Ditugaskan untuk membuat artikel pendidikan, tapi kamu bingung dengan proses pembuatannya? Jangan khawatir, kamu bisa kok pakai contoh artikel pendidikan yang menarik di sini sebagai inspirasi, Property People!
Melansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artikel memiliki makna berupa karya tulis yang dibuat secara lengkap.
Melansir dari buku Artikel yang ditulis Sri Rahayu, dkk., isi dari artikel bermacam-macam. Ada berupa materi tentang sejarah, petualangan, argumentasi, hingga penelitian.
Jenis teks ini dibuat untuk memengaruhi, mendidik, memberitahu, meyakinkan, serta menghibur pembacanya.
Lalu, pembuatan artikel bisa mengambil dari banyak tema, salah satunya pendidikan.
Artikel pendidikan sendiri kerap dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang pendidikan kepada pembaca.
Dalam membuat artikel pendidikan, penulis harus melakukan penelitian atau pengkajian terlebih dahulu untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikannya akurat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Nah, sebenarnya seperti apa sih artikel pendidikan yang menarik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku?
Melansir dari banyak sumber, cari tahu jawabannya pada contoh artikel pendidikan di bawah ini!
- 10 Contoh Artikel Pendidikan Singkat
- 1. Contoh Artikel Pendidikan Linguistik
- 2. Contoh Artikel Ilmiah Populer tentang Pendidikan
- 3. Contoh Artikel Pendek Pendidikan
- 4. Artikel Pendidikan di Masa Pandemi
- 5. Contoh Artikel Pendidikan tentang Kemasyarakatan
- 6. Contoh Artikel tentang Pendidikan yang Ilmiah
- 7. Contoh Artikel Pendidikan tentang Tugas Sekolah
- 8. Artikel Pendidikan Terkait Pentingnya Pendidikan bagi Semua Orang
- 9. Contoh Artikel Opini tentang Pendidikan
- 10. Contoh Artikel Ilmiah tentang Nilai-Nilai Pendidikan
10 Contoh Artikel Pendidikan Singkat
1. Contoh Artikel Pendidikan Linguistik
Gangguan Perkembangan Bahasa Verbal
Tesis
Bahasa verbal merupakan suatu bahasa yang dituangkan dalam bentuk ucapan atau tulisan. Sementara itu, menurut Mulyana (2005) bahasa verbal merupakan bahasa yang penggunaannya menggunakan simbol-simbol agar dipahami oleh suatu komunitas.
Argumentasi
Apabila terjadi permasalahan dalam perkembangan bahasa verbal, bisa jadi individu mengalami gangguan-gangguan pada perkembangan bahasa verbal. Pada artikel kali ini kita akan mengulas lebih jauh tentang gangguan, tanda-tanda gangguan, faktor yang berpengaruh dan juga terapi untuk memaksimalkan perkembangan bahasa verbal.
Umumnya, gangguan perkembangan bahasa verbal dapat berupa keterlambatan bicara (speech delay) dan juga pada kognitif anak. Selain kedua hal tersebut, adapun gangguan-gangguan lainnya yaitu sebagai berikut:
- Disfasia yang merupakan gangguan otak tepatnya pada pusat bicara
- Disintegratif, disebabkan anak-anak yang berusia kurang dari sepuluh tahun kehilangan perkembangan bahasa ataupun perkembangan tersebut berjalan dengan tidak normal
- Sindrom asperger, menghambat interaksi sosial pada anak sehingga mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya ataupun dengan orang di sekitarnya (Berlianti et al., 2020)
Penegasan Ulang
Apabila ditemukan tanda-tanda gangguan perkembangan bahasa verbal, sebaiknya kita langsung memberikan penanganan dengan cepat. Berikut tanda-tanda gangguan bahasa verbal:
- Saat usia 12 bulan, anak tidak mengikuti gerakan orang di sekitarnya.
