Bahasa Pendidikan

12 Cerpen Remaja yang Menarik untuk Referensi Penulisan. Berbagai Tema!

10 menit

Membaca cerpen remaja bisa menjadi suatu pembelajaran dan mungkin dapat menyadarkanmu akan arti kehidupan. Yuk, lihat beragam cerpennya pada artikel ini!

Dilansir dari situs repository.untag-sby, remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan dan juga masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa.

Perkembangan yang dimaksud mencakup perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial.

Tentunya, melihat cerpen singkat tentang kehidupan remaja dapat membuatmu mengerti akan berharganya hidup yang mungkin belum Property People ketahui sebelumnya.

Banyak sekali kumpulan cerpen remaja yang beredar di berbagai platform. 

Melansir dari banyak sumber, kali ini Berita 99.co Indonesia telah menghimpun contoh cerpen remaja yang bisa kamu simak dalam uraian di bawah ini.

12 Contoh Cerpen Remaja yang Menarik

1. Contoh Cerpen Remaja tentang Pergaulan Bebas

Menjauhi Pergaulan Bebas

“Pulang sekolah mau langsung ke rumah?” tanya Adin pada Ama setelah jam pelajaran usai. Ama yang sedang memberesi alat tulis dan memasukkannya ke dalam tas menoleh ke arah asal suara.

“Langsung pulang. Besok ulangan,” jawabnya dingin.

“Minggu lalu nggak ikut kumpul bareng kita. Minggu ini mau bolos nongkrong lagi?” Adin menyelidik.

“Aku nggak sempet nongkrong bareng geng, Din. Aku harus bagi waktu buat belajar dan nungguin papa di rumah sakit,” wajah Ama mendadak sedih. Ayahnya baru saja mengalami kecelakaan dan Ama mendapatkan tugas menjaga bergantian dengan ibunya.

“Nggak seru, Ma,” Adin langsung berlalu meninggalkan Ama. Ia merogoh sesuatu dari kantongnya dan mengeluarkan korek. Adin merokok. Meskipun jam sekolah sudah selesai, seharusnya siswa tetap menjaga etika dan tidak melakukan hal-hal negatif. Mungkin saja Adin sudah tidak sabar untuk merokok.

Ama menghela nafas panjang. Jujur saja, sebenarnya ia tidak menemukan hal positif dari pertemanannya. Ia kira bergabung dengan murid terpintar akan membuatnya terbawa semangat belajar. Tapi ternyata tidak. Ia justru banyak diajak untuk jalan-jalan dan makan di luar, sehingga waktu belajarnya terbuang. Dari kejauhan terlihat Adin menyapa teman-temannya dan bergegas pergi. Ia melihat Ama sebentar sebelum akhirnya membuang muka.

“Kok jadi jarang kumpul sama Adin?” tanya Bino memecah lamunan Ama.

“Pada lagi sakit, Bin. Hari ini giliranku jagain sambil belajar buat ulangan besok,” jawab Ama.

“Bagus, deh. Aku dukung kamu. Kemarin Adin dan temen-temen gengnya beli miras. Nggak tau mereka mau apa,” ujar Bino membuat Ama terperanjat.

“Mm..aku duluan, deh,” Ama segera meninggalkan Bino karena terkejut dengan apa yang dikatakannya. Ama tidak menyangka bahwa Adin akan bertindak sejauh itu. Ama pun beranjak dari tempatnya dan berjalan ke rumah sakit. Di sana ada papanya yang sudah menunggu. Sembari menunggu papanya, Ama mengeluarkan buku dan mulai belajar. Tidak sengaja matanya menangkap layar televisi.

“Ada apa, Nak?” tanya papa Ama.

Ama menatap layar tanpa berkedip. Ada Adin sedang digiring polisi karena membawa minuman keras bersama pelajar lainnya. Mata Ama berkaca-kaca. Untunglah ia menolak diajak tadi. Tidak terbayangkan jika ia menuruti Adin, pasti ia juga sedang berada di sana.

