Di balik kisah heroiknya melawan pasukan sekutu, Bung Tomo memiliki kisah cinta yang sangat romantis di tengah medan perang. Seperti apa? Simak di sini!
Menjelang peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November, perjuangan Sutomo atau yang akrab disapa Bung Tomo, selalu diceritakan kembali.
Namun, ada satu cerita di medan perang yang jarang diceritakan oleh orang-orang, yaitu kisah asmara Soetomo dengan Sulistina.
Menariknya, kisah cinta Bung Tomo dan Sulistina diawali ketika keduanya bertemu di tengah situasi perang.
Berikut kisah selengkapnya!
Kisah Cinta Bung Tomo di Tengah Medan Perang
Pertemuan sejoli ini terjadi saat Sulistina ditugaskan ke Surabaya sebagai anggota Palang Merah Indonesia (PMI).
Saat itu, tugas Sulistina adalah membantu para korban perang.
Bung Tomo lah yang pertama kali mencuri-curi pandang terhadap Sulistina.
Awalnya, wanita kelahiran Malang, 25 Oktober 1925 itu tidak mempedulikannya karena merasa belum tertarik.
Melansir Liputan6.com yang mengutip buku “Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semagnat Tempur 10 November” karya Abdul Waid, Bung Tomo menyatakan cintanya kepada Sulistina melalui lisan dan tulisan.
Pertama kali Bung Tomo menyatakan cinta adalah ketika mereka dan teman seperjuangan lainnya mengungsi ke sebuah rumah warga.
Saat itu, Bung Tomo berani menggenggam tangan Sulistina untuk menanyakan apakah dia telah memiliki kekasih atau belum.
Namun, sambil bercanda, Sulistina mengatakan bahwa dia telah dimiliki seseorang.
“Dia marah. Dia tanya, ‘siapa?’ Ya, Ayah saya he..he..he.. Saya bilang gitu,” kata Sulistina, dikutip dari surya.co.id.
Lalu, Bung Tomo pun mengungkapkan pernyataan cinta yang sangat dikenang Sulistina.
“Wil ye komen schaet … Datanglah cintaku,” kata Bung Tomo.
Jarang Bertemu Gara-Gara Sekutu
Meski sudah menjadi kekasih, Soetomo dan Sulistina jarang bertemu.
Pasalnya, pria yang bergelar Pahlawan Nasional itu harus berperang melawan sekutu di Surabaya.
Sementara Sulistina bertugas di kota kelahirannya, Malang.
Mengutip Liputan6.com, situasi semakin sulit untuk hubungan mereka, karena sejak awal pacaran, Bung Tomo telah menjadi buronan sekutu.
Gerakannya dalam memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) meresahkan lawan.
Namun hebatnya, Bung Tomo dan Sulistina saling percaya satu sama lain dan tetap menunggu situasi kondusif untuk bersatu kembali.
Pernikahan Sederhana dan “Puasa Cinta”
Setelah menjalani hubungan yang sulit di tengah peperangan, akhirnya Bung Tomo menikahi Sulistina pada 19 Juni 1947 di Malang.
Sebenarnya Bung Tomo merasa bersalah karena menikah di tengah masa revolusi.
Maka dari itu, Bung Tomo meminta izin dari BPRI terlebih dulu untuk melangsungkan pernikahan.
Dalam pernikahan tersebut, Bung Tomo hanya menggunakan setelan tentara berbahan dril warna hijau dan topi tentara.
Untuk riasan tambahan, Bung Tomo hanya menambahkan serangkaian bunga melati di lehernya.
Setelah pernikahan, Bung Tomo pun berjanji tidak akan melakukan hubungan suami-istri sampai ancaman negara dapat dihalau.
Salah satu alasan Bung Tomo nekat menikah saat peperangan masih berlangsung cukup rumit.
Alasannya adalah rencana pemerintah Indonesia yang hendak melarikannya ke Australia agar terhindar dari kejaran sekutu dan Belanda.
Maka dari itu, mereka memutuskan untuk saling mengikat diri dalam komitmen pernikahan terlebih dulu.
Namun, pada akhirnya Bung Tomo batal diterbangkan ke Australia dan “puasa cinta” sejoli tersebut berakhir dalam waktu 40 hari.
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Sahabat 99, ya!
Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.
Jika sedang mencari rumah di Bogor, bisa jadi Makmur Indah Residence adalah jawabannya.
Cek saja di 99.co/id untuk menemukan rumah idamanmu!