- Pada usia 15 bulan, anak hanya mengucapkan beberapa kata dan hanya mengucapkan minimal tiga kata.
- Di usia 18 bulan, anak tidak mengikuti apa yang diperintahkan dan tidak merespons ucapan.
- Saat usia 2,5 tahun, respons verbal anak tidak berjalan maksimal.
- Pada usia 3 tahun, anak tidak memahami dan tidak memberikan respons, dan juga tidak terlalu banyak mengucapkan kosa kata.
2. Contoh Artikel Ilmiah Populer tentang Pendidikan
Tesis
Indonesia adalah sebuah negara besar yang terdiri atas ribuan pulau tersebar di seantero negeri. Dengan kondisi serta letak geografis yang begitu luas, tak heran jika Indonesia memiliki beragam suku dan budaya.
Argumentasi
Kekayaan Indonesia tidak hanya dari sumber daya alam yang melimpah ruah. Namun, kekayaan budaya yang begitu majemuk menjadi salah satu pemersatu bangsa di bawah naungan Pancasila dan NKRI. Ada suku Gayo, Minang, Jawa, Sunda, Baduy, Madura, Betawi, Batak, Asmat dan masih banyak lagi suku lainnya yang tersebar di berbagai daerah.
Penegasan Ulang
Maka dari itu, kita sebagai warga negara Indonesia yang baik wajib saling menghormati setiap orang dari suku lainnya. Pasalnya, bisa jadi setiap suku memiliki kebudayaan yang berbeda dengan budaya suku kita, atau mungkin saja bertentangan dengan adat budaya suku kita.
Namun, kita harus menyadari dengan benar bahwa itulah salah satu kekayaan sesungguhnya dari bangsa Indonesia. Kita tidak boleh mencela adat suku lain hanya karena berbeda dengan budaya kita.
Baca Juga: 15 Contoh Artikel Ilmiah Singkat Untuk Tugas. Lengkap!
3. Contoh Artikel Pendek Pendidikan
Berhasilkah Pendidikan Kita?
Tesis
Pendidikan merupakan usaha atau proses yang melibatkan peserta didik dan pengajar dalam suatu waktu dengan tujuan mencapai manusia yang bermartabat. Di Indonesia, pendidikan diatur dalam peraturan yang mewajibkan setiap warganya menempuh pendidikan.
Argumentasi
Meski sudah diatur dalam susunan peraturan yang jelas, sudahkah pendidikan kita mencapai tujuannya? Suatu pendidikan dapat dikatakan berhasil atau tidak tergantung pada hasil dari pendidikan itu sendiri. Apakah anak yang menempuh pendidikan terlihat lebih atau tidak dapat menjadi tolak ukur suatu keberhasilan pendidikan itu sendiri.
Sering kali kita temui orang yang menganggap nilai dari hasil belajar merupakan hasil dari pendidikan, padahal itu salah besar. Hakikat pendidikan bukanlah angka, tapi proses. Bagaimana seseorang terbentuk menjadi manusia yang semestinya adalah inti dari pendidikan.
Penegasan Ulang
Jadi mari kita lihat dunia pendidikan kita. Apakah anak-anak yang setiap hari sekolah itu menjadi manusia yang lebih baik? Apakah dunia pendidikan kita sudah jauh dari kata money oriented? Jika belum, tampaknya pendidikan kita masih jauh dari kata berhasil.
4. Artikel Pendidikan di Masa Pandemi
Pendidikan di Masa Pandemi
Tesis
Pandemi mengakibatkan dampak yang besar terhadap pendidikan karenanya pendidikan jadi tidak efektif dalam pembelajaran tatap muka secara langsung atau yang sering kita sebut sebagai pembelajaran offline atau luring. Adanya pandemi mengakibatkan pembelajaran terhambat.