2. Contoh Cerpen Remaja tentang Pertemanan

Terbalik

Gadis itu terpaku. Matanya sinis terhadap apa yang ia lihat. Ia melihat sosok gadis seumuran dengannya bermanja ria dengan orang tuanya duduk di resto. Ia yang melihat pemandangan dari luar cafe itu hanya bisa berdiam.

“Kamu kenapa, Ri?,” sapaan temannya menghentikan lamunannya

“Gak apa-apa, ayo kita ke rumah Jihan!” Riri ceria kembali dan menyembunyikannya dari teman-temannya.

Gadis berusia 15 tahun itu menguncir rambutnya sambil jalan. Sifatnya yang ceria membuat siapa pun senang berteman dengannya.

Ia pun disegani guru-guru karena pintar dan sopan. Tapi, tanpa orang-orang sadari, ia memiliki lubang hitam di hatinya yang belum terlihat oleh siapa pun.

Jarak antara SMP dan rumah Jihan hanya beberapa meter. Alhasil mereka hanya jalan dan masuk ke kompleks rumah. Pada saat perjalanan pulang, Jihan yang berjalan di depan menghentikan langkah.

“Ri! Ri! Itu bapak kamu kan?” Jihan menunjuk mobil yang ditumpangi bapaknya Riri. Terlihat juga ada seorang wanita muda yang duduk di jok sampingnya.

Riri berdiam lalu kembali berlari ke arah sekolah. Ia tak mau melewati mobil ayahnya yang sedang bersama wanita selingkuhan.

Sontak teman-temannya pun mengejar dan merasa kebingungan. Mereka memanggil-manggil Riri, tapi tak digubris.

Sampai akhirnya di taman sekolah yang sudah sepi, mereka menemukan Riri tersungkur di pojok dinding taman.

“Tenang ya, Ri,” ujar Hana.

“Kita bakal bantu kamu kok apa pun yang terjadi,” ujar Jihan sambil memeluk Riri.

Pada hari itu, menjadi hal yang akan diingat oleh Riri. Bahwa masa mudanya tidak selalu berjalan mulus.

Akan selalu ada kepedihan yang akan diingat. Satu di antarnya ialah masalah keluarganya. Untungnya teman-teman Riri bisa diandalkan. Riri pun menjadi tenang kembali.

3. Contoh Cerpen Remaja tentang Sekolah

Berbeda Jalan

Sari melangkahkan kaki dengan tergesa. Ia sudah terlambat 10 menit dari jadwal busnya hari ini, sehingga ia tertinggal bus jemputan. Ia perlu keluar dari gerbang kompleks dan mencari ojek.

Hari ini semakin sial,  tidak ada satu pun ojek di pangkalan. Hari Senin seperti ini memang biasanya menjadi sangat sibuk, begitu pun tukang ojek. Di seberang jalan, ia melihat sosok lelaki yang menertawakan raut wajahnya. Sari semakin mendengus kesal, lelaki itu semakin menertawakannya. Dialah Ario.

Ario dengan motornya mendatangi Sari di seberang Jalan dan menawarkan untuk mengantarnya. Awalnya Sari menolak, karena pasti Ario, teman masa kecilnya  akan mengejeknya habis-habisan di jalan.  Tapi, di saat tergesa, akhirnya Sari pun menerima ajakan Ario.

“Gimana rasanya terlambat sekolah?” Tiba-tiba Ario bertanya saat di perjalanan.

“Ya sama aja kayak kamu terlambat ke turnamen lah.” Jawab Sari asal-asalan.

“Aku sih gak pernah terlambat turnamen, Sar. Hahaaa”

“Bodo amat, cepet ngebut!” Ario pun yang terkekeh kembali mengencangkan gasnya.

Ario memang atlet bulu tangkis yang sudah tidak pernah sekolah umum sejak SMP. Ia memilih fokus untuk menjadi atlet dan memilih home schooling. Dari teman masa kecil Sari, Ariolah yang sudah memantapkan diri menjadi apa yang ia mau. Walau berbeda jalan dengan Sari, Ario selalu menemukan cara untuk menikmati masa remajanya.

