Pemerintah DKI Jakarta tengah melakukan revitalisasi JPO Karet Sudirman. Rancangannya konon akan mengutamakan kenyamanan pejalan kaki. Namun, klaim ini malah menuai kritik pedas dari masyarakat. Untuk lebih jelasnya, simak dalam artikel berikut ini!
Jika kamu perhatikan, desain baru jembatan penyebrangan orang (JPO) ini memang cukup unik.
Bentuknya tanpa atap dan mirip seperti kapal Pinisi khas Makassar.
Selain itu, Gubernur Jakarta Anies Baswedan menegaskan bahwa penyebrangan tersebut akan menyediakan fasilitas yang baik untuk pedestrian.
Hanya saja, ada beberapa pihak yang tidak sependapat dengan klaim tersebut.
Menurut mereka, kehadiran JPO Karet Sudirman justru tidak ramah pejalan kaki.
Simak informasi selengkapnya, yuk!
Pembangunan JPO Karet Sudirman Tuai Kritik Pedas
Jembatan penyebrangan satu ini berlokasi di Kelurahan Bendungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sayangnya, desain yang jadi pilihan ternyata justru menuai pro kontra dari masyarakat.
Salah satu yang menyatakan kritiknya dengan jelas adalah pendiri sekaligus Koordinator Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus.
Menurutnya revitalisasi JPO Karet Sudirman justru merupakan bentuk diskriminasi bagi pedestrian.
“Ini adalah fasilitas yang menjadi ikon diskriminasi bagi pejalan kaki dan warga berkebutuhan khusus,” tegas Alfred dilansir dari news.detik.com, Jumat (21/01/2022).
Sejalan dengan Alfred, Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja juga merasa penyebrangan yang dibangun pemerintah bukan untuk pedestrian.
“Konsep JPO-nya sendiri tidak ramah pejalan kaki,” kata Elisa pada laman berita yang sama.
Pandangan ini bertentangan dengan klaim pemerintah DKI yang menyatakan pembangunan JPO akan mengutamakan pejalan kaki.
Salah satunya dengan mempermudah akses masyarakat disabilitas yang menggunakan kursi roda.
Tidak hanya itu, ada juga fasilitas berupa lift pada jembatan penyebrangan tersebut.
Lantas, apa yang membuat Alfred merasa JPO Karet Sudirman adalah ikon diskriminasi?
Harusnya Mengutamakan Pelican Crossing
Ternyata, menurut Alfred, pengutamaan pejalan kaki seharusnya pemerintah wujudkan dengan membangun pelican crossing.
“Kalau harus naik ke JPO untuk menyeberang, tentu lebih menanjak dan melelahkan bagi pejalan kaki. Apalagi kaum disabilitas dan warga lansia,” jelas Alfred.
Jadi bukannya mengutamakan pedestrian, kehadiran JPO malah terkesan untuk kepentingan pengguna kendaraan bermotor.
Padahal, pembangunan satu JPO seperti itu saja bisa untuk membuat hingga 100 pelican crossing di jalanan Jakarta.
Namun, terlepas dari kontroversinya, menurut arsitek dan ahli tata kota Bambang Eryudhawan proyek ini tetap patut kita apresiasi.
Pasalnya pemerintah telah berupaya merancang fasilitas umum yang tidak hanya berfokus pada fungsi saja.
“Orang tidak sekedar menyeberang. Namun, juga berselfie dan befoto ria. Ini jelas jadi nilai tambah,” ujarnya dilansir dari kompas.com, Jumat (21/01/2022).
***
Semoga informasinya bermanfaat untukmu ya, Sahabat 99.
Simak artikel menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.
Kunjungi 99.co/id dan Rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu!
Ada banyak pilihan hunian menarik, seperti kawasan The Jasmine Boulevard.