Argumentasi
Pemerintah dalam hal ini tidak tinggal diam. Menteri pendidikan dan kebudayaan, menteri agama, menteri kesehatan, serta menteri dalam negeri Republik Indonesia menetapkan dan mengeluarkan kebijakan perihal pendidikan yang akan di laksanakan di masa Pandemi melalui surat edaran nomor 03/ KB/2021, nomor 384 tahu 2021, nomor HK-01-09 MENKES/4242/2021 dan nomor 440-717 tahun 2021 perihal panduan penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan secara online atau daring di masa Pandemi Corona Virus Desease (COVID 19). Dikutip dalam website resmi bdkbandung.kemenag.go.id.
Pembelajaran Daring adalah pembelajaran “Dalam Jaringan” menurut KBBI. Maksudnya adalah segala sesuatu dilakukan secara online.
Pemerintah juga memfasilitasi pembelajaran menggunakan teknologi yang mendukung pembelajaran daring melalui aplikasi, seperti Zoom Meeting, Google Meet, Google Classroom, dan aplikasi lainnya yang menunjang proses pembelajaran. Meski pembelajaran dengan cara daring untuk mempermudah para murid dan mahasiswa, ternyata banyak juga dampak negatif yang dirasakan oleh mereka.
Dampak negatif dalam pembelajaran Daring beragam. Ada yang susah sinyal karena tinggal di daerah pelosok, juga kondisi keterbatasan orang tua dalam memenuhi fasilitas pembelajaran online yang dapat memberatkan karena tidak semua memiliki handphone dan terkadang ada yang harus bergantian memakai handphone karena hanya memiliki satu handphone untuk bersama. Terlebih jika memiliki anak yang sekolah beda jenjang, proses belajar tentu akan tidak efektif. Keharusan membeli kuota secara rutin juga dikeluhkan oleh para mahasiswa karena aplikasi yang menunjang itu membutuhkan banyak kuota.
Tidak kondusif nya pembelajaran menyebabkan para orang tua terutama ibu harus berperan menjadi seorang guru atau pengajar di rumah menggantikan posisi pengajar di sekolah, padahal memang seharusnya ibu lah yang menjadi “madrasah Ulla” bagi anak-anaknya.
Kebanyakan orang tua beranggapan bahwa pihak sekolah yang bertanggung jawab penuh atas pendidikan anaknya. Mulai dari akhlaknya hingga pengetahuan ilmunya.
Pernyataan ini tidak salah karena tidak semua orang tua mampu memberikan ilmu seperti yang para guru ajarkan. Sudah tidak heran bahwa para ibu justru banyak yang memilih menjadi “wanita karier” sebutan bagi wanita yang aktif dalam dunia pekerjaan.
Peran orang tua itu sangat penting karena anak-anak pun lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan rumah. Jika kita lihat pada kenyataannya bahwa anak-anak yang belajar di sekolah hanya sampai beberapa jam, tidak sampai seharian.
Orang tua lah yang berperan penting untuk mengembangkan potensi anak. Faktanya, sang ibu kesulitan jika ia harus berperan menjadi pengajar di rumah, terlebih jika ibu tak menguasai materi pembelajarannya akan kesulitan. Keluh kesah ini akan menghambat sang anak dalam pembelajaran. Sebagian siswa serta mahasiswa pun mengeluhkan jika berlama-lama di depan layar gadget karena membuat mata sakit dan pusing.
Penegasan Ulang
Pemerintah pun terus berupaya agar bisa mengoptimalkan pembelajaran bagi para pembelajar di masa pandemi, yaitu dengan memberlakukan penjadwalan masuk kelas di beberapa sekolah yang daerahnya sudah aman.
5. Contoh Artikel Pendidikan tentang Kemasyarakatan
Ragam Masyarakat Indonesia
Tesis
Sebagai warga negara Indonesia, pastinya kita mengerti tentang negara Indonesia meskipun hanya beberapa aspek. Negara Indonesia menjadi negara yang memiliki laut dengan sangat luas.
Argumentasi
Ada banyak suku yang tersebar di berbagai pulau, bahkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan laut yang luas dan suku yang beragam di dunia.