Sesampainya di sekolah, Ario mengucapkan,

“Belajar yang rajin ya Bu Dokter!” Sari tersenyum, sambil terkekeh. Merasa senang dan puas, entah mengapa.

4. Cerpen Singkat tentang Kehidupan Remaja

Perpustakaan Kota

Aku menaiki anak tangga perpustakaan itu. Dengan seragam putih abu-abu yang sudah lusuh karena seharian beraktivitas di sekolah, aku memaksakan untuk menukarkan buku di perpustakaan kota.

Buku ber-cover warna biru putih itu sudah lama belum aku kembalikan. Jika aku menundanya lagi, sudah pasti tunggakanku makin banyak.

Aku tak selesai membacanya karena hanya berisi cerpen remaja yang remeh temeh tentang cinta. Setelah sampai ke meja pustakawan, terlihat pustakawan sudah siap-siap mau pulang.

Segera, aku bilang untuk memberitahu ingin mengembalikan buku. Hanya saja, ibu pustakawan yang sudah beruban itu bilang, “Diurus sama mas yang itu, ya. Lagi magang dia. Reno, sini, No”. Sosok tinggi berusia 20 tahunan itu pun langsung menghampiri meja pustakawan. “Ibu pulang duluan ya, No. Anak bakal rewel nih“.

“Ah iya bu,” lelaki itu hanya tersenyum sopan. Lantas ibu itu pergi keluar dan menyisakan kami berdua.

“Bidhari, ya.. tunggakannya Rp20.000,” ujarnya sambil mengecek di layar komputer. Aku serahkan uang itu kepadanya, lantas ia tersenyum sambil menerima uangku, “Namanya bagus”.

“Terima kasih, Mas,” hanya itu yang bisa kuucapkan karena terlalu salah tingkah dengan pujian yang aku terima. Pasalnya, baru pertama kali ada yang memuji namaku.

Segera aku berbalik arah dan mencoba tidak berbalik. Namun, ia memanggil dan menyusulku. Ia pun menghalangi jalanku dengan postur tubuhnya.

“Kartu perpusnya ketinggalan, Dek,” ujarnya sambil tersenyum. Aku kembali kikuk dan mengucapkan terima kasih.

Sepertinya kikukku terlihat jelas olehnya. Segera kupercepat langkah juga. Namun, saat perjalanan pulang, aku terus memikirkannya.

Inikah yang dirasakan para tokoh-tokoh remaja di buku cerpen remaja saat jatuh cinta? Sekarang, aku menjadi tahu apa yang harus kulakukan, sesering mungkin ke perpustakaan kota.

5. Cerpen tentang Remaja

cerpen remaja

sumber: shutterstock.com

Fans Cinta

Hari pertama masuk sekolah SMA, aku bertemu dengan kakak OSIS yang menurutku sangat keren. Waktu itu adalah hari Senin, dan sedang diadakan upacara pembukaan bagi peserta didik baru di SMA itu, aku melihat dia menggunakan almamater OSIS dan baris di sebelah kiri lapangan.

Aku sangat berharap kalau nanti dia yang akan menjadi koordinator kelasku. Akhirnya doaku pun terkabul, yang menjadi koordinator kelasku adalah Kak Raka yang keren itu dan Kak Tuning.

MOS hari pertama kelasku sangat sepi, mungkin karena belum pada kenal dengan teman-teman satu kelasnya. Hari itu juga aku disuruh memperkenalkan diriku di depan kelas.

Aku sangat grogi di depan kelas karena aku tidak terbiasa berdiri di depan kelas apalagi di sampingku ada Kak Raka, makin bertambah saja groginya. Perkenalan selesai, waktu istirahat aku gunakan untuk menyelidiki tentang Kak Raka.

Aku mengikuti Kak Raka sampai depan kelasnya. Ternyata dia anak XI.IA.2, betapa kerennya dia, sudah ganteng ditambah pintar. Saat itu aku jadi semangat belajar untuk mendapatkan kelas IPA.

Hari kedua MOS diadakan tes penjurusan, aku datang pagi-pagi sekali ke sekolah untuk meneruskan belajarku yang semalam. Pukul 7.30 tes dimulai, aku berusaha konsentrasi mengerjakan soal tes satu per satu.

