Banyak pelajaran berharga yang dialami Parsih Yahman dan Dikin Prasetyo ketika membangun rumah dari nol. Dari tukang yang tidak amanah hingga kurangnya referensi, inilah kisah membangun rumah sendiri dari pasangan muda tersebut.
Di usia pernikahan yang masih belia, Parsih Yahman dan suami berhasil mewujudkan rumah impiannya.
Kini, rumah yang dibangun setelah satu tahun pernikahannya itu menjadi tempat yang ternyaman untuk dihuni bersama keluarganya.
Meskipun demikian, perjuangan membangun rumah tersebut bukan berarti semudah membalikkan telapak tangan.
Tak sedikit kendala dan perjuangan yang dialami Parsih dan suami dalam mewujudkan rumah yang berada di Desa Karaban, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini.
Kepada tim Berita 99.co Indonesia, dia pun membagikan kisah membangun rumah sendiri yang bernama Rumah Kairo.
Berikut cerita selengkapnya.
Sempat Berdebat dengan Suami
Bagi Parsih dan suami, rumah adalah tempat pulang dan tempat ternyaman untuk melepaskan segala kepenatan setelah aktivitas di luar.
Maka dari itu, mulanya dia ingin membangun rumah yang dirancang senyaman mungkin untuk keluarganya kelak.
“Rumah idealnya dibuat senyaman mungkin karena kita dan anak-anak akan tumbuh dan berkembang di dalam rumah itu,” kata dia mengawali kisahnya.
Dalam mewujudkan rumah impian pertamanya, perempuan kelahiran Bengkulu 7 Mei 1995 tersebut bercerita, banyak hal yang terjadi dan tak terbayangkan sebelumnya.
Salah satunya adalah ketika berkeinginan untuk memiliki rumah di sebuah perumahan. Namun, hal ini justru menimbulkan perdebatan dengan suami.
“Cita-citaku pengen hidup (tinggal) di perumahan. Tapi, suami gak bisa karena gak bisa jauh dari orang tua,” katanya.
Dia pun akhirnya luluh pada suami dan harus menimbun dalam-dalam memiliki rumah di perumahan.
Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk membangun rumah di sebuah desa yang lokasinya tidak jauh dari rumah orang tua sang suami.
Berawal dari situ, mereka pun menabung agar secepat mungkin bisa memiliki rumah yang dicita-citakan sejak dulu.
Tinggal di Rumah Orang Tua
Sebelum memiliki rumah sendiri, Parsih dan suami tinggal terlebih dahulu di rumah orang tua selama satu tahun.
Maklum, ketika itu dia dan suami tak memiliki banyak uang untuk segera membangun rumah impiannya.
“Dulu saat menikah tidak ada uang. Bahkan, menikah dibiayai oleh orang tua,” katanya.
Meskipun begitu, dia tak lantas berputus asa. Dengan tekad dan keinginan yang kuat, Parsih dan suami bekerja agar bisa menabung sedikit demi sedikit.
Setelah uang yang dikumpulkan dirasa cukup, mereka pun merencanakan untuk membangun rumah dari nol. Anggaran membangun rumah diputuskan tidak dari pinjaman bank.
“Untuk anggaran cash karena dulu suami bekerja sebagai konten kreator di YouTube sehingga semua anggaran rumah full dari situ,” tuturnya.
Saat mulai merencanakan pembangunan, ketika itu usia mereka menginjak usia 23 tahun.
Membangun Rumah di Desa
Mengikuti kenginan suami yang tidak ingin tinggal jauh dari orang tua, diputuskan bahwa lokasi rumah yang akan dibangun berada di sebuah desa.
Letaknya memang berdekatan dengan rumah tinggal orang tua suami di Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati.
Menurut Parsih, rumah yang hendak dibangunnya berada di dalam gang dengan akses jalan yang cukup terbatas. Namun, gang yang dimaksud masih cukup untuk dimasuki mobil berukuran kecil.
“Karena lokasi tanah di dalam gang, material [bangunan] tidak bisa langsung masuk. Harus diangkut manual menggunakan langca sehingga harus membayar orang lagi yang mengakibatkan pembengkakan biaya,” tuturnya.