Indonesia menjadi negara maritim karena memiliki lautan yang luas. Mengingat memiliki lautan yang luas, banyak warga Indonesia yang menjadikan hal ini sebagai mata pencaharian sehari-hari.
Penduduk Indonesia yang berada di dekat dengan laut memiliki profesi sebagai nelayan dan juga pedagang untuk menjual hasil lautnya.
Penegasan Ulang
Sudah sepatutnya kita bangga akan kekayaan alam yang dimiliki negara kita karena kekayaan sumber daya alam yang melimpah.
6. Contoh Artikel tentang Pendidikan yang Ilmiah
Mengutip dari buku Antologi Artikel Pendidikan yang ditulis Aji Jatmiko, berikut ini contoh artikel pendidikan yang bisa kamu jadikan inspirasi.
Pendidikan Kesadaran dan Kemampuan
Aji Jatmiko, S.Pd, M.Pd.I
Harian Surya, 13 Maret 2011
Tesis
Di dalam UU Sisdiknas tahun 2003 telah disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan secara spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Argumentasi
Dapat Penulis simpulkan bahwa pendidikan itu hendaknya terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Mencermati pro dan kontra perubahan kurikulum 2013 menjadi kurikulum 2006 oleh Mendikbud, Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menjadikan wacana kurikulum tandingan ala DPR, gubernur dan partai politik tandingan seperti yang banyak diberitakan media cetak dan elektronik akhir-akhir ini.
Namun, hal ini lebih menekankan bahwa pergantian kurikulum sejatinya untuk menjawab semua tantangan dunia dalam pendidikan untuk menjadikan manusia yang berintelektual serta berguna bagi bangsa dan negara.
Kita harus berpikir bijaksana menyikapi hal ini. Kurikulum memang berfungsi sebagai acuan, alat bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Kurikulum mengarahkan peserta didiknya menjadi pribadi yang berintelektual, membentuk karakter peserta didik yang baik. Sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) oleh pemerintah yang kemudian disempurnakan lagi menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, jenjang pendidikan baik tingkat dasar dan menengah seolah-olah telah menemukan paradigma baru yaitu semua hasil dari aktivitas pembelajaran dititikberatkan pada satu kemampuan akademis yaitu nilai atau angka.
Dalam hal ini, siswa dikondisikan untuk mencapai nilai setinggi-tingginya, mereka harus berkompetensi dengan siswa yang lainnya. Namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah sejauh mana nilai atau angka yang diperoleh itu bisa membawa kita kepada satu kompetensi khusus yaitu perilaku akhlaq dan terpuji.
Sudah banyak kondisi yang riil banyak kita temukan di masyarakat banyak peserta didik yang meraih nilai masih menggunakan cara-cara yang kurang wajar sementara mereka menuntut ilmu dengan tujuan mereka kelak menjadi seorang ilmuan yang profesional, terampil dan berperilaku indah nan terpuji. Sehingga mereka tidak mengenal apa itu norma dan etika dalam mencari ilmu untuk meraih nilai setinggi- tingginya, entah itu namanya nilai prestisius, fantastis, atau angka bagus.
Sangat disayangkan, di lain pihak kita sering mendengar banyak guru menyampaikan kepada anak didik bahwa memperoleh nilai yang rendah dengan usaha sendiri itu lebih baik daripada memperoleh nilai tinggi dengan usaha-usaha yang kurang menghargai norma dan etika, misalnya mencontek, menyogok guru atau dalam bentuk kompromi lainnya.
Perlu diketahui bahwa pendidikan itu tidak hanya untuk mencerdaskan anak dalam satu kategori kecerdasan, misalnya hanya kecerdasan intelektual (IQ) tetapi juga untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lainnya. Seperti kecerdasan spiritual (SQ). kecerdasan rasa (EQ).