Setelah dua jam, tes pun selesai, waktunya istirahat. Waktu istirahat aku bertemu dengan Kak Raka di kantin sekolah, aku menyapanya “hai Kak” sambil tersenyum, dan dia pun membalas sapaanku “hai juga, Dek” dengan senyumnya yang sangat manis.

Hari ketiga MOS sekolahku mengadakan seni gembira, kelas yang tampil diacak dan kelasku mendapat giliran pertama. Betapa tegangnya aku berdiri di atas panggung dengan teman-temanku dan disaksikan kakak kelas dari kelas 11 sampai kelas 12.

Kelasku bernyanyi dengan iringan gitar yang dimainkan oleh Kak Raka. Penampilan hari itu selesai, dilanjutkan dengan kegiatan di dalam kelas. Kami duduk lesehan di lantai sambil bernyanyi bersama Kak Raka dan Kak Tuning sampai jam pelajaran selesai.

Hari keempat waktunya demo ekskul. Aku memperhatikan satu per satu ekskul yang tampil, tapi aku tidak melihat Kak Raka ada di dalam ekskul tersebut sampai ekskul yang terakhir tampil adalah ekskul karate.

Ternyata Kak Raka ikut ekskul karate. Saat Kak Raka ditunjuk oleh pelatihnya untuk memecahkan besi, dia ke depan tepat di depan besi yang akan dipatahkan. Teman-temannya berteriak “kakak follback, kakak follback” yang tujuannya meledek Kak Raka. Tapi, Kak Raka tidak marah malah tersenyum.

Saat demo ekskul selesai, aku mendapat edaran kertas untuk memilih ekskul yang diinginkan. Tanpa berpikir lagi aku langsung memilih ekskul karate. Tanpa aku sadar aku berteriak, “Kak Raka keren!!!” dia melihatku dan berkata “terima kasih, Dek”. Aku langsung malu dan pergi ke kelas dan tidak keluar lagi.

Baca Juga: 11 Contoh Cerpen Pengalaman Pribadi. Seru dan Menarik!

6. Cerpen Remaja yang Mengandung Pesan Moral

Radio 109.1 FM

“Yuk kita dengarkan lagu Melly Goeslaw, yang berjudul ‘Ku Bahagia’. Selamat Mendengarkan!”

Lagu itu dirilis 2002 bersamaan dengan film terfenomenal pada masanya, yaitu Ada Apa dengan Cinta. Kedua ikon itu seolah mengisi masa remajaku saat itu. Dan hari ini, di penghujung 2019, aku berdiri kembali di sekolah ini, dengan radio yang sama, dan lagu yang sama. Aku takjub, ekskul radio ini masih terus bertahan, di tengah banyaknya aplikasi musik di HP siswa zaman sekarang.

Apabila tak ada keperluan untuk legalisir ijazah, tak mungkin aku mendengarkan lagi siaran-siaran dari radio sekolah ini. Lagu itu seolah membawaku bagaimana aku masih aktif di radio sekolah dan menghabiskan masa mudaku dengan teman-teman. Masa itu seolah memanggilku kembali.

Di lorong sekolah menuju kantor, dahulu  tidak ada atapnya. Sekarang dilengkapi atap berwarna biru tua. Memang benar, sekolah ini sudah bermetamorfosis sempurna. Aku jadi teringat ketika dahulu kehujanan basah kuyup dari kantor sampai ruangan kelas sehabis mengantarkan tugas.

Kemudian secara tiba-tiba, Pak Mustofa mendatangiku. Pak Mustofa merupakan guru seni yang menjabat juga sebagai pembina radio. Keriputnya kini semakin banyak, tetapi, gaya dan jiwanya tak pernah kelihatan tua. Setelah saling bertukar kabar, ia pun mengantarkanku pula ke ruang TU.

“Inikan lagu kesukaan mu sama gengmu, ya, Nay”

“Yaampun, Bapak, masih inget aja.”

“Mereka pada gimana, Nay sekarang? Resti, Kiki, dan Lia?”

