan,” lanjutnya.
Keyakinan Arista dilatarbelakangi pemahaman bahwa Yogya sebagai wilayah pariwisata sering dikunjungi turis mancanegara.
Oleh karena itu, ia pun meminta semua pihak untuk bersabar dengan perkembangan YIA.
***
Semoga ulasannya bermanfaat, Sahabat 99.
Pantau terus informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Jika kamu sedang mencari rumah di sekitar Tangerang Selatan, mungkin Casa de Ramos adalah pilihan yang tepat.
Cek selengkapnya di www.99.co/id.