Para ahli psikologi menyebutnya sebagai Multiple Intelligence. Sebab, salah satu penyebab bangsa kita berlarut-larut dalam krisis juga karena bangsa kita miskin SQ atau tepatnya miskin akhlak. Karena itu hal-hal yang sifatnya spiritual juga menjadi sesuatu yang penting untuk terus dijaga dan dikembangkan melalui pendidikan. Termasuk juga membentuk semangat team work dan optimistik perlu dikembangkan di sekolah, misalnya bisa melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Itulah sebabnya Ki Hajar Dewantara sejak awal mendirikan sekolah Taman Siswa juga mengedepankan pendidikan yang memekarkan rasa (sense of feeling). Pembelajaran yang berbasis pencapaian target kurikulum pada kompetensi nilai atau angka itu hendaknya kita pola menjadi pencapaian target kurikulum yang berbasis kesadaran dan kemampuan.
Pertanyaannya: kenapa harus memiliki kesadaran dan kemampuan? Setiap peserta didik itu merasa sadar bahwa apa yang mereka raih baik itu hasil maksimal maupun kurang maksimal, kompetensi itu semata-mata mencerminkan hasil dari jerih upaya sendiri yang harus dihargai dengan hati yang tulus dan ikhlas.
Mereka diharapkan juga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tingkat kemampuannya sehingga tidak ada istilah perbedaan antara siswa itu pintar dalam segala- galanya. Yang paling penting menurut hemat Penulis adalah bagaimana kita bisa menyeimbangkan kemampuan lahiriah dan batiniah.
Sebab kedua hal tersebut merupakan kunci dan pilar yang menentukan sebuah pendidikan anak akan terbentuk dengan baik atau sebaliknya. Kita tidak akan melakukan hal-hal yang tidak baik dalam meraih suatu kompetensi bila hati kita juga sadar bahwa hal itu memang tidak pantas untuk dilakukan atau direncanakan karena kemampuan yang diperoleh itu adalah kemampuan yang kamuflase atau tiada arti.
Pencapaian target kurikulum bukan satu-satunya indikator keberhasilan proses pendidikan, keberhasilan pendidikan hendaknya di lihat dari konteks, input, proses, output dan outcomes, sehingga keberhasilan pendidikan dapat dimaknai secara komprehensif. Semangat berkompetisi dan keinginan untuk menjadi siswa/siswi teladan, menjadi seorang bintang, menjadi the best tentu saja tidak ada salahnya.
Tapi pertanyaannya sekarang adalah sejauh mana dan bagaimana semangat kompetisi itu dimengerti dan diterapkan oleh para siswa kita (termasuk para orang tua dan gurunya juga). Prinsip keseimbangan (balancing) adalah kata kunci dalam hal yang amat penting ini. Bila prinsip seimbang bisa dipahami dengan benar (baca: dengan seimbang juga) maka penerapannya pun secara otomatis akan tercapai.
Seperti halnya dengan sektor kehidupan kita lainnya, apabila prinsip seimbang ini bisa kita terapkan ke dalam proses pembelajaran para siswa kita, penulis yakin akan menghasilkan sebuah hasil akhir yang secara relatif jauh lebih baik daripada pola pembelajaran berkompetisi tingkat tinggi yang kita saksikan selama ini. Prinsip seimbang ini pada dasarnya merupakan proses penajaman dimensi batiniah (akhlak, hati nurani, sukma) dan pembelajaran serta pengasahan hati dan akal budi, sekaligus proses pembelajaran dan penajaman sisi-sisi intelektualitas, daya nalar (logika), talenta seni yang masih merupakan sebuah daya/bakat terpendam (potential) dari setiap anak didik kita.
Melalui penerapan kurikulum yang berbasis kesadaran dan kemampuan serta prinsip seimbang ini, kita harapkan jumlah wong pinter kang bisane minteri‘ (orang pintar yang bisanya mengelabui atau berlaku curang terhadap orang lain) dan wong keminter‘ (orang yang sok pintar) bisa dibatasi jumlahnya (atau malah syukur kalau bisa dihilangkan).