Parsih mengatakan, ketika itu anggaran yang dipersiapkan untuk membangun rumah dari nol ini berkisar Rp400 jutaan. Namun, biaya tersebut belum termasuk tanah yang berasal dari tanah warisan orang tua.
Berbagai Kendala saat Membangun Rumah
Setelah biaya bangun rumah yang sudah disiapkan, Parsih dan suami memutuskan untuk membangun rumah seluas 10×10 m.
Dalam perjalanannya, pembangunan rumah ini dihadapi sejumlah kendala yang dinilai cukup banyak.
“Untuk kendala lumayan banyak. Saya dan suami sama-sama bekerja waktu itu dan kami hanya menggunakan tukang harian biasa di mana tidak ada mandor atau orang yang mengawasi kerja tukang,” ujarnya.
Akibatnya, banyak bagian-bagian rumah yang dikerjakan tukang sebelumnya tidak sesuai dengan harapan mereka berdua. Bahkan, dinilai sangat jauh dari ekspektasi semula.
Tak cuma itu, kendala lainnya adalah minimnya pengetahuan tentang membangun rumah dari nol dan kurangnya referensi. Alhasil, cukup banyak kesalahan yang terjadi dan baru disadari setelah rumah tersebut rampung.
“[kendala lainnya] sempat tidak mendapat tukang yang amanah. Kami menyesal tidak menggunakan jasa kontraktor,” katanya.
Rumah Belum Sepenuhnya Rampung
Parsih mengatakan bahwa rumah ini belum sepenuhnya selesai.
Secara hitungan, rumah tersebut baru 70 persen rampung karena ada beberapa area yang belum sempurna seperti lantai atas, area tangga, dan area depan.
Saat ini, rumah dua lantai tersebut terdiri dari ruang tamu, kamar anak, kamar tamu, musala, dapur, pantry merangkap ruang makan, toilet, dan taman yang semuanya berada di lantai satu.
Untuk lantai dua terdiri dari ruang TV, kamar utama, dan satu area yang masih belum dibangun.
“Harapanku rumah ini bisa selesai sesuai impianku, gak harus buru-buru asalkan bener-bener bagus hasilnya karena gak mau menyesal kedua kali gara-gara pengen cepet-cepet jadi. Dan harapanku bisa merampungkan rumah ini dengan hasilku ngonten tanpa ambil uang tabungan,” katanya.
Kini, setiap progres pembangunan rumah Kairo dibagikannya melalui unggahan di Instagram @rumahkairo dengan pengikut hampir 60 ribu agar bisa menginspirasi siapa pun yang ingin membangun rumah impiannya.
Adapun rumah yang dibangunnya diberi nama rumah Kairo sesuai dengan nama anak mereka.
Dari pengalamannya ini, Parsih pun membagikan tips bagi siapa pun yang berencana membangun rumah dari nol.
Menurutnya, pastikan mencari tukang yang benar-benar amanah dan bisa diajak kerja sama agar hasilnya memuaskan.
“Jangan lupa untuk selalu ngecek kerja tukang. Untuk persiapan anggaran, harus sedia uang lebih karena biasanya kalau renovasi itu merembet kemana-mana,” katanya.
Tentang Rumah Kairo
- Pemilik rumah: Parsih Yahman dan Dikin Prasetyo
- Lokasi rumah: Pati, Jawa Tengah
- Luas: 10×10 m
- Tahun selesai: 2019
- Biaya pembangunan: +- Rp400 juta
- Arsitek: –
- Instagram: @rumahkairo
***
Itulah kisah membangun rumah sendiri dari pasangan muda Parsih Yahman dan Dikin Prasetyo.
Semoga menginspirasi bagi kamu yang berencana membangun rumah.
Simak cerita menarik lainnya hanya di Berita.99.co.
Jangan lupa, ikuti Google News agar tak ketinggalan artikel terbaru.
Kalau sedang mencari hunian, dapatkan rekomendasi terbaik di www.99.co/id.
Bersama kami, mencari hunian jadi #segampangitu.
Sumber gambar: dokumentasi Parsih Yahman