“Baik-baik, Pak” Jawabku singkat, “Sepertinya..” jawabku dengan suara pelan.



Aku jadi teringat mereka bagaimana menghabiskan masa SMA dengan suka duka. Mengerjakan tugas bareng, ke kantin bareng, mengurusi segala hal tentang radio, sampai lulus bareng dan kita masing-masing tak tahu kabar lagi. Entah mengapa aku menjadi rindu hal tersebut. Setelah dari sini, aku putuskan untuk mencari mereka dan mengembalikan masa remajaku. Apa pun yang terjadi.

7. Cerpen Remaja tentang Pendidikan

Jono dan Kepala Sekolah

Lelaki bertubuh agak gempal itu sering kali memasuki sekolah tanpa atribut lengkap. Ditambah selalu mengeluarkan baju seragamnya. Ia pun berteman dengan anak-anak nakal yang terkadang suka rusuh di sekolah. Tetapi, ia pintar bukan kepalang. Semua orang mengetahuinya saat pertama kali MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) di SMP ku. Pasalnya, ia adalah orang yang berani bersuara tentang kebijakan MPLS.

“Maaf Kak, saya izin bertanya. Untuk apa ya kami disuruh bawa semua barang ini? Apalagi barang-barang ini cukup banyak dan harganya di atas Rp.10.000. Kalau ada orang yang kurang beruntung, bagaimana?”

Kakak-kakak OSIS itu mencoba menjelaskan sedetail mungkin, tapi tetap saja suara riuh peserta MPLS membuat OSIS juga terbungkam. Alhasil, barang-barang yang tadinya dikatakan akan dijadikan hadiah bagi para peserta terbaik, menjadi tidak wajib untuk dibawa oleh peserta. Hanya peserta yang mampu saja yang diwajibkan untuk membelinya.

Ialah Jono yang berani mempertanyakan kebijakan itu. Selama MPLS, ia tetap mengikuti peraturan sekolah, hanya saja ia berani mengeluarkan unek-uneknya secara langsung di depan panitia. Setelah seminggu, akhirnya MPLS pun selesai. Saat upacara penutupan, Jono dipanggil ke depan lapangan oleh Kepala Sekolah.

“Ananda bernama Jono Laksono, silahkan keluar dari barisan. Dan ke depan”

Sontak semua peserta, panitia, dan guru-guru pun saling berpandang. Awalnya Jono ragu untuk mendatangi Kepala Sekolah di depan halaman, namun akhirnya ia memberanikan diri. Orang-orang menyangka, Jono akan ditegur atau dihukum karena membantah pada saat MPLS. Tapi, ternyata..

“Terima kasih, Jono. Kamu sudah mengkritik beberapa hal yang tidak etis saat adanya MPLS ini.” Pak Kepala Sekolah justru mengucapkan terima kasih di depan semua orang dan sehabis itu menyalami Jono.

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba terdapat tepuk tangan lalu menjadi riuh. Aku ingat saat itu Jono sangat senang. Sampai saat ini, ketika ia berdiri di lapangan lagi karena memenangkan lomba Sains, aku tersenyum. Aku mengingat obrolan dengannya waktu pertama kali bertemu saat MPLS.

“Jangan terlalu menilai dari kulitnya. Tidak ada yang tahu, isinya arang atau emas” Ujar Jono kala aku menyempatkan diri untuk berkenalan dengannya.

8. Cerpen Remaja Sekolah yang Penuh Pesan Moral

Kita Belum Jadi Apa-Apa

Dio sedang berjalan mengikuti Erwin dari belakang bahkan tidak mempedulikan saat Erwin mengoceh dan meminta Dio untuk berhenti mengikutinya.

Hingga akhirnya mereka akrab dan Erwin mau menerima Dio sebagai temannya sehingga saat di sekolah ataupun pulang mereka selalu bersama. Dio selalu menemani Erwin berjalan menuju rumahnya yang tidak jauh dari terminal.

Erwin bilang bahwa rumah Dio searah dengan terminal dan berjalan bersama Dio lumayan tidak membuat perjalanan merasa melelahkan walaupun cukup jauh.