Bila prinsip seimbang ini bisa diterapkan secara sungguh-sungguh, kita akan menjumpai siswa-siswi kita yang tak hanya pintar secara intelektual (IQ). memiliki tingkat kreativitas seni tingkat tinggi, tapi sekaligus dibarengi dengan keluhuran akhlak indah nan terpuji dan kehalusan budi pekerti yang baik pula. So, kita adalah guru-guru hebat.
Penegasan Ulang
Sebaik apapun kurikulumnya kalau kita tidak bisa menjalankan secara profesional, maka kurikulum itu tidak akan berjalan dengan baik. Sebaliknya, kurikulum yang sederhana tetapi dijalankan oleh guru-guru yang hebat dan profesional akan menjadikan proses pembelajaran yang baik pula.
7. Contoh Artikel Pendidikan tentang Tugas Sekolah
Masih melansir dari buku Antologi Artikel Pendidikan yang ditulis Aji Jatmiko, kamu juga bisa simak contoh artikel tentang pendidikan yang satu ini.
4 x 6 atau 6 x 4, Mana yang Benar?
Aji Jatmiko, S.Pd, M.Pd.I
Radar Banyuwangi, 10 Oktober 2014
Tesis
Soal Pekerjaan Rumah (PR) Matematika murid kelas 2 SD itu benar-benar menghebohkan kita beberapa waktu lalu. Tak hanya heboh di media sosial Twitter dan Facebook perdebatan PR Matematika, tepatnya tentang operasi perkalian yang diposting oleh akun Muhammad Erfas Maulana, seorang mahasiswa sebuah PTN ternama, juga heboh di kalangan profesor dan orang tua murid.
Argumentasi
Berbagai komentar pun muncul atas PR yang diunggah di facebook. Soal perkalian 4×6 atau 6×4 menjadi perdebatan karena ada perbedaan konsep dan konteks dalam menjawab. Kasus ini juga sempat menjadi perhatian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Sekadar diketahui kasus itu berawal dari seorang guru SD yang memberikan soal 4+4+4+4+4+4 untuk diubah ke operasi perkalian. Guru tersebut kemudian menyalahkan hasil 4×6 dan mengatakan yang benar adalah 6×4. Karena itu pula sang guru memberikan nilai 20 (2 soal yang benar) dari 10 soal yang diberikan pada anak tersebut.
Yang jelas, berbagai komentar baik di sosial media maupun di media lain, lebih banyak menyoroti matematikanya secara murni, sedikit yang mencoba berbicara mengenai pembelajaran matematika di SD. Itu bukan soal benar salah, melainkan kesepakatan dalam matematika untuk mengekspresikan penjumlahan berulang dalam perkalian, mana yang disepakati.
Tulisan ini tidak berupaya untuk menjustifikasi mana pernyataan dan jawaban yang benar atau salah. Namun, lebih menekankan bagaimana upaya terbaik yang harus dilakukan guru dan orang tua agar permasalahan semacam ini tidak terulang kembali.
Menurut hemat saya, ada tiga hal paling mendasar dalam kasus ini. Pertama, pengetahuan konsep dan konteks. Seorang guru atau pendidik seharusnya lebih menggiatkan pembelajaran matematika secara kontekstual (realistik) dengan menggunakan sumber media pembelajaran sehingga tidak abstrak, bukan cuma menghadirkan angka-angka dan simbol-simbol saja. Di satu sisi penanaman konsep itu wajib dilakukan, demikian pula keharusan dalam memahami karakter dan perkembangan anak didik.
