Berita

7 Agama Asli Nusantara yang Masih Ada Tapi Tak Diakui Negara

3 menit

Sebelum hadirnya agama impor di Indonesia, masyarakat Indonesia zaman dahulu menganut agama asli nusantara yang sangat unik dan beragam.

Namun, seiring dengan masifnya perkembangan agama impor tersebut, banyak agama asli nusantara yang semakin terpinggirkan dan bahkan tak diakui negara.

Padahal, agama asli nusantara tersebut masih memiliki banyak penganut dan lestari hingga saat ini.

Sayangnya, pemerintah Indonesia hanya menetapkan enam agama resmi yang diakui oleh negara, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Agama lain selain itu dianggap sebagai aliran kepercayaan seperti animisme atau dengan kata lain tak diakui negara atau ilegal.

Selain Sunda Wiwitan dan Kejawen, inilah beberapa agama asli nusantara lainnya yang tak diakui negara.

7 Agama Asli Nusantara yang Tak Diakui Negara

1. Sunda Wiwitan

sunda wiwitan

Sumber: cnnindonesia.com

Sesuai namanya, Sunda Wiwitan merupakan agama asli nusantara yang dianut oleh masyarakat Sunda utamanya yang tinggal di wilayah Provinsi Banten.

Penganutnya menyebar mulai dari Kanekes, Lebak, Banten, Kasepuhan Ciptagelar, Banten Kidul, Cisolok, Sukabumi, Kampung Naga, hingga Cigugur, Kuningan.

Sunda Wiwitan merupakan agama asli nenek moyang yang hadir jauh sebelum masuknya Hindu ke Indonesia.

Namun, pada perkembangannya telah bercampur dengan beberapa unsur ajaran agama Hindu dan sebagian ajaran Islam.

2. Kejawen

kejawen

Sumber: kbr.id

Kejawen atau dalam bahasa Indonesia “agama Jawa” adalah agama asli nusantara yang seluruh aspeknya berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa.

Dalam praktiknya, Kejawen terdiri dari seni, budaya, tradisi, ritual, juga berbagai nilai dan filosofi suku Jawa.

Oleh karena itu, para penganut Kejawen tak melihat Kejawen dalam pengertian agama umum, tetapi sebagai seperangkat cara pandang dan nilai hidup asli Jawa.

3. Djawa Sunda

agama asli nusantara

Sumber: historyofcirebon.id

Agama Djawa Sunda (ADS) dikembangkan oleh Pangeran Madrais atau Kiai Madrais yang merupakan seorang keturunan Kesultanan Gebang, Cirebon Timur.

Wilayah Cigugur, Kuningan dianggap sebagai basis penganut agama Djawa Sunda terbesar saat ini dengan sekitar 3.000 orang penganut.

Namun, menurut Abdul Rozak, seorang peneliti kepercayaan Sunda, agama ini tak hanya terbatas di Cigugur tapi menyebar hingga Kabupaten Lebak, Banten dan Kabupaten Ciparay, Bandung.

Hari raya agama Djawa Sunda jatuh pada tanggal 22 Rayagung menurut penanggalan Sunda dan diperingati secara meriah, salah satunya dengan upacara Seren Taun.



4. Parmalim

agama asli nusantara

Sumber: tirto.id

Parmalim adalah agama asli nusantara atau kepercayaan tradisional yang dianut oleh masyarakat asli suku Batak di Sumatera Utara.

Saat ini agama Parmalim dipimpin oleh Raja Marnangkok Naipospos dan masih rutin menjalankan ritual serta aktivitas keagamaannya.

Para penganut Parmalim yang disebut “Umat Ugamo Malim” percaya dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang dalam istilah lokal disebut “Tuhan Debata Mulajadi Nabolon”.

5. Kaharingan

agama asli nusantara

Sumber: boombastis.com

Agama asli nusantara berikutnya yang tak diakui negara adalah agama Kaharingan yang dianut oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan.

Dalam kepercayaan Kaharingan, Tuhan Yang Maha Esa (Ranying) hidup dan tumbuh secara turun temurun di dalam masyarakat Dayak.

Sayangnya, karena pemerintah memaksa setiap penganut Kaharingan untuk menganut agama resmi, akhirnya agama ini berubah menjadi Hindu Kaharingan.

6. Naurus

agama asli nusantara

Sumber: opini.id

Naurus merupakan agama asli nusantara yang menjadi kepercayaan dan pegangan masyarakat Pulau Seram, Maluku.

Pemeluk Naurus tersebar mulai dari suku Manusela dan suku Wahai di pegunungan Manusela Utara, Seram serta suku Nuaulu di barat laut Manusela.

Pada awalnya, Naurus lebih dekat dengan animisme, namun seiring perkembangan zaman, agama ini mulai dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu serta Protestan.

7. Marapu

agama asli nusantara

Sumber: liputan6.com

Sama seperti agama nusantara lainnya, Marapu juga masih hidup dan dipraktikkan oleh masyarakat Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Dalam bahasa Sumba, Marapu juga merujuk pada arwah leluhur yang berarti “yang dimuliakan” dan itulah sumber asal nama agama Marapu.

Agama Merapu percaya Marapu (leluhur) terbagi menjadi dua golongan, Marapu sebagai leluhur cikal bakal kehidupan (kabihu) dan Marapu Ratu yang merupakan dewa tertinggi.

***

Semoga tulisan di atas bermanfaat ya, Sahabat 99.

Baca informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Kamu sedang mencari rumah idaman seperti The Zora?

Kunjungi saja www.99.co/id!



Elmi Rahmatika

Lulusan Sastra Inggris Universitas Pendidikan Indonesia yang suka menulis seputar gaya hidup dan sastra remeh-temeh. Sejak 2019 bergelut di dunia properti dan penulisan konten SEO di 99 Group. Di waktu senggang senang baca apa saja dan jalan-jalan.
Follow Me:

Related Posts