Hal itu terus berlanjut hingga pada suatu hari Erwin merasa curiga dengan Dio yang selalu tidak mau saat Erwin hendak menemaninya menunggu angkutan.

Saat itu saat Erwin seharusnya pulang justru ia memperhatikan Dio dari jauh dan benar saja semua keanehan terjawab sudah. Dio menaiki sebuah mobil pribadi mewah yang berhenti tepat di terminal.

Erwin sudah curiga sejak pertama kali Dio yang seperti anak orang kaya kenapa harus naik angkutan umum. Tentu saja Erwin marah dengan Dio yang membohonginya dan mereka bertengkar cukup hebat keesokan harinya.

Saat itu ucapan Dio menyadarkan Erwin “Gue bukan mau nipu elo tapi gue benaran mau bersahabat sama elo Win” ucap Dio.

“Kenapa anak orang kaya mau main sama anak pemulung kaya gue”

Dio mendaratkan tonjokan tepat di wajah Erwin hingga ia jatuh tersungkur “Yang kaya itu orang tua gue sama yang pemulung itu orang tua elo, bukan kita. Saat ini kita belum jadi apa-apa. Gue tulus mau temenan sama elo yang juga tulus sama gue, enggak pernah manfaatin uang gue”

Erwin menangis terharu mendengar sahabatnya yang selama ini rela berbohong dan jalan jauh demi bersamanya.

9. Cerpen Remaja Singkat tentang Ujian

Kode Ujian

Kegaduhan kelas tidak terlihat sama sekali, justru ketegangan dan kesunyian yang saat ini sangat terasa. Semua itu karena saat ini sedang ada ujian di sekolah dan tentu saja ini menjadi momen remaja paling diam saat KBM.

Namun percayalah itu hanya yang terlihat dari luarnya saja tetapi aslinya justru menyimpan kegaduhan yang teramat sangat dan hanya dapat dimengerti oleh siswa-siswi sekolahan.

Reno sedang asik menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, semua itu ia lakukan sengaja untuk memberikan sinyal pada temannya yang ada di belakang. Dimana jarinya akan terangkat menandakan butuh jawaban dari nomor sesuai jarinya.

Marta yang melihatnya mulai membaca sinyal dan berdehem “Ehem, ehem, ehem” dimana 3 kali deheman menandakan jawaban adalah C.

Haikal merebahkan kepalanya pada meja sembari berusaha memasang wajah seserius mungkin untuk membuat guru pengawas tidak mencurigainya.

Setelah itu Haikal menoleh ke arah kiri tempat Reno duduk sembari membuka mulutnya tanpa suara yang hanya dapat dimengerti mereka. Reno yang mengerti memainkan jarinya kembali sembari mengacak-ngacak rambut dan memperlihatkan 3 jarinya menandakan jawaban C.

Kertas-kertas kecil mulai dioper dari satu bangku ke bangku yang lainnya, tentu saja isi kertas tersebut adalah jawaban atas soal yang begitu banyaknya.

Namun perlu diketahui para remaja ini sebenarnya menggantungkan nasib mereka dari teman ke teman tanpa tahu bagaimana akhirnya. Semua itu karena terkadang jawaban yang menyebar tidak diketahui asal usulnya dan apakah itu benar atau tidak.

Saat ini yang terpenting adalah jumlah soal yang hampir 100 soal ini habis terisi, masalah jawaban di akhir saja dipikirkan. Toh nanti remedial bersama-sama juga.

Namun hal ini tentu saja tidak dilakukan oleh semua remaja yang bersekolah masih ada mereka yang jujur dengan giat belajar dan mengerjakan semuanya sendiri.

Tentu saja saat hasil keluar mereka yang menggunakan otak sendiri memperoleh nilai yang cukup memuaskan. Sedangkan yang bermain kode harus menyesuaikan kehokian, apakah setidaknya jawaban mereka bisa membuat nilai aman.

Justru remedial bukanlah momok menakutkan karena tentu saja mereka akan melaluinya bersama-sama. Mereka semua belum sadar, dunia yang nantinya akan dihadapi tidak bisa dengan mudah diselesaikan hanya dengan kode saja.

