Sahabat 99, apakah kamu sedang merasa tidak semangat dalam menjalani hidup? Pepatah Jawa ini bisa membantu kamu kembali ke jalur yang benar. Yuk, simak satu-satu!
Masyarakat Jawa merupakan salah satu kumpulan masyarakat yang masih memegang dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur.
Nilai-nilai luhur peninggalan para sesepuh zaman dahulu itu masih dipraktikkan pada kehidupan modern.
Di antara peninggalan nilai-nilai lestari dan adat tersebut adalah pepatah Jawa, atau yang dikenal dengan Paribasan Jawa.
Pepatah-pepatah itu banyak dicari karena isinya yang penuh tentang nilai-nilai kebijaksanaan dan moral kehidupan.
Tanpa dipungkiri lagi, Paribasan Jawa dapat membantu memandu hidupmu menjadi lebih baik lewat filosofi peninggalan para nenek moyang.
Mari kita pelajari bersama-sama di bawah ini!
Pepatah Jawa Bijak yang Bisa Diaplikasikan di Kehidupan Sehari-hari
1. “Anak polah bapa kepradah”
Pepatah Jawa ini menceritakan tentang tingkah laku anak yang akan berimbas kepada orang tua.
Jika akan bertingkah buruk, maka orang tua akan terlihat buruk.
Begitu pun sebaliknya, jika anak berperilaku baik, watak orang tua juga terlihat baik.
2. “Asu gedhe menang kerahe“
Singkatnya Paribasan Jawa ini berarti, “Kuat menindas yang lemah.”
Orang-orang yang berposisi tinggi cenderung menekan mereka yang berdiam di bawahnya.
Ini merupakan tabiat buruk yang selalu diwanti-wanti oleh sesepuh zaman dulu.
3. “Asu rebutan balung“
Kata-kata bijak Jawa ini berisi tentang manusia yang mempermasalahkan isu sepele.
Seperti seekor anjing yang rebutan tulang, sebenarnya anjing tersebut masih bisa mencari tulang lain tanpa harus berkelahi.
4. “Bener saka kang Kuwasa iku ana rong warna, yakuwi kang cocok karo benering Pangeran lan bener kang ora cocok karo benering Pangeran“
Menurut pepatah Jawa ini, ada dua jenis kebenaran di alam semesta.
Kedua kebenaran itu adalah satu yang sejalan dengan ajaran Tuhan dan satu yang bertentangan dengan ajaran Tuhan.
Bagi mereka yang selaras dengan ajaran Tuhan, mereka berada di jalan yang benar.
Sementara itu, terkutuklah mereka yang menentang ajaran Tuhan, karena mereka berjalan di jalan penuh dosa.
5. “Bener kang asale saka Pangeran iku lamun ora darbe sipat angkara murka lan seneng gawe sangsaraning liyan“
Semua ajaran-ajaran yang dibagikan oleh Tuhan tidak bisa dilanggar.
Pasalnya, ajaran tersebut tidak bersifat angkara dan merugikan bersama.
6. “Bibit, Bebet, Bobot“
Kamu pasti sudah sering mendengar Paribasan Jawa ini.
Artinya sederhana, yaitu menilai orang dari watak, asal muasal, dan kiprah yang telah diperbuat.
7. “Cakra manggilingan“
Menurut pepatah Jawa ini, kehidupan itu bersifat dinamis layaknya roda yang berputar.
Dalam arti lain, pepatahnya sejalan dengan peribahasa tidak tinggi ketika dipuji, tidak jatuh ketika dimaki.
Semua orang harus tetap menjalani hidup selaras dengan ajaran Tuhan.
8. “Dhemit ora ndulit, setan ora doyan“
Hidup tidak selamanya susah.
Semua orang bisa lepas dari mara bahaya.
9. “Diobong ora kobong, disiram ora teles“
Paribasan Jawa ini mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah.
Semua orang harus tekun dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup.
Dengan begitu, mereka akan diberikan kejayaan di masa depan.
10. “Dumadining sira iku lantaran anane bapa biyung ira“
Muliakanlah orang tuamu.
Pepatah ini mengajarkan kita bahwa orang tua harus dihormati karena secara tidak langsung kita diciptakan oleh mereka.
11. “Gusti Allah mboten sare“
Secara harfiah, pepatah ini berarti, “Tuhan tidak pernah tidur.”
Artinya, semua perbuatan yang kita lakukan dibumi tidak pernah lepas dari mata Sang Kuasa.
Semuanya pasti ada balasan, baik atau buruk.
