Menjelang perayaan hari Natal, banyak orang khususnya anak-anak yang menanti kehadiran Sinterklas. Namun, tahukah kamu siapa sosok bernama Pit Hitam yang mendampingi Sinterklas?
Pit Hitam adalah pendamping Santo Nikolas (Sinterklas) dalam cerita rakyat yang pertama kali muncul dalam sebuah buku pada tahun 1850.
Asal-usul dari sosok pendamping Sinterklas ini masih sering dianggap sebuah misteri dan tak luput menuai banyak kontroversi karena penggambaran sosoknya.
Pasalnya sosok pendamping ini digambarkan dengan kulit hitam, rambut keriting, bibir tebal berwarna merah cerah, memakai anting emas, dan memakai pakaian era Renaisans yang penuh warna.
Asal-usul Pit Hitam
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Pit Hitam diketahui pertama kali muncul pada sebuah buku tahun 1850 yang dibuat oleh guru sekolah Amsterdam bernama Jan Schenkman.
Dilihat dari tradisi, Zwarte Piet digambarkan dengan warna kulit hitam karena dia adalah orang Moor dari Spanyol yang memang memiliki karakteristik kulit hitam dan rambut keriting.
Namun ada juga yang menganggap sosok ini bukanlah seorang manusia, tapi ia adalah sosok setan yang digambarkan sebagai sosok gelap dengan pakaian serba hitam.
Versi tersebut merupakan awal dari dianggapnya Zwarte Piet sebagai Krampus, sosok antropomorfik bertanduk yang digambarkan sebagai “setengah kambing, setengah setan”.
Krampus datang saat selama musim Natal dan menghukum anak-anak yang berlaku buruk atau tidak pantas.
Sosoknya berbanding terbalik dengan sosok Sinterklas yang memberi hadiah kepada anak-anak yang berlaku baik.
Selain itu, ada juga yang menceritakan bahwa Zwarte Piet sebenarnya adalah Sinterklas Hitam atau juga disebut sebagai Zwarte Klazen.
Profesor Joke Hermes dari Inholland University menerbitkan artikel berjudul Essentializing ‘Black Pete’: competing narratives surrounding the Sinterklaas tradition in the Netherlands yang ditujukan untuk merekonstruksi narasi Zwarte Piet.
Baca Juga:
Cuma Satu Jam! Ikuti Dekorasi Natal untuk Ruang Tamu Berikut Ini
Narasi Tentang Pit Hitam
Merujuk pada penelitian Hermes terkait sosok Pit Hitam, ia mengerucutkan narasi yang beredar menjadi dua jenis narasi, yakni pro dan kontra.
Pertama, narasi pro Piet Hitam menempatkan tradisi Sinterklas dalam konteks agama Katolik abad pertengahan sebagai bagian dari pesta untuk anak-anak.
Sinterklas diceritakan hadir bersama pendamping atau pembantunya yang digambarkan dengan sosok berkulit hitam, rambut keriting, bibir tebal berwarna merah cerah, memakai anting emas, dan memakai pakaian era Renaisans yang penuh warna.
Dari versi tersebut kemudian muncul sosok-sosok jahat, salah satunya Krampus si setan bertanduk.
Selain itu, ada juga narasi yang mengatakan bahwa Piet Hitam adalah Zwarte Klazen (Sinterklas Hitam) seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Jadi, Sebelum abad ke-19, Sinterklas memiliki peran ganda. Di satu sisi ia adalah sosok yang baik dan di sisi lainnya ia juga suka menakuti anak-anak.
Baru ketika masuk abad ke-19, sosok Sinterklas Hitam ditiadakan dan diganti dengan sosok pelayan setia, yakni Piet Hitam.
Piet Hitam bertugas untuk membawa kantong berisi permen dan menegur anak-anak yang nakal.
Tak hanya itu, ada pula narasi yang menganggap bahwa sosok Piet Hitam diciptakan untuk melegitimasi perbudakan di Belanda.
Belanda merupakan salah satu negara yang kental dengan perbudakan sebelum akhirnya menghapus praktik kotor tersebut pada 1863.
Kontroversi Sosok Pit Hitam
Dewasa ini, sosok Piet Hitam menjadi kontroversi karena dianggap sebagai representasi dari praktik rasisme.
Pada dasarnya, rasisme memang tercermin dari penggambaran sosok Piet Hitam itu sendiri di mana karakteristik fisiknya mendiskriminasi kulit hitam.
Penggambaran fisik itu dianggap saja saja dengan praktik rasisme blackface di Amerika Serikat.
Baca Juga:
***
Semoga artikel ini bermanfaat ya, Sahabat 99!
Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari hunian di Grand Taruma Karawang?
Kunjungi www.99.co/id dan temukan hunian impianmu dari sekarang!