10. Contoh Cerita Remaja Horor

cerpen remaja

sumber: shutterstock.com

Indigo Juga Manusia

Seorang remaja putri tampak terduduk diam di bangku belakang paling ujung. Hal itu ia lakukan karena dirinya berbeda dan masih banyak orang yang tidak menerima perbedaan itu. Setiap hari, Lea pun berusaha untuk tidak mempedulikan tatapan teman-temannya yang menatap aneh.

“Alea Pramanda.”

Lea berdiri “Saya bu,” ucap Lea.

Seketika kelas menjadi gaduh dan menatap Lea dengan penuh kebingungan.

Mata tajam yang sangat dingin memandangi Lea dari bangku guru “Anak baik, dipanggil ibu ya harus jawab ya,” ucap wanita itu sebelum akhirnya matanya memelotot dan darah mulai mengalir dari mulutnya.

“Lea duduk,” ucap seorang guru yang baru saja membuka pintu.

Namun terlambat, teman Lea yang ada di depan saat ini sudah kejang-kejang. Perlahan tapi pasti akhirnya semua murid berteriak histeris dan hanya menyisakan Lea dan guru yang baru datang.

Lea ketakutan, tapi guru tersebut berusaha menenangkan “Lea tidak apa ibu di sini, kamu bisa bantu teman-temanmu? Sekali ini saja Lea tolonglah.”

Sebenarnya Lea tidak mau menolong mereka, beberapa minggu yang lalu Lea hampir dikeluarkan dari sekolah karena mereka yang berdemo dan menginginkan Lea pergi dari sekolah.

Lea tidak pernah meminta untuk berbeda, Lea hanya ingin mereka tahu bahwa walaupun Lea seorang indigo, ia tetaplah manusia.

Langkah Lea yang perlahan menyelinap kerumunan teman-temannya yang sedang menjerit-jerit. Lea menghentikan langkahnya tepat pada sesosok makhluk yang selalu Lea benci, sesosok makhluk yang tidak tahu tempat dan hanya menyusahkan Lea.

“Pergi!!!!” ucap Lea saat berada tepat di depan makhluk yang mampu menimbulkan kegaduhan satu sekolah.

Tenaga Lea terasa terserap dan tubuhnya benar-benar lemas, akhirnya Lea jatuh pingsan tidak sadarkan diri karena kelelahan.

Lea terkadang berharap matanya tidak terbuka lagi jika hanya untuk melihat mereka yang tidak sama dengannya. Rasanya sudah sangat lelah. Namun nyatanya Tuhan masih memberikan Lea umur panjang.

Hanya saja yang berbeda saat ini, saat membuka mata ada beberapa teman di kelasnya yang menunggu Lea sadar dan mengucapkan terima kasih. Hati Lea terasa sangat hangat dan isak tangis tak tertahankan.

11. Cerpen Remaja tentang Literasi

Perpustakaan Kota

Aku menaiki anak tangga perpustakaan itu. Dengan seragam putih abu-abu yang sudah lusuh karena seharian beraktivitas di sekolah, aku memaksakan untuk menukarkan buku di perpustakaan kota.

Buku bercover warna biru putih itu sudah lama belum aku kembalikan. Jika aku menundanya lagi, sudah pasti tunggakanku makin banyak.

Aku tak selesai membacanya karena hanya berisi cerpen remaja yang remeh temeh tentang cinta. Setelah sampai ke meja pustakawan, terlihat pustakawan sudah siap-siap mau pulang.

Segera, aku bilang untuk memberitahu ingin mengembalikan buku. Hanya saja, ibu pustakawan yang sudah beruban itu bilang, “Diurus sama mas yang itu, ya. Lagi magang dia. Reno, sini, No”. Sosok tinggi berusia 20 tahunan itupun langsung menghampiri meja pustakawan. “Ibu pulang duluan ya, No. Anak bakal rewel nih”.

“Ah iya bu,” lelaki itu hanya tersenyum sopan. Lantas ibu itu pergi keluar dan menyisakan kami berdua.