12. “Ing donya iki ana rong warna sing diarani bener, yakuwi bener mungguhing Pangeran lan bener saka kang lagi Kuwasa“
Manusia jangan sampai terkecoh dengan dua jenis kebenaran.
Pasalnya, menurut Paribasan Jawa ini, ada 2 jenis kebenaran di dunia, yaitu dari Tuhan dan dari orang berkuasa.
Kita harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
13. “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani“
Seorang pemimpin harus bijak dan berjiwa kesatria untuk para pengikutnya.
Mereka harus bisa menjadi teladan dan contoh yang menggerakkan hati dan membangun kekuatan di kalangan masyarakat.
14. “Iro yudho wicaksono“
Pepatah ini disebutkan pada mereka yang pemberani.
Artinya tidak jauh dari seorang kesatria yang membela kebenaran dan menegakkan hukum berlandaskan prinsip kebijaksanaan.
15. “Kahanan donya ora langgeng, mula aja ngegungke kesugihan lan drajat ira, awit samangsa ana wolak-waliking jaman ora ngisin-isini“
Jangan pernah mengagungkan kekayaan di dunia karena tidak ada satu pun yang akan kita bawa ke liang kubur.
Harta dan derajat tidak berarti kalau kita tidak memiliki sifat yang baik di mata Tuhan.
16. “Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh“
Arti peribahasa ini sama seperti berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian.
Semua upaya yang dilakukan secara perlahan tetapi pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan.
17. “Becik ketitik, ala ketara“
Jangan sungkan berbuat baik, karena semua perbuatan baik pasti dikenali oleh Tuhan.
Begitu juga sebaiknya, semua tabiat dan niat buruk akan diketahui dan dinilai Tuhan.
18. “Sabar sareh mesthi bakal pikoleh“
Pepatah Jawa ini merupakan kebalikan dari, “Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh.”
Menurut pepatah ini, pekerjaan yang dilakukan secara tergesa-gesa tidak akan membuahkan hasil.
Hanya akan ada masalah yang menunggu kita di akhir upaya.
19. “Cuplak andheng-andheng, yen ora pernah panggonane bakal disingkirake“
Masyarakat Jawa terkenal dengan wataknya yang lembut dan bijaksana.
Watak tersebut merupakan hasil dari ajaran Paribasan Jawa ini.
Arti dari pepatah ini adalah semua orang yang menyebabkan keburukan, kebaikan dan pahalanya akan dihapus oleh Tuhan.
20. “Kebo kabotan sungu“
Pepatah Jawa berikutnya menjelaskan tentang orang yang susah bersyukur karena banyak beban hidup.
Semua cobaan yang kita hadapi selama hidup merupakan ujian dari Yang Maha Kuasa.
Orang yang tidak bijak akan melihatnya sebagai kesulitan dan beban hidup, sementara yang bertabiat baik akan bersyukur.
21. “Ketemu Gusti iku lamun sira tansah eling“
Salah satu cara mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa adalah dengan mengingat-Nya.
Begitulah arti Paribasan Jawa ini.
Tuhan ada pada setiap langkah manusia dan Ia juga hadir dalam setiap denyut nadi kita.
22. “Lamun sira wus mikani alamira pribadi, alam jaman kalanggengan iku cedhak tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan“
Artinya, “Jikalau engkau telah memahami alam pribadimu, alam abadi itu pun akan menjadi dekat.”
Pepatah ini mengingatkan kita untuk selalu dekat dengan jiwa dan rohani kita.
23. “Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake“
Arti inti dari Paribasan Jawa berikutnya ini adalah menyerbu tanpa pasukan dan menang tanpa merendahkan lawan.
Ini merupakan sifat seorang kesatria yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa pada zaman dahulu kala.
24. “Pangeran iku bisa ngowahi kahanan iku wae tan kena kinaya ngapa“
Tuhan bisa mengubah apa saja sesuai dengan kemauan-Nya.
Maka dari itu, janganlah kita bangga dengan harta dan jabatan di bumi karena itu bisa langsung diambil oleh Tuhan keesokan harinya.
25. “Wani ngalah, luhur wekasane“
Orang yang baik adalah orang yang berani mengalah demi kepentingan bersama.
Kita diajarkan untuk tidak egois dalam menjalani hidup.
***
Semoga pepatah di atas bermanfaat ya, Sahabat 99…
Jangan lupa untuk pantau terus informasi terkini dan menarik lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.
Apabila kamu sedang bingung mencari rumah kece yang nyaman seperti Emerald Cilebut, langsung saja kunjungi 99.co/id, ya!