Kedua, kemampuan dan penalaran. Dijelaskan bahwa dalam penerapan Kurikulum 2013 ada dua aspek penting yang menjadi penilaian guru pada murid yaitu aspek kemampuan dan penalaran. Dalam penalaran ini yang dipesankan, siswa diminta membuat jawaban untuk mencari pemecahan masalah tidak hanya satu jawaban. Bisa jadi siswa mengerjakan soal dengan cara lain dengan hasil yang sama. Apakah tidak ada cara yang lebih mudah buat anak didik dalam mengerjakan soal? Jangan memaksakan kehendak anak agar mereka mengikuti kemauan kita. Bukankah proses itu lebih baik daripada hasil? Banyak jalan menuju Roma. Mungkin pepatah itu yang bisa menginspirasi mereka.
Ketiga, hak jawab atau klarifikasi. Sebagai orang tua atau kakak dari anak didik seyogyanya kita harus bersikap santun dan bijaksana mengemukakan pendapat dalam merespon permasalahan yang menimpa anak didik. Kita bisa menanyakan kepada gurunya, meminta klarifikasi bagaimana sebenarnya perintah sang guru dalam soal tersebut. Karena terkadang anak salah mengerti juga.
Jangan sampai terbawa emosi dan langsung memposting ucapan-ucapan yang kurang mendidik karena bisa menjelekkan nama sekolah, guru, dan kasihan si anak. Sebaliknya, sang guru harus muncul untuk memberikan hak jawab. Jadi jangan satu pihak. Guru itu harus meluruskan sebenarnya apa perintah PR itu. Kalaupun guru itu salah, seharusnya guru tersebut harus berani meminta maaf. Bukankah meminta maaf dan memaafkan itu indah?
Penegasan Ulang
Jadi, alangkah baiknya kita saling berpikir terbuka, saling menghargai pendapat masing- masing dan untuk tidak merasa paling benar dan pintar. Ayo, kita didik anak-anak dengan sepenuh hati!
8. Artikel Pendidikan Terkait Pentingnya Pendidikan bagi Semua Orang
Mengutip dari laman resmi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng, berikut artikel pendidikan yang bisa kamu jadikan contoh.
Tesis
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan kita, memberikan hak kepada setiap manusia untuk berkembang secara kontinu. Ini adalah proses penting dalam pengembangan diri agar dapat hidup dan bertahan dalam kehidupan.
Argumentasi
Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan menjadi kunci utama bagi perkembangan individu. Anak yang tumbuh dalam kasih sayang keluarga cenderung memiliki rasa keterhubungan yang kuat dan merasa penting dalam keluarga, yang memberikan dukungan bagi perkembangan mereka. Di lingkungan keluarga, harga diri berkembang karena diterima dan dihargai sebagai individu.
Sekolah menjadi tahap kedua dalam pendidikan, di mana guru berperan sebagai mediator ilmu yang memberikan dorongan dan bantuan kepada siswa untuk berkembang. Pentingnya pendidikan tercermin dalam upaya guru untuk menarik minat siswa agar mereka memiliki rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran.
Selain itu peranan lingkungan masyarakat juga penting bagi anak didik. Hal ini berarti memberikan gambaran tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat. Dengan demikian bila kita berinteraksi dengan masyarakat maka mereka akan menilai kita, bahwa tahu mana orang yang terdidik, dan tidak terdidik.
Penegasan ulang
Di zaman era globalisasi diharapkan generasi muda bisa mengembangkan ilmu yang didapat sehingga tidak ketinggalan dalam perkembangan zaman. Itulah pentingnya menjadi seorang yang terdidik baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Baca Juga: 10 Contoh Artikel Singkat Berbagai Tema yang Menarik. Lengkap!
9. Contoh Artikel Opini tentang Pendidikan
10. Contoh Artikel Ilmiah tentang Nilai-Nilai Pendidikan
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu ya, Property People.
Jangan lupa untuk membaca artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Segera ikuti Google News Berita 99.co Indonesia untuk dapatkan informasi up to date.
Ternyata praktis dan #segampangitu lo, menemukan rekomendasi hunian di www.99.co/id.
Tak percaya? Buktikan sekarang juga!