“Bidhari, ya.. tunggakannya Rp.20.000,” ujarnya sambil mengecek di layar komputer. Aku serahkan uang itu kepadanya, lantas ia tersenyum sambil menerima uangku, “Namanya bagus”.

“Terima kasih, Mas,” hanya itu yang bisa kuucapkan karena terlalu salah tingkah dengan pujian yang aku terima. Pasalnya, baru pertama kali ada yang memuji namaku.

Segera aku berbalik arah dan mencoba tidak berbalik. Namun, ia memanggil dan menyusulku. Ia pun menghalangi jalanku dengan postur tubuhnya.

“Kartu perpusnya ketinggalan, Dek,” ujarnya sambil tersenyum. Aku kembali kikuk dan mengucapkan terima kasih.

Sepertinya kikukku terlihat jelas olehnya. Segera kupercepat langkah juga. Namun, saat perjalanan pulang, aku terus memikirkannya.

Inikah yang dirasakan para tokoh-tokoh remaja di buku cerpen remaja saat jatuh cinta? Sekarang, aku menjadi tahu apa yang harus kulakukan, sesering mungkin ke perpustakaan kota.

12. Contoh Cerpen Remaja Romantis

Plester Cinta

Bola basket sedang memantul ke sana-kemari mengikuti arahan tangan remaja yang sedang asik berebut dan berlari. Sorak-sorak gembira dan histeris terdengar dari bangku penonton.

Walaupun hari ini adalah pertandingan basket remaja putri, tetap saja tidak kalah seru saat remaja putra yang bermain. Semua itu karena memang mereka sudah cukup jago dan mampu membuat siapa pun terkagum-kagum.

Seorang wanita dengan rambut panjang terikat sedang berusaha membawa bola menuju ring lawan, tapi hadangan terus terjadi. Hingga akhirnya bola mampu masuk ring, tapi membuat wanita bertubuh jangkung tersebut jatuh tersungkur karena melawan arus lawan.

Priiiit suara wasit meniupkan peluit menggema.

“Medis! Tania luka tolong,” ucap wasit.

Seorang pria bertubuh mungil datang berlari dengan membawa kotak P3K. Pertandingan mau tidak mau akhirnya dijeda terlebih dahulu.

Tania telah dibawa ke pinggir lapangan dan pertandingan mulai berjalan kembali. “Aku enggak kenapa-napa, Do,” ucap Tania pada Rido yang sedang mengobati lukanya.

“Iya aku tau, hati-hati bisa dong Tan. Kamu cewek masa banyak lecet di mana-mana.”

Tania cemberut. “Terus kalau aku penuh luka kamu enggak suka aku lagi gitu?” ucap tania.

Rido menempelkan plester pada dagu dan lutut Tania setelah itu Rido mengacak-acak rambut Tania. “Aku bakal jadi plester kamu,” ucap Rido.

“Kalau sudah selesai diobatin bisa kalian pacarannya nanti dulu, pertandingan penting ini,” ucap seorang pemain yang melipir sedikit ke pinggir lapangan.

Tania berlari dan mendekati wasit menandakan dirinya sudah siap bertanding. Rido dan Tania jelas berbeda bahkan banyak yang meledek pasangan ini. Bagaimana tidak, mereka memiliki tinggi badan yang berbeda dan Ridolah yang pendek di sini.

Namun, Rido sudah bertekad, bahkan saat ia memutuskan untuk masuk ekskul PMR, itu semua untuk Tania agar Rido dapat mendukung Tania selalu.

Baca Juga: 7 Cerpen Romantis Cinta yang Bakal Bikin Baper, Akhirnya Sungguh Menarik!

***

Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya, Property People.

Pantau terus artikel yang tak kalah menarik lainnya lewat Berita.99.co.

Ikuti pula Google News Berita 99.co Indonesia untuk dapatkan update terbaru.

Tak lupa, kunjungi www.99.co/id kalau kamu sedang mencari rumah karena penggunaannya bisa #segampangitu.



Gadis Saktika

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.
Follow Me:

Related Posts